Nio, Jian, dan Haikal melangkah lebih dalam ke hutan, mencari ayam raksasa yang katanya berukuran luar biasa. Mereka sudah bertekad untuk membawa pulang buruan besar, tapi suasana di sekitar mereka begitu sunyi, seolah seluruh hutan sedang mengamati.
“Di mana ayamnya?” gumam Jian, sambil memegang tombak kayu yang dibuatnya bersama Haikal.
“Pasti nggak jauh,” sahut Nio, “kalau bau ayam pasti ketahuan.”
Sambil bercanda, Haikal menjawab, “Atau jangan-jangan kita dikejar ayam raksasa? Jangan sampai kita yang dimakan!”
Tiba-tiba, terdengar suara gemuruh pelan dari kejauhan. Ketiganya menghentikan langkah dan menatap ke arah suara itu. Perlahan-lahan, dari balik pepohonan, terlihat sosok raksasa besar yang sedang berjalan santai. Tubuhnya menjulang tinggi, dan setiap langkahnya membuat tanah bergetar.
Mata Nio langsung membesar. “Itu… raksasa!”
Jian tak bisa menahan senyum kegirangan. “Ayo, kita lihat lebih dekat!”
Dengan penuh rasa penasaran, mereka mendekat dengan hati-hati, mencoba tidak membuat suara. Tetapi tiba-tiba, saat Haikal menyentuh salah satu pohon, pohon itu bergoyang dan bersuara keras.
“Hey, siapa yang menyentuhku?!” kata pohon itu dengan nada jengkel. Ternyata pohon itu bisa berbicara!
Haikal terkejut, langsung melepas tangannya dari batang pohon tersebut. “A-aku nggak sengaja!”
Pohon itu mendengus, “Ck, manusia memang selalu sembarangan! Jangan sentuh aku kalau kau tak mau masalah!”
Nio dan Jian tertawa keras mendengar percakapan aneh itu. Tetapi tawa mereka segera terhenti saat raksasa yang tadi mereka intip tiba-tiba mengendus udara. Matanya menyipit, dan dia menoleh ke arah mereka dengan tatapan lapar.
“Apa aku mencium bau… daging manusia?” kata raksasa itu sambil menggerakkan hidungnya dengan tajam.
“Lariiiii!!” teriak Nio, langsung melesat dengan kecepatan yang tidak terduga.
Haikal yang masih shock karena pohon bicara itu, segera sadar dan berlari mengikuti Nio, sementara Jian dengan sigap memungut tombaknya dan berlari di belakang mereka.
Raksasa itu mulai mengejar mereka, setiap langkahnya terasa semakin dekat. “Manusia kecil… akan jadi santapan lezatku!”
“Tolong! Aku nggak mau jadi daging panggang!” teriak Haikal sambil berlari tanpa menoleh ke belakang.
“Aku bahkan belum sarapan tadi pagi!” keluh Nio sambil mempercepat langkahnya.
Sementara Jian masih berusaha menyelamatkan tombaknya yang hampir jatuh, ia berteriak, “Hei! Jangan sampai kita ketangkap, nanti kita jadi viral sebagai makanan raksasa!”
Mereka bertiga terus berlari sekuat tenaga, dengan raksasa di belakang mereka. Detak jantung mereka semakin cepat, tetapi entah bagaimana, di tengah ketegangan itu, mereka juga tak bisa menahan tawa karena situasi yang absurd.
“Haikal, jangan pernah sentuh pohon lagi!” seru Jian.
“Setuju!!” balas Haikal sambil tertawa panik.
---
(Sembunyi dari raksasa)
Dengan napas terengah-engah, Nio, Jian, dan Haikal akhirnya berhasil bersembunyi di balik semak-semak tebal. Mereka bertiga menunduk, menahan napas, berusaha untuk tidak bersuara. Raksasa yang tadi mengejar mereka terlihat mengendus-endus udara di sekitar, masih mencari-cari bau manusia yang sempat ia cium.
“Diam… jangan bergerak,” bisik Haikal dengan suara pelan.
Nio dan Jian mengangguk setuju, berusaha keras menahan rasa panik. Raksasa itu berputar-putar di sekitar mereka, menginjak dedaunan dan ranting yang patah dengan setiap langkah kakinya. Mereka bisa merasakan tanah bergetar setiap kali raksasa itu melangkah lebih dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FINAL QUEST
FantasyPERINGKAT MENGESANKAN #1 ASIK [25-09-2024] The Final Quest adalah petualangan fantasi gelap di mana lima remaja Jiya, Yuna, Haikal, Jian, dan Nio secara tak sengaja terjebak dalam permainan video yang lebih berbahaya daripada yang mereka bayangkan...