JATUH CINTA?

32 5 2
                                    

(POV AUTHOR: halloo semuaa sebelum baca di budayakan buat vote yaa, jangan lupaa baca sambil dengerin lagu play date Melanie Martinez, love story indila, feel my ryhtm red Velvet)

Setelah semua menikmati makan ayam raksasa yang lezat, suasana menjadi semakin hangat dan penuh tawa. Aroma bumbu rahasia yang memancarkan cahaya memukau menambah nuansa magis malam itu, dan setiap gigitan daging seolah membawa energi baru bagi mereka. Haikal, Jian, Nio, dan Jiya tertawa sambil bercanda tentang bagaimana rasanya mendapatkan kekuatan tambahan hanya dengan makan ayam.

Di sela-sela gelak tawa, percakapan mulai mengalir ke arah dunia manusia. Haikal, yang duduk dengan tenang di dekat api, memandang ke langit malam dan memulai pembicaraan.

"Kalau gue inget-inget lagi, ya, di dunia kita tuh nggak ada yang ngalahin kecantikan Jennie Blackpink," katanya sambil tersenyum.

Jiya tertawa kecil. "Iyain aja, Kal. Jennie emang keren banget, apalagi waktu dia perform. Tuh, Veilis, lo tau Jennie kan? Di dunia kita, dia tuh kayak bintang yang paling bersinar."

Veilis, si peri cantik yang mempesona, mendengarkan dengan penuh perhatian. Wajahnya yang anggun diterangi oleh cahaya api unggun, memberikan kilau yang menambah kecantikannya. Dia menatap Jiya dengan mata penuh rasa ingin tahu. "Dia secantik itu ya?" tanyanya lembut.

"Lebih dari itu," sahut Nio, sambil mengarahkan pandangannya ke Veilis. Matanya berbinar saat memandangi Veilis yang terpesona dengan cerita tentang dunia manusia. Dalam hatinya, Nio merasa ada sesuatu yang berbeda malam itu seolah kecantikan Veilis melebihi segalanya, bahkan melebihi kisah tentang Jennie yang baru saja mereka ceritakan. Setiap gerakan Veilis terasa anggun, dan Nio tak bisa melepaskan pandangannya.

Haikal melanjutkan, "Bukan cuma Jennie, tapi lo juga harus dengerin suara Billie Eilish. Gila, suaranya tuh kayak bisa bikin lo terbang. Dia punya gaya yang beda dari yang lain."

"Sepertinya dunia kalian penuh dengan keajaiban juga," ucap Veilis sambil tersenyum hangat. "Aku ingin mendengar suara indah itu suatu hari."

Percakapan berlanjut dengan hangat, tetapi malam semakin larut. Perlahan, satu per satu mulai tertidur, terlelap dalam rasa kenyang dan kelelahan setelah hari yang panjang. Api unggun terus berkobar, memberikan cahaya hangat di tengah padang rumput yang sunyi. Namun, Nio dan Veilis tetap terjaga, duduk bersebelahan dalam hening.

Veilis memandang Nio dengan senyum lembut. "Apa kau ingin ikut denganku sebentar?" bisiknya.

Nio, dengan hatinya yang berdebar, mengangguk. Mereka berdua berdiri pelan, memastikan tidak membangunkan yang lain, lalu berjalan menjauh dari area tempat mereka beristirahat. Di bawah sinar rembulan yang terang, mereka berdua berjalan menuju sebuah sungai yang indah, tersembunyi di balik pepohonan.

Sungai itu berkilauan seperti kaca, memantulkan cahaya bintang di langit malam. Gemericik airnya terdengar menenangkan, seakan mengundang siapa saja untuk duduk dan menikmati ketenangan alam. Nio dan Veilis berdiri di tepi sungai, memandang air yang jernih, dan hembusan angin malam yang sejuk membuat suasana semakin syahdu.

"Tempat ini indah sekali," kata Nio, suaranya nyaris berbisik.

"Memang," jawab Veilis pelan. "Di sini, aku bisa melupakan semua kekacauan yang terjadi. Sebentar lagi kita akan kembali bertarung, tapi di sini... kita bisa menikmati kedamaian."

Mereka duduk di tepi sungai, membiarkan kaki mereka menyentuh air yang dingin. Di sekeliling mereka, alam terasa hidup, dengan suara burung malam yang berkicau, dan sinar rembulan yang menyinari dedaunan.

Veilis menoleh ke arah Nio, senyumnya masih terlukis di wajahnya. "Terima kasih sudah menemani. Aku jarang bisa berbicara dengan seseorang yang mengerti perasaan ini."

THE FINAL QUEST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang