lelaki manis, namun tidak dengan kehidupannya. penuh dengan banyak tantangan tak membuat Arlangga putus asa. saudara yang seolah menjadikan dirinya saingan tidak membuat Arlan goyah untuk terus menjalani semuanya. ditemani pula oleh beberapa teman-t...
utamakan vote sebelum membaca dan jangan lupa untuk komen. happy reading
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Jika tidak menginginkan sesuatu, maka cobalah untuk menghargai setiap apa yang telah diberi oleh semesta.” ─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
“Hen, gue harus gimana. Maura pasti marah banget sama gue dan Nara. Gue gak mau lihat Maura benci ke gue.”
“Lo harus bisa yakinkan Maura, itu juga bukan kesalahan lo kan itu cuma kesalahpahaman.”
Mahen merangkul pundak Arlan sembari menepuk-nepuknya. “Kalau gue jadi Maura juga bakal marah gitu, Lan. Siapa yang mau dibilang penghalang yang kalau disimpulkan malah jadi kayak perusak, sedangkan kalian belum ada hubungan apapun.”
“Gue juga mikir gitu, Hen, tapi Bang Jayden yang terus kekeh marahi Maura padahal Maura gak ada salah bahkan dia gak tahu kalau gue deket sama Nara,” jelas Arlan.
Mahen mulai berpikir untuk mencari jalan keluar masalah sahabatnya itu. Ia juga bingung harus bagaimana, di satu sisi pasti ia merasa sakit hati juga seperti Maura jika ia berada diposisi tersebut, tapi di sisi lain itu juga bukan kesalahan Arlan yang memicu kesalahpahaman ini.
Mahen menarik nafas dalam-dalam sembari berkata, “Coba lo bujuk aja Maura, lo ke rumahnya gitu atau kasih apa biar dia maafin lo.”
“Susah, Hen, Maura susah dibujuk. Dia kalau udah dendam sama orang ya bakal dendam gak bakal maafin. Gue takut dia dendam sama Nara apalagi ke Bang Jayden.” Arlan berjalan mondar-mandir kebingungan.
“Dicoba dulu, cewek kan moodnya bisa naik turun. Siapa tahu dia luluh,” tutur Mahen.
“Gue coba nanti.”
Langit jingga mulai menyambut malam. Suara burung beterbangan ke sangkarnya yang menandakan kegelapan akan mulai beranjak. Awan yang awalnya berwarna putih dicampur dengan beberapa rona merah senja menjadi hitam. Malam akan singgah dengan seribu ukiran kesunyian serta ketenteraman dunia.
Kaki kecil itu mengayun-ayun di ayunan teras salah satu perumahan di sana. Menatap langit yang menampakkan citranya sebagai penghias dari sang pencipta. Angin pula menghembus malu pipi berwajah cantik itu.
Dor
Suara kagetan yang seseorang sengaja untuk mengageti seorang gadis yang tengah berayun sendiri. Dengan wajah tidak bersalah pemuda itu justru berjalan ke arah gadis itu dengan lunglai. Diiringi dengan cengengesannya yang menjadi ciri khas pemuda tersebut.
Gadis itu justru berdecak sebal sembari memutar bola matanya malas. Ia lalu beranjak dari duduknya dan ingin pergi. Namun, dicekal oleh Arlan, pemuda itu tidak membiarkan Maura terus menerus akan marah dengannya.
“Ra, dengerin gue dulu. Ini salah paham, ya gue tahu kalau ini emang salah gue yang gak pernah kasih tahu ke lo, tapi dengan ini lo juga gak bisa benci ke gue?” ucap Arlan sembari memegang tangan Maura.