POV AUTHOR: "Anyeongggiiieeee menurut ku ini adalah bab paling menyenangkan.. jangan lupa untuk vote yaa gomawo, sebelum membaca aku saranin kalian buat baca sambil denger musik the call regina spoktor sesudah itu lagu cosmic dan sweet dream red Velvet"
----
Dalam perjalanan menuju altar Hirdor, ketegangan mengisi udara. Nio terus-menerus merasa khawatir akan keadaan adiknya, Yuna, yang sedang diobati oleh manusia kerdil lainnya. Dia merasa tidak tenang, berusaha menepis rasa cemas yang menggelayuti pikirannya.
"Apakah Yuna baik-baik saja?" Nio bertanya pada Ratu Moona saat mereka menunggangi Hilco, kuda yang kuat dan anggun. "Aku ingin tahu bagaimana keadaannya."
Ratu Moona menatap Nio dengan lembut. "Kita bisa menggunakan ikatan batinmu untuk berkomunikasi dengan para manusia kerdil. Mereka memiliki kemampuan untuk mendengar suara batin kita."
Nio mengangguk, mencoba merasakan keberadaan adiknya. Dengan hati yang penuh harapan, ia memusatkan pikirannya, berusaha mencari koneksi dengan manusia kerdil yang sedang merawat Yuna. Dalam sekejap, dia mendengar suara lembut, "Dia baik-baik saja, sedang beristirahat. Tenangkanlah dirimu."
Di sisi lain, Jiya masih terisak di belakang, mengenang Ness yang telah pergi. Air matanya terus mengalir, dan Jian berusaha menenangkannya. "Jiya, dia ingin kita berjuang. Kita harus melanjutkan, demi Ness," katanya dengan lembut.
"Tapi aku merasa hancur, Jian. Kita seharusnya bisa menyelamatkannya!" Jiya menjawab, suaranya dipenuhi kesedihan.
Haikal berjalan di depan, merasa marah dan frustasi. Setiap langkahnya seakan mencerminkan ketidakpuasan terhadap situasi yang mereka hadapi. "Kita harus menghentikan Hirdor! Mereka tidak boleh menang!" teriaknya dengan semangat yang berkobar.
Namun, di tengah suasana yang berat, Veilis hadir sebagai penyemangat. "Jangan khawatir! Kita akan menang, dan setelah itu kita bisa merayakan!" Ia berusaha menghibur kelompok dengan leluconnya. "Kalau Hirdor itu seekor ikan, kita akan membuatnya terjepit di jaring!"
Semua tertawa, meskipun dalam hati mereka masih ada kesedihan. "Veilis, kau tahu cara membuat suasana lebih baik," Nio berkata, tersenyum meski cemas.
Veilis melanjutkan, "Bayangkan saja Hirdor terjatuh ke dalam kolam raksasa. Mereka pasti bingung mencari jalan keluar!"
Keceriaan yang dibawa Veilis membantu mengangkat semangat kelompok. Jiya berusaha menghapus air matanya dan tersenyum tipis. "Kau benar, kita harus tetap kuat," katanya.
Dengan semangat baru, mereka terus melangkah maju, bersatu dalam tujuan untuk menghentikan Hirdor. Nio merasakan kedamaian di dalam dirinya, tahu bahwa meskipun ada kehilangan, mereka memiliki satu sama lain untuk saling mendukung.
"Untuk Yuna, untuk Ness, kita akan berjuang sampai akhir!" seru Nio, dan semua mengangguk, merasa terikat dalam satu ikatan yang kuat.
---
Dalam perjalanan yang panjang menuju altar Hirdor, suasana hati mereka mulai membaik. Nio, Jiya, Jian, Haikal, dan Ratu Moona berusaha mengalihkan perhatian dari kesedihan dengan mengobrol dan tertawa.
Veilis melanjutkan leluconnya, dan kali ini dia diikuti oleh manusia kerdil yang tersisa. "Tahu nggak, kenapa ikan tidak pernah bermain piano?" tanya salah satu manusia kerdil dengan wajah serius.
"Kenapa?" semua penasaran.
"Karena mereka takut dengan jari-jarinya yang basah!" jawabnya sambil tertawa, membuat semua orang terpingkal.
Jiya, meskipun masih merasa kehilangan, tidak bisa menahan senyum. "Kau benar-benar konyol!" ucapnya, tertawa kecil.
Manusia kerdil lainnya mengambil alih. "Dengar, kenapa kuda selalu pergi ke sekolah?" Ia berpura-pura serius, menunggu perhatian penuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FINAL QUEST
FantasyPERINGKAT MENGESANKAN #1 ASIK [25-09-2024] The Final Quest adalah petualangan fantasi gelap di mana lima remaja Jiya, Yuna, Haikal, Jian, dan Nio secara tak sengaja terjebak dalam permainan video yang lebih berbahaya daripada yang mereka bayangkan...