028

982 108 14
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Mobil Winta berhenti di area parkiran kantor yang sudah mulai ramai, alih-alih langsung turun, dia justru tetap berada di dalam mobil, menatap cermin dengan tatapan jenuh. Ara duduk dengan manis di dalam tas khusus di kursi sampingnya, sesekali menatap balik ke arah Winta dengan mata bulatnya yang tampak penuh rasa ingin tahu.

Winta menghela napas panjang, lalu melirik ke arah pintu masuk gedung kantor. Dia tahu membawa Ara dan barang-barangnya ke dalam akan menarik perhatian, dan bagi Winta, itu adalah perhatian yang tidak perlu. Setelah beberapa menit menunggu dengan wajah kesal, akhirnya dari kejauhan, dia melihat sosok Prima berjalan mendekat.

Prima sampai di samping mobil Winta dan mengetuk jendela, wajahnya sedikit bingung karena Winta tidak memberi tahu alasan memanggilnya. Dengan sedikit mendengus, Winta menurunkan kaca mobilnya, memandang Prima yang masih menunggu dengan penasaran. Tanpa banyak kata, Winta pun keluar dari mobilnya dan berdiri di samping Prima.

Prima menatap Winta, mengerutkan alisnya. "Kenapa?" tanyanya, menunggu penjelasan.

Tanpa banyak basa-basi, Winta menunjuk ke arah tas berisi Ara yang berada di kursi penumpang. "Tolong dong, bawain itu masuk ke dalam." katanya dengan nada datar.

Prima menatap tas itu dengan ragu, matanya membulat karena tidak percaya. "Itu... kucing?" gumamnya, nada terkejut di suaranya tak bisa disembunyikan. Bagi Prima, melihat Winta membawa kucing adalah pemandangan yang tidak pernah dia bayangkan. Tanpa bisa menahan rasa penasaran, Prima mencoba melihat ke dalam tas, dan matanya bertemu dengan tatapan Ara yang terlihat waspada.

Winta tidak menanggapi, hanya bergerak menuju kursi belakang. Dia mengeluarkan tas bekalnya yang telah disiapkan Karina, lalu menutup pintu dengan pelan.

Prima masih berdiri di tempatnya, tampak terperangah dengan perintah Winta yang tidak terduga ini. Tapi, tanpa membantah, dia membuka pintu kursi penumpang dan mengambil tas berisi Ara dengan sangat hati-hati. Ara tampak sedikit bergerak, matanya terfokus pada Prima yang kini membawanya.

Sementara itu, Winta sudah menyerahkan kunci mobilnya ke Prima. "Sama tas yang ada di kursi belakang." tambahnya dengan santai, tanpa menunggu jawaban dari Prima, Winta menepuk pundaknya pelan, lalu langsung berjalan menuju pintu masuk kantor, meninggalkan Prima yang masih tertegun.

Prima berdiri di sana beberapa saat, mencoba mencerna situasi yang tidak biasa ini. Dia menatap Winta yang perlahan menjauh, lalu kembali memandangi tas berisi kucing itu di tangannya, masih merasa tak percaya. Setelah menggeleng pelan, akhirnya Prima membuka pintu kursi belakang dan mengambil tas kebutuhan Ara dengan tangan satunya. Dengan barang bawaan yang kini cukup banyak, Prima berjalan hati-hati menuju pintu masuk gedung, merasa ini adalah awal hari yang tak disangka-sangka.

Di dalam tas, Ara mengeong pelan, seakan merespons keraguan Prima. Hal itu membuat Prima semakin berhati-hati. Meski dia tidak menyangka Winta membawa seekor kucing, namun dia berusaha menjaga hewan kecil itu tetap aman dan nyaman dalam genggamannya. Prima berjalan menuju lobi kantor, mencoba tidak menarik perhatian, meski pada akhirnya ada beberapa tatapan penasaran dari rekan kerja yang melihatnya membawa tas kucing. Tapi, Prima memilih untuk tidak menggubris.

Between Us | Winrina ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang