Bab 20 |Berawal dari kesalahpahaman berujung pertemanan|

28 12 0
                                    

utamakan vote sebelum membaca dan jangan lupa untuk komen. jangan jadi pembaca gelap. happy reading

“Gimana cara gue harus dapet maaf dari lo, Maura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Gimana cara gue harus dapet maaf dari lo, Maura.”

Terdengar suara gemuruh dibentang langit siang hari ini. Taman bunga yang terlihat beberapa bunga yang bermekaran di hadapan mereka menjadi saksi jika pertemuan mereka untuk ke sekian kalinya.

Maura bersedekap dada, ia juga melihat ke atas langit untuk melihat apakah hujan akan turun atau tidak.
Nara terus saja membujuk Maura. Namun, ia tidak menghiraukan perkataan Nara sekata pun.

“Maura, gue mohon. Gue minta maaf atas kelakuan Abang dan juga gue, kita udah lancang terhadap lo padahal gue belum ada hubungan apa-apa dan justru gue yang posisinya adalah orang baru dibanding dengan lo.”

Maura sesekali melirik ke arah Nara. Ia memutar bola matanya malas. Gadis itu lalu menatap wajah Nara.

“Nara, lo pasti tahu perasaan gue gimana. Kalau lo diposisi gue pasti juga gak terima dibilang gitu?”

“Maaf, Nara.”

“Gue maafin tapi ada satu syarat.”

“Apa itu?” tanya Nara dengan penasaran.

Maura tersenyum lebar ketika ada ide yang terlintas di pikirannya. Ia tersenyum sembari tertawa kecil membayangkan Nara. “Lo jadi babu gue.”

“Hah?”

“Mau apa enggak.”

Nara tidak menyangka jika Maura akan menjadikannya babu. Mungkin ia memang salah bermain-main dengan Maura yang memang sedikit tengil. Ia mendengus sebal melihat Maura yang tersenyum merekah menanti jawabannya.

“Selama seminggu aja.”

“Tapi habis itu lo jadi temen gue?”

“Deal.”

Mereka berdua sepakat dengan apa yang telah diputuskan. Sepertinya Maura memang menanti berteman dengan Nara yang memang dekat dengan Arlan.

Hujan mulai berjatuhan, Maura sudah pulang terlebih dahulu karena harus mengantar kue pesanan ibunya. Maura berlari-lari kecil mencari tempat berteduh. Hingga ia bertemu dengan Arlan yang memang kebetulan mencari tempat teduhan.

“Arlan,” sapa Nara.

Mereka berteduh di gazebo dekat taman. Tak jarang pula orang-orang berlarian mencari tempat atau sekedar memang cepat-cepat untuk pergi agar tidak menanti hujan tidak tahu deras atau hanya biasa saja.

“Kamu ngapain di sini?” tanya Arlan yang melepaskan jaketnya yang lalu ia pakaikan di pundak Nara.

“Tadi aku habis ketemu Maura buat minta maaf karena masalah pas itu,” ujar Nara sembari menghembus kedua tangannya karena kedinginan.

Arlangga | Haechan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang