#story10
PART MASIH LENGKAP!!
(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA UNTUK MEMBUKA BAB YANG DI PRIVATE ACAK!)
Hutang sebesar 200 juta yang di tinggalkan oleh ayah Varsha, membuat Varsha harus membanting tulang untuk mencari uang. Segala pekerjaan dia lakukan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pembahasan mengenai kejadian di acara keluarga Baskara tidak lagi mereka bicarakan, baik dari Varsha, maupun dari sisi Baskara, keduanya memilih untuk diam. Membicarakan tentang anak bukanlah hal yang penting di hubungan mereka, itu menurut Varsha. Bagi Varsha, ada hal lain yang lebih penting. Sampai kapan kontrak pernikahan mereka akan bertahan? Dan kapan waktunya Baskara tidak lagi membutuhkannya?
Varsha berada di tengah-tengah sebuah ketidakpastian, entah dia akan melangkah maju atau berhenti di tengah jalan. Baskara tidak pernah membicarakan masalah kontrak dengannya, dan Varsha juga tidak bertanya karena dia masih ingin menghabiskan waktu bersama Baskara.
“Selamat pagi, Pak,” sapa Dinda tersenyum ke arah Baskara yang baru datang. Dinda menatap aneh ke arah Varsha yang berjalan di samping Baskara, dia seperti pernah melihat perempuan itu.
“Iya, pagi.” Baskara melingkarkan tangannya di pinggang Varsha. “Perkenalkan, sayang. Dia Dinda, sekretarisku.”
Varsha mengangguk singkat, tersenyum kepada Dinda. Varsha mengulurkan tangannya kepada Dinda. “Aku Varsha, istri Baskara.”
Dinda menyambut uluran tangan Varsha, tersenyum paksa. Ternyata ini istri Baskara yang katanya lebih jago di ranjang dari padanya? Dinda memperhatikan penampilan Varsha dari ujung kepala sampai ujung kaki, dia tidak yakin Varsha lebih hebat darinya.
“Tolong bawakan minuman dan makanan ringan untuk istri Saya,” pinta Baskara kepada Dinda.
“Baik, Pak.”
Baskara menghela tubuh Varsha untuk ikut bersamanya memasuki ruangan kerjanya. Hari ini Mbok Marni izin tidak masuk bekerja karena ada urusan keluarga, dan Baskara memutuskan untuk membawa Varsha bersamanya ke kantor. Dia tidak ingin meninggalkan Varsha sendirian karena perempuan itu akan merasa sangat bosan.
“Kau duduk di sofa saja, tunggu aku bekerja.” Baskara menatap ke arah Varsha. “Jika kau bosan, kau bisa mengatakannya padaku.”
Varsha menganggukkan kepalanya, pandangannya mengedar menatap sekeliling ruangan Baskara. Ini kedua kalinya dia ke sini. Seingatnya dulu tidak seperti ini, letak meja kerjanya sedikit berbeda, dan warna sofanya juga beda. Ada beberapa bagian yang berubah, atau hanya perasaan Varsha saja.
“Kenapa? Apakah ada sesuatu yang aneh?” tanya Baskara, menatap heran ke arah Varsha yang tampak sedang berpikir keras.
Varsha menarik matanya menatap Baskara. “Tidak. Aku merasa ruanganmu berbeda dengan yang waktu itu, saat aku ke sini yang memergokimu bersama Clara.”
Baskara menganggukkan kepalanya. “Memang berbeda, aku sedikit mengubahnya.”
Baskara belum menjawab, dia membawa Varsha untuk duduk di sofa bersamanya. “Kau pernah mengatakan padaku jika kau terbayang saat aku melakukannya dengan Clara di sini, dan aku memutuskan untuk mengubahnya. Kau pasti akan berkunjung ke kantorku seperti saat ini, dan aku tidak ingin kau kembali terbayang dengan kesalahanku itu."