23

500 33 2
                                    

Charlotte. Nama itu terbesit di pikiran Engfa, membuat kegiatan yang akan dilakukan bersama Ying terhenti. Engfa sedang menindih Ying dan menciumnya dengan nafsu, namun terhenti. Hanya karena nama itu terlintas dalam pikiran Engfa.

Suasana diantara mereka menjadi canggung, bahkan sangat canggung. Ying terkekeh kecil, walaupun sebenarnya ia kecewa dan bingung dengan apa yang terjadi. Posisi, situasi, dan suasana di kamar itu benar-benar canggung. Engfa segera berdiri dan masuk ke kamar mandi.

Pikirannya kacau, antara malu, kesal, dan kebingungan penuh dalam kepala Engfa. Ia memukul dadanya berkali-kali, merasa bersalah pada Charlotte. Engfa sebenarnya masih bimbang dengan perasaannya sendiri, dan tiba-tiba datang Ying dalam hidupnya. Engfa terduduk dan meremas rambutnya, ia menyesali perbuatannya, mengapa rasanya sangat salah?

"Phi, gue cabut ya. take your time". Pintu kamar itu tertutup, menandakan Ying sudah pergi dari kamar itu. Engfa mencoba menetralkan kecepatannya bernafas. Engfa keluar dari kamar mandi itu dan terbaring lemas di atas kasur. Pikirannya kacau.

-
-
-

Charlotte dan teman-temannya sedang berada di suatu bar, bos nawat sengaja menyelenggarakan sebuah after party sebagai bentuk apresiasi para model yang telah bekerja penuh 2 Minggu ini. Saat yang lain sedang berdansa di lantai dansa, Charlotte duduk di sofa sambil memainkan handphonenya dengan bosan, ia sangat merindukan Engfa.

Tiba-tiba muncul inisiatif untuk menelpon Engfa.

-
-
-

Engfa menutup matanya dan mencoba rileks. Baru saja hampir tertidur handphone Engfa bergetar, saat handphone itu diambil, tampaklah nama seseorang yang sangat amat dirindukan Engfa. Engfa dengan cepat mengangkat telepon dari Charlotte.

"Halo? Kenapa Char?"

"P'Faaaaaaaa" suara Charlotte sangatlah keras.

"Hmm? kenapa Char? tumben nelpon"

"Gapapa phi, aku cuma pengen nelpon ajaa, phi kapan pulangg?" engfa terkekeh mendengar nada Charlotte yang lucu.

"Secepatnya ya sayangg, Phi pasti pulang kok, ga mungkin Phi ga pulang kan Phi jadi manajer kamu" terdengar dari sana suara papa nawat yang memanggil Charlotte untuk berkumpul.

"Phii, aku pergi dulu yaa bye bye" telepon itu dimatikan sepihak dari Charlotte sebelum Engfa berucap.

-
-
-

Tiga hari setelah hari itu, Engfa tengah bekerja di kantor nya dan fokus mengecek email dan laporannya. Dari hari itu juga Charlotte dan dirinya tidak berhubungan lagi. Owen, sekretaris Engfa mengetuk pintu kantor bosnya itu dan masuk setelah diizinkan dan menaruh laporan keuangan dari bagian keuangan. Owen memperhatikan bosnya yang melihat ke komputer dengan tatapan kosong.

"Dorr, Bu, lu ngapa bu? banyak amat pikiran lu kayanya" Engfa bingung dengan apa yang dikatakan sekretarisnya itu. "Paan sih lu? udah balik kerja sono ganggu aja" Owen tertawa kencang dan keluar dari ruangan Engfa. Engfa menggelengkan kepalanya pusing dengan sikap sekretaris sekaligus sahabatnya itu yg semakin menyebalkan.

1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan. Tepat di tanggal 18 Desember, Engfa turun dari pesawat di bandara Thailand. Saat keluar, P'Sun si asisten dengan sigap mengambil barang bawaan sang bos. "Gimana Bu? seneng ga di Amerika?" usil P'Sun. "Seneng apaan? gua kaga ngapa-ngapain disana, ngurusin staff pada berantakan kinerjanya" oceh Engfa. "Emang iya?" Engfa kesal, baru saja lepas dari Owen, muncul lagi si P'Sun. Engfa memijat pelipisnya sambil terus berjalan masuk ke dalam mobilnya.

Mobil itu melaju menuju gedung MGT. Sampai disana Papa Nawat sudah ada didepan lobby menyambut 'anak' kesayangannya itu. Engfa berjalan berdampingan dengan Papa. Engfa sedikit lesu memasuki ruangannya, ia duduk di sofanya dan memainkan handphonenya. Entah kenapa Engfa sangat cuek hari ini.

Tok, tok tok

Seseorang mengetuk pintu Engfa, dan ternyata menghadirkan si wanita cantik yang sangat merindukan Engfa. Senyum merekah sempurna di wajah cantik Charlotte. Charlotte langsung duduk disebelah Engfa dan memeluk Engfa erat, sangat erat melepaskan kerinduannya selama ini. Sedangkan Engfa hanya diam, tidak terkejut dan melihat handphonenya kembali, sangat amat cuek. Charlotte tersadar setelah lama memeluk. Engfa tidak membalas pelukannya, tidak bereaksi apa-apa bahkan tidak melihat ke Charlotte sama sekali. Charlotte merasa sedih dan melepaskan pelukan itu dan duduk diam.

"Gue salah apa ya? apa meluknya terlalu erat? atau gue kurang sopan? apaan sih??" pertanyaan-pertanyaan itu terlintas di pikiran Charlotte, membuatnya kepikiran.

TBC
kasian Charlotte overthinking. Banyakin komen ntr malem up lagi

"cuma lo" (englot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang