MENGGANGU

14 6 0
                                    

(POV AUTHOR: aloo aku up jam 23:47 WITA)

Tiba-tiba, suara langkah-langkah mendekat memecah keheningan di antara mereka. Nio dan Veilis saling menatap dengan waspada, kesadaran akan dunia di luar momen indah ini kembali mengingatkan mereka akan tanggung jawab yang masih harus mereka jalani. Dari kegelapan malam, muncul sosok Jian, yang tampak terburu-buru dengan napas yang terengah-engah.

"Nio! Veilis!" Jian memanggil, suaranya mencerminkan kepanikan. "Kita harus segera pergi! Hirdor telah mengirim pasukan ke arah sini, dan kita tidak punya banyak waktu!"

Kedua remaja itu terperanjat, momen manis mereka mendadak terputus. Nio beranjak berdiri, melihat ke arah Jian dengan serius. "Apakah mereka sudah menemukan kita?"

Jian mengangguk. "Ya, dan mereka menuju ke sini. Kita harus berkumpul dengan yang lainnya dan merencanakan serangan balik sebelum mereka sampai."

Veilis berdiri, kesedihan menyelimuti hatinya saat mengetahui bahwa waktu mereka berdua terpaksa harus berakhir. "Kita harus membantu mereka," ujarnya, suaranya tegas meski hatinya berat.

Nio menatap Veilis, merasakan ketegangan di dalam dirinya. "Kita tidak bisa membiarkan mereka melukai siapa pun. Tapi aku... aku ingin tetap bersamamu."

"Dan aku ingin itu juga, Nio," Veilis menjawab, "Tapi kita juga harus memastikan keselamatan teman-teman kita."

Mereka berlari bersama, Jian memimpin jalan, sementara Nio dan Veilis mengikuti di belakang, saling bertukar pandang penuh harap. Di tengah perjalanan, angin berdesir membawa aroma harapan dan ketakutan, menciptakan suasana mendebarkan di antara mereka.

Setelah beberapa saat berlari, mereka tiba di sebuah area terbuka di mana yang lain telah berkumpul. Jiya, Haikal, dan Jian sudah siap dengan senjata mereka, dan wajah mereka menunjukkan keseriusan. Ratu Moona berdiri di tengah, wajahnya penuh ketenangan meski mata yang tajam mencerminkan kebijaksanaan dan kekuatan.

"Bagus kalian sudah datang," kata Ratu Moona. "Hirdor tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Kita harus bersatu dan berjuang demi dunia kita."

Nio menatap wajah teman-temannya, melihat tekad di mata mereka. Semua telah bersiap, meskipun ancaman besar menghadang. Ia merasa semangat dalam hatinya, bertekad untuk melindungi semua yang dicintainya.

"Nio, Veilis," suara Jiya memecah lamunan, "apa yang terjadi antara kalian berdua? Ini bukan waktu untuk itu!"

Nio terkejut, tetapi senyumnya tidak bisa ia sembunyikan. "Kita hanya... berbicara," jawabnya, mencoba tetap tenang.

"Berbicara?" Haikal mencibir. "Kalian seharusnya fokus pada apa yang akan terjadi selanjutnya."

Jian menepuk bahu Nio, "Kita semua tahu betapa berartinya momen-momen ini, Nio. Tapi sekarang saatnya untuk bertindak."

Ratu Moona mengangguk. "Kita harus berfokus pada rencana kita. Jika kita tidak bersatu, kita tidak akan bisa mengalahkan Hirdor. Kita harus mencari cara untuk menghancurkan kekuatannya sebelum dia menyerang."

Veilis berdiri di samping Nio, mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Nio. "Kita akan melalui ini bersama. Tidak ada yang bisa memisahkan kita, bukan?"

Nio merasakan ketegangan di dalam hatinya berkurang, dan ia mengangguk dengan penuh keyakinan. "Kita pasti bisa melakukannya."

Dengan semangat baru, mereka menyusun rencana. Masing-masing mengambil posisi, mempersiapkan diri untuk pertempuran yang mungkin menentukan nasib dunia mereka. Di tengah kebisingan dan kekhawatiran, perasaan mereka tetap terjaga, menyala dalam hati mereka sebagai cahaya harapan.

THE FINAL QUEST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang