.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Winta keluar dari kamarnya setelah selesai mandi, rambutnya terurai bebas, sisa-sisa air mengalir pelan di sepanjang helai-helainya, kakinya melangkah menuju dapur.
Ketika sampai di dapur, Winta membuka kulkas dan mengambil sebotol air dingin. Dengan gerakan lamban, dia menuangkan air itu ke dalam gelas dan meminumnya dengan tegukan pelan. Mata Winta melirik ke meja makan dan melihat Karina tengah sibuk menyiapkan makanan. Dia tidak tahu kenapa, tetapi kali ini, dia membiarkan kakinya bergerak mendekat ke meja makan.
Tanpa banyak suara, Winta menarik kursi dan duduk di sana, tepat di depan Karina yang masih mengatur piring-piring di meja. Gerakan itu membuat Karina tersentak kecil. Sebenarnya, Karina sudah menyadari keberadaan Winta sejak perempuan itu masuk ke dapur, tetapi dia tidak menyangka Winta akan duduk di meja begitu saja. Selama ini, Winta selalu menolak masakan yang disiapkannya. Kebiasaan itu seakan telah tertanam dalam pikiran Karina, membuatnya merasa cemas.
Tapi, malam ini berbeda. Winta duduk di sana, diam, tanpa berkata apa-apa. Karina merasa gugup. Tangannya yang sedang mengatur sendok sedikit gemetar, meskipun dia berusaha keras menyembunyikannya.
Winta juga tidak tahu mengapa dia melakukan ini. Ada perasaan aneh yang merayap di dalam dirinya. Duduk di sini, menunggu sesuatu yang tidak dia pahami sepenuhnya, membuatnya merasa canggung.
Karina akhirnya memberanikan diri untuk berbicara. "Maaf, ya. Kali ini aku nggak masak banyak, tapi cukup sih buat kita berdua." katanya pelan, suaranya ragu-ragu.
Winta menatap Karina sejenak, matanya sedikit melunak, pandangannya beralih ke piring-piring yang sudah tertata rapi di atas meja. "Nggak apa-apa, aku makannya dikit, kok."
Karina merasa lega, meskipun jantungnya masih berdebar kencang. Dia cepat-cepat duduk di seberang Winta, mulai mengambil nasi dan lauk ke dalam piring mereka dan mulai makan dalam diam.
Setelah selesai makan, Karina berdiri dari kursinya. Tanpa banyak bicara, dia mulai mengumpulkan piring-piring dan gelas di atas meja.
Winta masih duduk di kursinya, menatap Karina yang tampak tenang saat menyusun piring. Karina bergerak dengan sigap, seolah-olah dia sudah terbiasa menjalani rutinitas ini tanpa bantuan siapa pun.
Tanpa berpikir lebih lama, Winta mendadak berdiri dan berjalan ke depan wastafel. Gerakannya kaku dan terburu-buru, seolah dia ingin melakukan sesuatu sebelum rasa ragu kembali menghampiri. Karina yang sedang membawa piring-piring terkejut melihat Winta berdiri di sana, di depan wastafel, seolah siap melakukan sesuatu.
"Kamu ngapain?" tanya Karina, dengan nada keheranan yang jelas.
Winta menoleh. "Sini, biar aku cuci piringnya," katanya sambil mengulurkan tangan, bersiap mengambil piring-piring yang ada di tangan Karina.
Karina mengerutkan kening, lalu menggeleng pelan. "Nggak usah, aku aja yang cuci."
Winta bersikeras. Dia melangkah lebih dekat, mencoba mengambil piring dari tangan Karina. "Kali ini aku aja yang cuci." katanya lagi, suaranya lebih memaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us | Winrina ✔️
Hayran KurguWinta Arindra dan Karina Maheswari dijodohkan oleh keluarga mereka yang kaya dan berpengaruh. Bagi Winta, pernikahan ini hanyalah sebuah kewajiban demi menjaga keharmonisan keluarga, karena hatinya telah lama terikat pada Putri Asya Salsabila-----ke...