MISS NESS

9 1 0
                                    

Jiya melangkah perlahan menjauh dari keramaian, menghindari pandangan teman-temannya yang masih sibuk merayakan kemenangan mereka. Ia butuh waktu untuk sendiri, untuk merenung, dan untuk menyendiri sejenak. Hatinya terasa berat, dipenuhi perasaan campur aduk yang sulit dijelaskan.

"Ratu Moona," Jiya meminta izin dengan lembut, "Bolehkah aku pergi sebentar? Aku hanya ingin sedikit waktu untuk diri sendiri."

Ratu Moona yang sedang berbincang dengan para guardian, menatap Jiya dengan pengertian. "Tentu, Jiya. Dunia ini telah diselamatkan, namun setiap hati punya perjalanan sendiri. Pergilah, dan temukan kedamaian dalam hatimu."

Jiya mengangguk, berbalik untuk berjalan jauh dari pusat keramaian, menuju tempat yang lebih sepi, dikelilingi oleh alam yang tenang. Di sana, angin sepoi-sepoi mengusap wajahnya, namun hatinya tak kunjung tenang.

🌙🌙🌙

Di bawah pohon besar yang rindang, Jiya duduk, menatap ke kejauhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di bawah pohon besar yang rindang, Jiya duduk, menatap ke kejauhan. Dunia yang telah diselamatkan ini, penuh dengan kedamaian, tapi Jiya tak bisa mengabaikan perasaan kosong yang mengisi hatinya. Dia tahu, waktunya untuk pergi semakin dekat. Kepergiannya akan meninggalkan dunia ini yang telah dia perjuangkan, meninggalkan teman-temannya, dan... orang tuanya. Hatinya terasa pedih.

"Apa mereka baik-baik saja? Apa mereka tahu aku baik-baik saja?" pikir Jiya, memikirkan orang tuanya yang jauh di dunia manusia. Meskipun dia sudah banyak berkorban untuk dunia ini, dia tidak bisa menahan rasa rindu yang begitu dalam. Jiya ingin bisa kembali dan memeluk orang tuanya, bercerita tentang petualangannya, meskipun dia tahu itu tidak mungkin.

Namun, ada sosok lain yang juga meninggalkan bekas yang mendalam dalam hatinya Ness.

Manusia kerdil yang telah menjadi teman, sekaligus guru, dalam perjalanan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Manusia kerdil yang telah menjadi teman, sekaligus guru, dalam perjalanan mereka. Jiya teringat betapa Ness telah berkorban demi dunia ini, betapa dia rela mengorbankan dirinya demi kemenangan mereka. Kehilangan Ness terasa sangat menyakitkan, dan meskipun Ness bukan orang tuanya, rasa kehilangan itu tetap begitu berat.

Tiba-tiba, Jiya merasakan angin berhembus lebih kencang, seperti membawa bisikan. Jiya menutup matanya, seakan merasakan kehadiran Ness yang memberi isyarat agar dia tidak bersedih. "Ness... aku berjanji, dunia ini akan tetap aman," bisik Jiya dalam hati, berharap bahwa rohnya bisa mendengar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE FINAL QUEST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang