00.0 [Introduction]

6.8K 228 5
                                    

© 10

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

© 10.2024

Tokoh :

Winta Arindra adalah seorang perempuan berusia 27 tahun yang terlahir dari keluarga terpandang dan kaya. Sebagai pewaris tunggal dari sebuah perusahaan keluarga yang bergerak di bidang konstruksi, Winta tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan tanggung jawab dan harapan tinggi.

Winta telah menjalin hubungan dengan Asya selama bertahun-tahun dan sangat mencintainya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Winta telah menjalin hubungan dengan Asya selama bertahun-tahun dan sangat mencintainya. Tetapi, karena tuntutan keluarga, dia setuju untuk menikah dengan Karina, meskipun hatinya tetap bersama Asya.

Karina Maheswari adalah seorang perempuan berusia 26 tahun yang lembut, bijaksana, dan sangat menghargai keluarganya. Dia tumbuh dalam keluarga yang kaya raya, tapi selalu rendah hati dan tidak pernah mengambil keuntungan dari status sosialnya.

Di balik sikap tenangnya, Karina adalah orang yang memiliki perasaan mendalam dan mampu menyembunyikan kesedihannya dengan baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di balik sikap tenangnya, Karina adalah orang yang memiliki perasaan mendalam dan mampu menyembunyikan kesedihannya dengan baik. Dia berusaha bersikap dewasa dalam menghadapi Winta yang acuh.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°

Prologue;

°

Pagi itu, Karina duduk di ruang tamu yang megah, memandangi jendela besar yang menghadap ke taman keluarga. Meski ruangan itu dipenuhi dengan hiasan-hiasan mahal dan suasana hangat, hatinya merasa dingin.

Ibu dan ayahnya sudah berkumpul bersama, menunggu kedatangan tamu penting—keluarga Arindra.

Karina tahu apa yang akan terjadi hari ini. Dia telah diberitahu sejak minggu lalu bahwa keluarganya sedang merencanakan sesuatu yang besar. Sesuatu yang, mau tidak mau, akan mengubah seluruh hidupnya.

"Karina, kamu udah siap kan?" Suara lembut ibunya memecah keheningan.

Karina menoleh dan tersenyum tipis. "Iya, ibu." jawabnya meskipun hatinya tidak benar-benar yakin.

Siapa yang bisa siap untuk sesuatu seperti ini?

Sejak kecil, Karina selalu diajarkan untuk menghormati keputusan keluarga. Dia tahu bahwa keluarganya adalah keluarga terpandang, dengan bisnis yang besar dan reputasi yang harus dijaga.

Maka, ketika orang tuanya mengatakan bahwa mereka ingin menjodohkannya dengan Winta Arindra, putri tunggal keluarga pengusaha kaya lainnya, Karina tahu bahwa ini bukan tentang cinta.

Tapi tentang menjaga hubungan bisnis, kekuasaan, dan status.

Tidak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa suatu hari dia akan dijodohkan, tanpa punya kesempatan untuk mencintai seseorang dengan caranya sendiri.

Sebelum Karina bisa tenggelam lebih jauh dalam pikirannya, suara bel pintu berbunyi.

Kedatangan keluarga Arindra.

Jantungnya berdebar tak menentu. Ini akan menjadi pertemuan pertama yang resmi dengan Winta, perempuan yang akan menjadi pasangannya—jika semua berjalan sesuai rencana kedua keluarga.

Tak lama, pintu ruang tamu terbuka, dan Winta serta orang tuanya melangkah masuk.

Winta tampak tinggi dan cantik, dengan gaya berpakaian yang sederhana tapi elegan.

Penampilannya rapi, wajahnya tegas, namun matanya tampak dingin, seakan-akan dia berada di sini karena terpaksa.

"Selamat pagi." sapa Ibu Maheswari dengan senyum ramah, mempersilakan keluarga Arindra untuk duduk.

Orang tua Winta menjawab dengan hangat, dan suasana percakapan orang tua mereka langsung berubah menjadi perbincangan formal tentang bisnis, masa depan, dan tentu saja, rencana perjodohan.

Sementara di sudut lain dari ruang tamu, Karina dan Winta hanya duduk berhadapan dalam keheningan canggung. Mereka belum saling mengenal, dan jelas dari sikap mereka bahwa tak satu pun dari mereka yang merasa nyaman.

"Jadi, kita bakal dijodohin, ya?" Tanya Winta tersenyum tipis.

Karina tersenyum sedikit, "Iya, kelihatannya begitu."

Winta menatap lurus ke arah Karina, wajahnya tetap datar. "Kamu nggak keberatan dengan semua ini?"

Karina sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu, tidak menyangka Winta akan langsung menyinggung topik yang sejujurnya juga mengganggunya.

"Sebenarnya, ini semua terlalu mendadak buat aku. Tapi, aku paham kenapa orang tua kita ngelakuin ini."

Winta mengangguk pelan. "Keluarga, bisnis, reputasi. Itu yang selalu jadi alasan mereka, kan?" katanya dengan pahit.

"Iya," sahut Karina. "Mereka pasti punya alasan yang mereka anggap terbaik."

"Kamu nggak merasa aneh?" tanya Winta lagi, matanya menatap tajam ke arah Karina, mencoba membaca reaksinya. "Menikah sama orang yang bahkan nggak kamu kenal?"

"Aku ngerasa nggak nyaman, tapi seperti yang aku bilang, ini bukan cuma soal kita. Ini soal keluarga kita."

Winta mendesah pelan. "Iya, sih. Tapi aku cuma mau jelasin di sini, aku udah punya pacar."

Karina tersentak dalam hati. Dia tidak menyangka Winta akan begitu terbuka tentang itu, terutama pada pertemuan pertama mereka. "Oh, aku, aku nggak tahu soal itu."

"Namanya Asya," lanjut Winta, suaranya berubah lebih lembut saat menyebut nama pacarnya. "Kita udah lama pacaran, dan aku nggak berniat ninggalin dia. Jadi, pernikahan ini, kalau emang terjadi, nggak bakal seperti pernikahan yang normal."

Karina mencoba mencerna semua yang baru saja didengarnya. Tentu saja, perjodohan ini bukanlah hal yang biasa, tapi mengetahui bahwa calon pasangannya sudah mencintai orang lain membuat segalanya terasa lebih rumit.

"Aku ngerti, jadi, kita cuma menjalani ini demi keluarga?"

Winta mengangguk tegas. "Ya. Aku nggak mau kamu berharap terlalu banyak dari pernikahan ini. Kita bisa pura-pura jadi pasangan sempurna di depan keluarga, tapi di luar itu, aku bakal tetap sama Asya."

Kalimat itu menusuk hati Karina lebih dalam daripada yang dia duga. Meski dia tidak mengharapkan cinta dari pernikahan ini, mendengar pernyataan langsung dari Winta membuat kenyataan terasa lebih pahit.

"Oke," jawab Karina dengan suara tenang. "Kalau itu yang kamu mau, aku nggak bakal menghalangi."

Winta menatapnya sejenak, lalu tersenyum kecil. "Bagus. Aku rasa, kita berdua bisa hidup dengan ini, kan?"

Karina mengangguk pelan, meski hatinya terasa berat. "Ya, bisa."

Percakapan mereka berakhir di sana, dan keduanya kembali tenggelam dalam keheningan.

Sementara orang tua mereka terus membahas detail-detail pernikahan yang akan datang, Karina hanya bisa merenung, memikirkan bagaimana hidupnya akan berubah.

Bukan kehidupan yang diimpikannya, tapi hidup yang harus dijalaninya.

.
.
.
.
.
.
.
.








TBC
Tes ombak dulu gan

Between Us | Winrina ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang