029

1.1K 106 29
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Di ruang kerja Yovan yang biasanya tenang, suara Prima mendadak menggema, membuat keheningan menjadi bising. "What?! Lo ada rencana mau punya anak?!" ucapnya dengan nada tak percaya yang berlebihan, matanya membelalak seakan tak yakin dengan apa yang baru saja didengarnya.

Winta berdecak, menatap Prima dengan ekspresi datar, lalu memilih untuk berdiri dan berjalan menuju jendela besar di ruangan itu. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum menoleh sekilas ke arah Prima dan Yovan.

Dari balik mejanya, Yovan terkekeh sambil melipat tangannya di depan dada. Ia memperhatikan Winta dengan tatapan geli, jelas tak bisa menahan komentarnya. "Yakin lo, Win? Ngurus diri sendiri aja masih morat-marit," katanya dengan nada menggoda, melontarkan senyuman setengah mengejek.

Winta mendecih, berusaha tak memperlihatkan perubahan ekspresi. "Kan ada Karina." jawabnya singkat, seakan semua jawabannya bisa terselesaikan dengan nama itu.

Prima mendesah sambil menggelengkan kepala, jelas tidak bisa memahami pola pikir Winta. "Karina lagi, Karina lagi," katanya, masih dengan tatapan penuh ketidakpercayaan. "Lo pikir Karina pembantu lo apa?"

Winta mendesah panjang kali ini, lelah mendengar sindiran mereka yang tak ada habisnya. "Bukan gitu," jawabnya akhirnya. "Gue cuma ikut-ikutan aja... orang tua gue juga kan maunya gitu," ia menggerutu pelan, suaranya nyaris tak terdengar saat mengatakannya.

Prima menahan tawanya, sambil memperhatikan Winta dengan tatapan menyelidik. Baginya, melihat sisi berbeda dari sahabat yang biasanya bersikap santai ini benar-benar menarik. "Gue masih belum bisa bayangin, lo yang biasa cuek malah mau punya anak." katanya sambil terkekeh.

Yovan tertawa kecil, "Jadi, ini cuma demi nyenengin orang tua lo?" tanyanya dengan senyum menggoda, seakan ingin tahu lebih dari yang sudah dijelaskan Winta.

Winta mendengus, "Iya..." katanya sambil menatap mereka berdua dengan tatapan jengah.

Prima masih tak habis pikir, namun ia berusaha keras untuk serius. "Punya anak itu harus tahu tentang pola asuh parenting yang baik dan benar, anak tuh tanggung jawab seumur hidup. Belum lagi lo harus bagi waktu sama kerjaan-"

"Lo ngomong apa sih? Lo aja belum punya anak. Jangankan anak... pacar aja nggak ada," sela Winta dengan nada datar, namun sindiran itu terasa menusuk.

Prima terdiam mendadak, matanya berkedip pelan mendengar sindiran dari Winta. Meskipun merasa sedikit tersinggung, ia memilih untuk tetap diam, hanya mengembuskan napas panjang dan mendengus pelan. Yovan, yang mendengar hal itu, malah tertawa terbahak-bahak. Ekspresi Prima yang sedikit terluka namun tak bisa melawan hanya menambah bahan tawanya.

Prima mendelik tajam ke arah Yovan, jelas tidak suka dijadikan bahan tertawaan. "Apaan sih, Yov! Lo juga nggak punya pacar." balasnya cepat, mencoba melampiaskan kekesalannya.

Between Us | Winrina ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang