Hai semuanya, aku Iqala.. Iqala Keylana. Sebelumnya kalian sudah mengenalku karena penulis ku sudah menceritakan kisah ku kepada kalian. Kali ini aku sendiri yang turun tangan untuk melanjutkan kisahku setelah terakhir kalinya waktu itu.Kisah ini dimulai ketika aku mulai perlahan sudah mengikhlaskan Bara yang dulu sangat ku inginkan. Kini, semuanya sudah berbeda perasaan itu telah hancur sirna tak berbentuk. Setitik rasa masih membekas sempurna di hatiku, tetapi kini ikhlas ku paling dalam untuk tidak mencintai lelaki pemilik dimple di sebelah kiri itu.
Bara sebenarnya lelaki baik, dirinya tampak berbeda ketika berpacaran dengan Shera. Jujur saja rasa gagal move on itu tentu ada di dalam diriku, tetapi percayalah pemulihan ku lebih cepat kali ini. Entah diriku yang sudah terlanjur benci dengan lelaki itu atau karena memang masih permulaan jadi rasa itu belum mendarah daging sehingga aku lebih mudah untuk melupakannya.
Sebenarnya tidak terlalu mudah, mengingat kami yang berada dalam kelas yang sama. Tahu kan, bagaimana rasanya? Rumit.
Kennaira selalu bertanya. "Bagaimana, sudah ikhlas kan?"
Aku dengan anggukan kepala yang sangat pasti menjawab.
"Kalau lo nanya gue ikhlas atau enggak, jawabannya tentu ikhlas, Nai. Tapi perlu lo sadari juga kalau prosesnya nggak mudah, maaf kalau gue yang kadang masih suka perhatiin Bara diam-diam."
Walau tak dipungkiri, rasa itu benar-benar sirna setelah beberapa saat, aku yang mulai menjauh dari Bara. Tapi sungguh terkadang hati ini selalu tak sengaja menginginkan Bara kembali.
Saat ini jamkos, sebenarnya tidak boleh keluyuran tetapi aku dan ketiga temanku nekad untuk ke kantin. Ah tidak berempat tetapi bertiga saja, Zetta sedang dikelas bersama Jayan untuk membahas materi presentasi tugas fisika yang sangat rumit di kepala.
Mataku yang selalu mengabsen isi kantin malah salfok dengan anak lelaki yang aku ketahui bernama Elgara itu melambaikan tangan kearah ku. Aku hanya bisa tersenyum dan membalas lambaian tangannya itu.
Elgara adalah adik dari pak guru olahraga, pak Sagara tentunya dan juga pacar Aurora. Aku juga tidak menyangka ternyata diam-diam Aurora berpacaran dengan guru olahraga, aku juga bersyukur untung saja guru olahraga itu sangat pintar menjaga mata dan tidak m*sum.
"Kayaknya sama si Jovan makin deket aja, gimana?" Tanya Kennaira terkekeh. Aku malah salfok sama lehernya yang terdapat bekas k*cupan disana.
"Lah perasaan sama Faezan juga deket tuh terus sama Elgara juga deket, ya Allah temen gue habis move on dari si Bara langsung deket sama tiga cowok!" Seru Aurora setelah tau seberapa aku dekat dengan lelaki belakangan ini.
Yayaya, apa yang dikatakan oleh Kennaira dan Aurora benar adanya. Jovan, Faezan, dan juga Elgara kami memang dekat, tak masalah kan? Tapi diantara mereka bertiga entah kenapa Faezan adalah lelaki paling nyaman setelah Bara. Faezan juga orang asing yang aku temui di kelas sebelas ini.
"Lo friendly banget anjir!" Kennaira menjitak kepalaku, aku hanya meringis saja. Sakit kepala gue!
"Apasih lo pada, suka-suka gue lah mau dekat siapa huh" sahutku kesal.
"Masalahnya ada tiga cowok yang lo deketin, jangan jadi cewek rakus lo! Kennaira aja cowoknya cuma satu," ucap Aurora memutar bola matanya malas. Aku hanya terkekeh, tenang saja aku tidak serakah.
"Diem-diem ntar dapet semua lagi, lo!" Sambung Kennaira juga julid.
Ya ampun aku gemas sekali dengan Kennaira yang saat ini sudah menjadi istri diusianya yang ke-17 tahun. Aku bersyukur juga karena suami dari Kennaira itu Altair, lelaki baik dan penuh kelembutan. Siapa yang tidak melayang memiliki lelaki seperti Altair? Sayangnya aku tidak terlalu naksir dengan Altair. Huh kalaupun aku naksir tidak mungkin juga merebut suami temanku sendiri.
"Ditunggu kabarnya aja deh, soalnya Kala mainnya privasi banget," ucap Kennaira. Aku pun membalasnya mengganguk, aku juga tidak tau dari ketiga lelaki itu siapa yang akan berhasil membuat hatiku berlabuh.
Lihat saja nantinya.
Setelah sekian bulan berlalu, hari ini adalah hari pembagian raport semester terakhir alias kenaikan kelas duabelas. Ah tidak menyangka aku yang masih merasa kecil kini sudah diharuskan dewasa dengan cepat.
Kali ini yang mengambil raport adalah kak Arga, karena ayah dan bunda ada kesibukan. Jadinya kak Arga yang menyebalkan yang mengambil.
"Pinter banget lo dek dapet ranking 5, dari 50 siswa. Keren!" Puji kak Arga, aku hanya tersenyum bangga. Please ini juga termasuk seni memuaskan diri, karena selama ini aku tidak pernah mendapat rank.
Pasti ayah dan bunda sangat bangga karena anak malasnya ini akhirnya mendapatkan rank. Ya walaupun hanya 5 itu juga sudah sangat memuaskan, kan? Sekalipun aku tidak pernah mendapat rank, ayah dan bunda selalu mendukungku untuk terus berusaha dan jangan mudah menyerah.
Kedua orang tua adalah pondasi utama untuk menguatkan segala niat dan bahu anak-anaknya. Teruntuk ayah Arsen dan bunda Launa, aku berucap syukur kepada Tuhan karena telah memberikan aku orang tua sebaik kalian. We love you!
"Kala!"
Panggilan itu berasal dari koridor kelas, saat ini aku dan kak Arga juga berada diujung koridor untuk berjalan menuju lapangan. Kami ingin berfoto bersama dan mengabadikan momen. Ternyata itu Faezan, aku tersenyum.
"Hai Zan!" Sapa ku.
Kak Arga hanya berdehem dan sedikit menjauh.
"Kala, Lo mau kemana?" Tanya Faezan dengan tersenyum manis. Ah, senyumnya menjadi candu bagiku.
"Gue mau ke lapangan, foto-foto. Lo mau ikut?" Aku menawari Faezan, aku berharap Faezan mau ikut.
"Gue ikut!" Yes! akhirnya ada kesempatan buat aku bisa berfoto bersama dengan Faezan.
Di lapangan awalnya aku berfoto dengan kak Arga dengan berbagai pose, disusul dengan ketiga temanku dan yang terakhir adalah bersama Faezan. Lelaki itu kenapa sangat tampan sih, kan jantungku nggak aman tsayy!
Setelah poto bersama mataku dan mata teduh Faezan bertemu, ada sorot kebahagiaan di matanya. Kebahagiaan macam apa? Aku pun tak tahu.
"Kala, gue mau ngomong sesuatu sama lo... " Lirih Faezan dan sialnya saat itu juga tangan ku gemetar karena diraih olehnya.
"Widih temen gue bakal punya pacar cuy!"
"Buset jadi pemenangnya si Faezan? Gila sih,"
"Sukur deh Kala nggak ngembat tiga-tiganya, soalnya yang dua beda agama semua,"
Ucapan Kennaira, Zetta dan Aurora aku bisa mendengarnya. Aku tidak boleh senang dulu, mungkin saja Faezan hanya ingin mengungkapkan kalau dia nggak suka sama aku kan?
Sementara ku lihat kak Arga hanya bisa menatapku dan Faezan dengan sorot.. entahlah aku juga tak tahu apa maksud dari tatapan kak Arga.
"Kala?"
"I—iya, Zan?"
"Kalau di bilang lama, ya belum lama juga, gue mulai tertarik pas awal masuk kelas sebelas ini. Dan ya, gue baru berani bilang sekarang,"
Please jantung ku nggak aman! Penulis ku, tolong aku!
"M—maksudnya?"
"Gue udah dari awal masuk kelas sebelas ini mulai tertarik sama lo, gue suka sama lo Iqala. Gue mau lo jadi pacar gue,"
Aku hanya bisa diam membisu. Ini beneran kan si Faezan nembak aku? Ntar cuma mimpi lagi.
"Diamnya lo berarti iya, come on babe? Your my girlfriend."
•••
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] I Confess My Love
Novela JuvenilPLAGIAT SILAKAN MENJAUH! SEBELUM MEMBACA UTAMAKAN FOLLOW DULU! HARGAI PENULIS DAN TINGGALKAN JEJAK! ••• "Aku mencintaimu secara baik-baik, sementara kamu menunjukkan penolakan secara kasar" ~ Iqala Keylana ••• Start: 20 Agustus 2024 Finish: 18 Septe...