lelaki manis, namun tidak dengan kehidupannya. penuh dengan banyak tantangan tak membuat Arlangga putus asa. saudara yang seolah menjadikan dirinya saingan tidak membuat Arlan goyah untuk terus menjalani semuanya. ditemani pula oleh beberapa teman-t...
hai, jangan lupa untuk vote dan komen ya! ramaikan komentarnya dong. Jangan jadi pembaca gelap
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Badai hujan akan berlalu dan menciptakan pelanginya. Lalu kapan aku mendapatkan pelangi itu jika semua yang terjadi hanyalah badai semata.” -Arlangga ─── ⋆⋅☆⋅⋆ ──
Langkah kakinya ia jaga sedemikian rupa agar tidak menyebabkan kebisingan. Satu persatu langkah kaki itu berjalan ke arah Meja sang Ayah mengetahui jika Ayahnya harus lembur di kantornya yang membuat Arlan nekat untuk mengambil kunci motor miliknya.
Matanya melirik ke sana kemari untuk melihat situasi. Setelah didapatkan kunci tersebut, Arlan langsung bergegas keluar dari rumah dan menyalakan mesin motornya yang kemudian melaju kencang. Tanpa di sadari jika ada sepasang mata yang sedari tadi melihat tingkah Arlan.
Sesampainya di area balap, terdengar suara motor dan beberapa sorakan para penonton yang turut melihat balapan tersebut. Arlan membuka helm full face miliknya.
“Akhirnya sampai juga lo di sini, Lan,” ujar seseorang sembari menepuk pundak Arlan.
Arlan yang mendengar itu hanya tersenyum tipis sembari menganggukkan kepalanya. Hingga waktu dimana giliran Arlan untuk beradu skill balapnya dengan lawannya yang tidak tahu siapa itu. Walaupun balapan ini membahayakan dan merugikan orang lain tapi Arlan tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mendapatkan uang walaupun sang Ayah telah memberikan lebih untuknya.
Pandangan Arlan lurus ke depan, menatap jalanan yang akan ia gunakan untuk berpacu. Sesekali ia melirik ke arah lawan yang tengah meremehkannya dengan memberikannya jempol ke bawah.
Hitungan mundur pun dimulai, peserta mulai berkonsentrasi dan berfokus ke depan sembari mendengarkan aba-aba hingga tiba saatnya bendera di kibarkan. Arlan melaju cepat, tarikan gasnya ia seimbang dengan waktu yang sedang berlangsung.
Ia melirik ke arah kaca spion miliknya yang terlihat sang lawan lumayan tertinggal. Dengan itu Arlan tidak ingin lengah dan mulai terus melajukan motornya. Namun, ternyata lawannya menyusul dirinya yang sekarang bersampingan dengannya. Arlan terus menarik gas motornya dan terlihat garis finish di depannya.
Di saat garis finish sudah di depan mata tiba-tiba saja motor Arlan tidak dapat dikendalikan. Kecepatan motor Arlan menurun dan sedikit tidak bisa ia seimbangkan. Melihat Arlan yang kesusahan, lawan dari balapannya segera menyenggol body motor Arlan yang menyebabkan sedikit terhuyung.
Lawan Arlan pun melaju kembali ke garis finish. Sementara Arlan, ia tidak seimbang yang menyebabkan harus jatuh untuk ke sekian kalinya. Arlan berguling sembari meringis kesakitan. Dibantu juga oleh beberapa anggota untuk membangunkan Arlan serta motornya yang lumayan berat.