Setelah merencanakan langkah-langkah mereka, Nio, Ratu Moona, dan Veilis bersiap untuk melangkah ke medan perang. Mereka tahu bahwa waktu tidak berpihak pada mereka Hirdor semakin kuat, dan makhluk-makhluk laut yang terpengaruh menunggu harapan baru.
Saat mereka tiba di lokasi pertempuran, pemandangan mengerikan menyambut mereka. Iblis-iblis Hirdor berkeliaran, menyerang siapa saja yang berani mendekat. Nio merasakan ketegangan di udara, tetapi semangatnya tidak pudar. "Kita harus cepat! Mereka butuh bantuan kita!" serunya.
Ratu Moona melangkah maju, aura kekuatannya memancar. "Bersiaplah, anak anak! Kita akan melawan demi kebebasan!"
Dengan seruan semangat, mereka meluncur ke dalam pertempuran. Nio mengayunkan senjatanya, mengarahkan serangannya kepada iblis yang mendekat. Setiap pukulan terasa lebih kuat dengan kehadiran Ratu Moona di sampingnya, memancarkan kekuatan yang menular kepada seluruh pasukan.
"Untuk kebebasan!" teriak Veilis, bertarung dengan gagah. Serangan mereka bersatu, mengalahkan iblis satu demi satu. Namun, meskipun semangat mereka membara, jumlah musuh terus berdatangan.
Di tengah kekacauan, Nio melihat sekelilingnya. Teman-teman mereka berjuang keras, tetapi beberapa mulai kelelahan. "Kita harus menghentikan mereka!" Nio berteriak. "Cari pemimpin mereka!"
Mereka berusaha mencari cara untuk mengalahkan Hirdor, tetapi saat mereka menyerang, semakin banyak iblis yang muncul dari kegelapan. Dalam sekejap, suasana berubah tegang. Nio merasakan ketidakpastian menyelimuti mereka.
Di tengah kebisingan pertempuran, Nio dan rekan-rekannya berlari menuju pusat kekuatan Hirdor. Namun, saat mereka mendekat, sebuah iblis besar muncul di depan mereka, menghalangi jalan.
"Jangan biarkan mereka lewat!" teriak iblis itu, suaranya menggema dengan kebencian.
Ratu Moona mengambil posisi, bersiap untuk menghadapi ancaman tersebut. "Kita tidak akan mundur! Ini untuk semua makhluk yang terperangkap!"
Saat pertarungan berlangsung, mereka bertarung dengan gigih. Namun, sebuah serangan tak terduga datang, memukul salah satu rekan mereka, Ness, yang berada di barisan depan. "Ness!" seru Jian, terkejut melihat sosok yang selama ini menjadi pilar mereka terjatuh.
"Kau tidak boleh pergi!" teriak Jiya, tetapi serangan itu sudah terlambat. Ketika Ness terjatuh, seisi medan pertempuran seakan terhenti. Kesedihan dan kepanikan menyelimuti mereka.
Jiya jatuh berlutut, air mata mengalir di pipinya. "Kita seharusnya melindunginya!" serunya, hatinya remuk. "Dia selalu ada untuk kita..."
Jian menatap Ness dengan mata berkaca-kaca, merasa seolah dunia runtuh di hadapannya. "Kita harus terus berjuang untuknya!" serunya, berusaha mengangkat semangat teman-temannya meskipun hatinya hancur.
(Kebangkitan Semangat)
Ratu Moona menatap sekeliling dengan mata penuh harapan. "Ness berjuang untuk kita! Kita tidak boleh menyerah sekarang!" Suaranya menggema, memompa semangat baru ke dalam diri mereka.
Dengan kekuatan baru yang terlahir dari rasa kehilangan, mereka bangkit kembali, melanjutkan perjuangan meski hati mereka penuh luka. "Untuk Ness!" seru Jian, dan mereka berlari kembali ke dalam pertempuran, bertekad untuk menghormati sahabat mereka yang telah pergi.
Mereka melanjutkan pertempuran dengan semangat yang semakin membara, bersatu demi menghancurkan Hirdor dan membebaskan dunia yang terperangkap. Setiap serangan mereka kini dipenuhi dengan kenangan dan cinta untuk Ness, menjadikannya sebagai pendorong utama dalam perjuangan mereka.
---
Setelah pertarungan yang sengit dan melelahkan, akhirnya pasukan Nio dan Ratu Moona berhasil mengalahkan iblis-iblis Hirdor. Kekuatan kebersamaan dan strategi yang cermat menjadi kunci kemenangan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FINAL QUEST
FantasyPERINGKAT MENGESANKAN #1 ASIK [25-09-2024] The Final Quest adalah petualangan fantasi gelap di mana lima remaja Jiya, Yuna, Haikal, Jian, dan Nio secara tak sengaja terjebak dalam permainan video yang lebih berbahaya daripada yang mereka bayangkan...