SETELAH KEMENANGAN

4 1 0
                                    

Saat cahaya jantung biru semakin menyelimuti tempat itu, semua orang merasakan kehangatan dan kedamaian yang menyebar ke seluruh dunia. Hirdor, yang kini terjebak dalam cahaya, berteriak dengan kemarahan dan frustrasi, tetapi suaranya perlahan menghilang seiring dengan menghilangnya keberadaan kegelapan itu.

Ratu Moona mengangkat jantung biru yang bersinar cerah ke udara. "Kita telah berhasil! Dunia ini akan pulih dari semua luka yang ditimbulkan oleh Hirdor!" kata Ratu Moona dengan semangat. Semua orang bersorak gembira, mengabaikan rasa lelah dan sakit yang mereka rasakan.

tiba-tiba, terdengar suara yang mulai menggema, terdengar lagi lebih jauh, lebih misterius, seolah berasal dari masa depan yang belum terjangkau. "Ini belum berakhir, Moona... Dunia ini akan jatuh ke dalam kegelapan yang lebih dalam dari sebelumnya. Kalian semua akan menyaksikan kehancuran... tetapi itu tidak akan terjadi sekarang tunggu saja saat yang tepat." Dengan suara tertawa yang seperti tidak ada habis nya

Ratu Moona menatap sosok bayangan yang menghilang dalam cahaya biru, kebingungannya semakin mendalam. "Apa maksudmu?" tanyanya dengan hati-hati, namun jawabannya datang hanya dalam bentuk angin yang berdesir, meresap ke dalam jiwa mereka.

 "Apa maksudmu?" tanyanya dengan hati-hati, namun jawabannya datang hanya dalam bentuk angin yang berdesir, meresap ke dalam jiwa mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Veilis melangkah maju dengan rasa waspada. "Kita tidak akan membiarkan ini terjadi sekarang," katanya dengan tegas, "Apa pun yang datang, kita akan siap."

Jiya memandang ke arah cahaya yang mulai meredup, merasakan beban baru yang datang bersama kata-kata itu. "Tapi... apa maksudnya 'akan terjadi berjuta-juta tahun lagi'?" tanyanya, mengernyitkan dahi.

Ratu Moona mengangguk pelan, matanya berkilau penuh pemahaman yang dalam. "Dunia ini memiliki waktu yang berbeda, Jiya. Di dunia Etheria, satu jam setara dengan satu hari di dunia nyata. Yang kita dengar tadi adalah pesan dari masa depan, berjuta-juta tahun dari sekarang, ketika dunia ini akan kembali diuji."

Jiya mengangguk paham begitu juga dengan teman teman nya.

🌙🌙🌙


Yuna dan Jian baru saja tiba di medan pertempuran, napas mereka terengah-engah setelah berlari dengan penuh semangat. Namun, begitu mereka sampai, yang mereka lihat hanyalah kilauan cahaya biru yang memancar dari jantung dan kelompok Teman mereka yang sudah berdiri dengan tenang, seolah tidak ada yang terjadi.

Yuna menghela napas kecewa. "Serius deh, kami baru saja berlari jauh-jauh... dan sudah selesai?" katanya dengan ekspresi cemberut, mencoba menahan tawa. "Aku sampai lupa kalau pertempuran di dunia ini itu bisa sesingkat itu!"

Jian, yang berada di sampingnya, ikut kesal namun tidak bisa menahan senyumnya. "Ya, kita nyampe pas udah selesai. Ini pasti salah timing," ujarnya sambil menyandarkan pedangnya, menatap ke arah Ratu Moona yang tengah berdiri di tengah cahaya.

Yuna menatap Jian dengan mata berbinar, lalu berbisik dengan nada menggoda, "Seandainya kita tahu ini bakal selesai cepat, mungkin aku bisa tidur lebih lama... Dan kamu, Jian, bisa lebih banyak nyanyi buat aku."

Jian menatap Yuna dengan senyum lebar, matanya berbinar. "Oh, jadi aku harus nyanyi buat kamu? Kalau gitu, harus ada yang spesial dong," jawabnya dengan santai.

Yuna tertawa ringan, namun hati Yuna merasa hangat. "Spesial? Kalau gitu, nyanyikan aku lagu cinta, Jian," kata Yuna, sambil menyandarkan dirinya di dekatnya.

Jian sedikit terkejut, tetapi senyum manis itu semakin lebar. "Lagu cinta, ya? Bisa-bisa aku jadi penyanyi terkenal!" ujarnya sambil mulai melantunkan lirik yang ringan, "Di bawah bintang, aku dan kamu, bersama selamanya..." Dengan gaya konyol, dia bahkan menyanyi dengan suara tinggi yang sedikit melenceng.

Yuna tertawa terbahak-bahak, sambil menepuk tangan. "Kau memang kocak, Jian! Tapi... jangan terlalu serius nanti kamu beneran jadi penyanyi!" ujarnya, wajahnya penuh tawa.

Mereka berdua berjalan mendekat mengarah ke teman teman nya yang sedang berdiri melihat kagum cahaya biru indah itu, sementara Jian masih berusaha menyelesaikan lagu yang lebih serius. "Tapi, Yuna, aku serius kok, kalau dunia ini aman, maka kamu bisa jadi penonton utama konserku."

Yuna menatapnya penuh kasih, dan dalam momen yang sederhana ini, seolah semua kekhawatiran dunia menghilang. "Kamu tahu, mungkin itu bukan ide yang buruk."

Kedamaian yang datang setelah pertempuran ini tidak hanya menyelimuti dunia mereka, tetapi juga hati mereka berdua. Meskipun perang sudah selesai, petualangan baru dan romansa segar tetap berlanjut di dunia yang penuh kejutan ini.

🌙🌙🌙

Begitu Yuna dan Jian tiba di tengah kelompok mereka, teman-teman mereka langsung menyambut dengan senyuman lebar, meskipun ekspresi mereka campur aduk antara senang dan sedikit bercanda.

"Hei, akhirnya datang juga! Apakah kalian terjebak di lorong waktu atau sekadar mencari alasan untuk terlambat?" kata Nio sambil tersenyum nakal. "Tunggu, jangan-jangan kalian sedang berduaan di jalan dan lupa kalau ada perang di sini benar begitu?"

Jian balas tersenyum lebar, tapi dengan nada pura-pura kesal, "Tahu gitu aku gak usah buru-buru, bisa santai saja, ya kan?"

Haikal yang juga tidak ingin kalah, menambahkan dengan gaya kocaknya, "Wah, kalian ini kayak superhero yang datang telat, tapi untungnya dunia nggak hancur duluan."

Yuna menyikut Haikal dengan senyum sinis, "Ya, kita datang tepat waktu, kok. Kalau saja kalian nggak menyelesaikan perang terlalu cepat, kami bisa ikut andil!"

"Betul banget, seharusnya kalian biarkan kami bertarung sedikit, biar ada yang keren-keren!" Jian ikut menimpali.

"Ya ampun," kata Veilis dengan tawa ringan, "Aku kira kalian berdua sudah kembali ke masa lalu saking lamanya."

Jian hanya mengangkat bahu dan berkata sambil tersenyum, "Kami memang sengaja datang di waktu yang pas, biar kalian nggak merasa sendirian."

Tentu saja, semua tertawa, dan bahkan Ratu Moona ikut tersenyum melihat kekompakan mereka, meski perang telah selesai. "Kadang memang kehadiran kalian yang terlambat, justru membuat dunia terasa lebih hidup," katanya dengan bijak.

Yuna dan Jian saling pandang, lalu tertawa, merasa lega meskipun sedikit terlambat, mereka bisa kembali bersama teman-temannya. "Oke, oke, kita telat. Tapi setidaknya kami datang dengan gaya," kata Yuna dengan percaya diri.

Mereka semua tertawa, dan meskipun ada sedikit gurauan dan lelucon, semua tahu bahwa kebersamaan mereka adalah kekuatan yang tak ternilai.

THE FINAL QUEST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang