Yaudah ini tambahan kalau yang tadi kurang panjang, jangan lupa bilang makasih 🤡
.
.
.
.
.
.
.
.
.Winta duduk bersebelahan dengan Karina, sesekali saling bertukar pandang dan senyum kecil saat suara lantang Pak Arindra dan Pak Maheswari mendominasi percakapan di meja, berbagi cerita dan anekdot tentang proyek-proyek terbaru, serta segala sesuatu yang tampaknya sudah akrab di telinga Winta. Meskipun ia mendengarkan dengan saksama, responnya tetap seadanya, seperti biasa; jawaban yang diberikan Winta singkat, sesekali menanggapi dengan anggukan atau senyuman kecil untuk menghormati ayahnya dan Pak Maheswari.
Di samping Winta, Karina terlibat dalam percakapan lebih ringan dengan Ibu Arindra dan Ibu Maheswari. Karina mendengarkan cerita Ibunya tentang acara sosial yang baru saja dihadiri, sambil menyisipkan komentar-komentar manis yang membuat kedua wanita paruh baya itu tersenyum. Karina terlihat anggun dan tenang dalam percakapan mereka, sekali-sekali mencuri pandang pada Winta yang tengah disibukkan oleh pembicaraan serius di sisi lain meja.
Suasana restoran itu tampak tenang, diiringi dengan alunan musik jazz ringan yang dimainkan oleh pianis. Semua makanan tersaji rapi, piring-piring yang berisi hidangan utama, melengkapi pertemuan keluarga yang jarang-jarang mereka lakukan. Restoran berbintang ini memang sempurna untuk pertemuan semacam ini, dan Winta sendiri mengakui dalam hati bahwa suasananya cukup menyenangkan—jauh lebih hangat daripada makan malam terakhir keluarga mereka.
Di tengah percakapan yang semakin mendalam, Pak Maheswari mengalihkan pembicaraan pada Winta, "Winta, gimana progress proyek perkantoran itu? Itu udah masuk tahap akhir kan, sekarang?"
Winta menarik napas singkat sebelum menjawab dengan tenang, "Sejauh ini sih semua berjalan lancar, Pak. Target utama udah terpenuhi. Sekarang tinggal tunggu evaluasi terakhir." Jawabannya tetap tenang, namun jelas. Pak Maheswari mengangguk puas mendengarnya, dan Winta kembali menenggelamkan dirinya dalam percakapan di sekitar meja.
Sementara itu, Ibu Arindra mulai bercerita kepada Karina tentang rencana mereka untuk mengadakan perayaan ulang tahun pernikahan yang ke-30. Rencana tersebut tampak membuat Ibu Maheswari bersemangat, dan ia pun segera ikut serta dalam merencanakan acara itu.
Di sisi lain meja, Winta hanya tersenyum kecil, seolah menyadari bahwa rencana perayaan itu akan menghabiskan banyak waktu mereka, namun ia tampak pasrah mengikuti alur pembicaraan. Tanpa sadar, Winta kembali terlibat dalam pembicaraan mendalam bersama ayahnya.
"Kalian udah bahas untuk ikut program bayi tabung, kan?" tanya Pak Arindra dengan nada serius. "Ayah rasa udah saatnya kalian punya anak, jangan ditunda lagi karena kalian udah mau masuk kepala tiga."
Kalimat itu meluncur begitu saja, tanpa aba-aba, Winta terdiam, begitu juga Karina, yang matanya masih terpaku pada gelas di hadapannya. Mereka tidak menyangka, topik ini akan disinggung ringan oleh kedua keluarga mereka secara langsung, di tengah-tengah acara makan malam yang terlihat santai ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us | Winrina ✔️
Fiksi PenggemarWinta Arindra dan Karina Maheswari dijodohkan oleh keluarga mereka yang kaya dan berpengaruh. Bagi Winta, pernikahan ini hanyalah sebuah kewajiban demi menjaga keharmonisan keluarga, karena hatinya telah lama terikat pada Putri Asya Salsabila-----ke...