"𝑺𝒖𝒂𝒕𝒖 𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒏𝒂𝒏𝒕𝒊 𝒌𝒆𝒃𝒐𝒉𝒐𝒏𝒈𝒂𝒏𝒎𝒖 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒃𝒐𝒏𝒈𝒌𝒂𝒓 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊𝒏𝒚𝒂, 𝒃𝒂𝒉𝒌𝒂𝒏 𝒂𝒌𝒖𝒑𝒖𝒏 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒕𝒂𝒖 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝒌𝒂𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒃𝒐𝒉𝒐𝒏𝒈 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏𝒌𝒖! "
-𝑫𝒊𝒐𝒇𝒓𝒂𝒎𝒂 𝑳𝒂𝒏𝒈𝒊𝒕 𝑿𝒉𝒂𝒃𝒊𝒓𝒖"MasyaAllah" Gumam Gus Mahes mengagumi seseorang yang berada dihadapannya, gadis berniqob yang berdiri disamping Umi Khadijah.
"Sebaiknya kita makan dulu, bukankah sedari tadi kalian belum sempat makan? "Tanya Abi Baghdad diangguki semuanya.
Empat ikhwan dan dua akhwat itupun berjalan bersama menuju sebuah rest area yang tak jah dari bandara. Mereka memilih tempat yang sedikit dekat agar Hafidz dan Fathur tak perlu terburu-buru karena takut ketinggalan pesawat.
"Fidz, disana saya minta tolong untuk menjagakan Bayi kolot ini ya. Jika dia sakit biarkan saja nanti dia sembuh sendiri kok, kalo dia nakal langsung laporkan saja pada saya" Tutur Gus Mahes diangguki Hafidz yang sibuk menyantap makanannya.
Kini Niqob Sky sudah dilepas dan dirinya menundukan kepala agar tak ada siapapun yang mengejarnya lagi. Gus Mahes yang tak sengaja melirik Sky pun menahan tawanya sambil memikirkan sebuah ledekan untuk membuat gadis dihadapannya marah.
"Hidup jadi seleb ternyata ga segampang itu ya? "Tanya Gus Mahes membuat Sky tersedak mie ayam yang sedari tadi didiamkan didalam mulutnya.
"Hidup jadi Seleb itu hampir mirip kayak Orang ngutang. Cuman bedanya kalo Seleb dikejar-kejar fans sedangkan orang ngutang dikejar-kejar Bang tongol" Perjelas Gus Mahes tak masuk akal.
Semuanya hanya diam karena tak ada yang maksud dengan ucapan Gus Mahes. Merasakan didiamkan Gus Mahes pun memilih bungkam dari pada harus attitude sendiri.
"Tumben radio rusak bisa diem. Biasanya ngomel terus" Celetuk Hafidz diketawakan oleh Umi Khadijah dan dikekehi oleh Gus Fathur dan Abi Baghdad. Sedangkan Sky dan Gus Mahes stay menyantap makanannya.
Tak berselang lama, semuanya pun selesai menyantap hidangan mereka masing-masing. Mereka kembali kelapangan bandara karena pesawat yang akan ditumpangi Gus Fathur dan Gus Hafidz hampir lepas landas sebentar lagi.
"Umi, Fathur berangkat dulu. Mohon doa restunya" Tutur Gus Fathur memeluk tubuh Umi Khadijah dan Abi Baghdad.
"Selalu. Jaga kesehatan disana jangan sampai asam lambung saampeyan kumat karena Umi tidak bisa mengurus sampeyan disana" Nasehat Umi Khadijah diangguki Gus Fathur.
Gus Hafidz mengode Sky untuk menunggunya hingga kembali. Namun Sky acuh dan tak membalas pengodeannya.
"Dadahhhhhh" Pekik Umi Khadijah melambaikan tangannya dan dibalas oleh kedua Gus itu. Dengan perlahan Pesawat mulai lepas landas, Umi Khadijah sedikit mengukir senyum kala mengingat putra bungsunya.
Sky terdiam memikirkan jawaban dari rasa yang Gus Hafidz ungkapkan walau dengan kode.
"Umi, Abi............... "Panggil Gus Mahes langsung membisiki kedua suami istri yang tak lagi muda itu.
"Umi dan Abi tidak keberatan kan? "Tanya Gus Mahes setelah puas membisiki orang tua sekaligus gurunya itu. Keduanya menggeleng membuat Gua Mahes mencium telapak tangan orang tuanya.
Setelahnya Umi Khadijah, Gus Mahes dan Sky pun kembali masuk ke mobil yang sedari tadi dikenaeai Gus Mahes, selama perjalanan mobil dibawa lebih lambat daripada awal pemberangkatan. Sky merasa bernama namun ia acuh dan tetap bercanda ria bersama Umi Khadijah.
Beberapa waktu kemudian karena Umi kehabisan topik pembicaraan kedua perempuan itupun diam, Sky menatap jalanan yang sangat familiar dipandangannya.
" Gus kita mau kemana? "Tanya Sky tak mengalihkan perhatiannya dari jalanan yang basah karena hujan.
" kemana-mana hatiku senang" Jawab Gus Mahes membuat Sky berdecak sebal. Beberapa waktu kemudian mobil pun berhenti dihadapan sebuah rumah yang dulu menjadi tempat penyiksaan Sky.
Yah, rumah milik Syams dan istrinya yang tak sudi untuk menganggap kehadiran Sky. Dapat ia lihat seluruh keluarga Syams sudah berdiri menyambut kedatangannya.
Ketika Gus Mahes dan Umi Khadijah akan keluar, suara lirih Sky menghentikan pergerakan mereka.
"Sky ga mau Umi" Lirihnya membuat Umi dan Gus Mahes saling tatap. Umi pun menasehati Sky sehingga gadis itupun turut untuk mengikuti langkah mereka.
"MasyaAllah, Sky nya tantee udah besar ternyata ya" Tutur seorang wanita seumuran Umi yang kini mendekap dan mengelus kepala Sky.
Setetes air mata lolos dari pelupuk mata Sky, andai semua orang tau siapa yang mereka smabut saat ini. Mereka pasti akan murka dan kembali mengusirnya.
'Sky, hidup lo ternyata sebahagia ini ya? Tapi kenapa lo selalu ngeluh? Gue aja pengen loh hidup bahagia kayak gini.' Batinnya tersenyum simpul.
"Sudah masuk yuk" Ajak Langit merangkul pundak Sky, dirinya kemudian mendekatkan bibirnya
ketelinga Sky dan membisikkan sesuatu yang membuat Sky terpatung di tempat."Jangan berbohong dihadapanku, aku tau kau Earth bukan Sky. Sky sudah menjelaskan semuanya, janganlah takut denganku karena selama ini. Aku juga menyayangimu seperti halnya aku menyayangi Sky, dan jangan pernah pergi lagi Earth" Bisiknya menatap lamat Sky yang juga tengah menatapnya.
"Terima kasih. Dan maaf bila kau tidak merasa nyaman denganku" Lirih Sky menunduk.
"Cukup kau disampingku aku sudah sangat nyaman Earth. Jangan pernah berpikir untuk mengakhiri rasa sakit dengan bunuh diri, karena langkah untuk mengakhiri rasa sakit memiliki banyak macam dan cara" Jawabnya kembali berbisik.
✧ʚ†հαղk ʸᵒ𝔲ɞ✧
"❀Assalamu'alaikum Reader's 😊..
♬makasih yang dah mau vote. Tapi kurang komennya mana nih? Kok belum. Pernah ada komen ya? 🤔..✎. Author tau kok, tulisan Author belum serapi Author lainnya. Tapi bantu dukung cita-cita Author yukk ♔
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑺𝒖𝒅𝒅𝒆𝒏𝒍𝒚 𝑩𝒆𝒄𝒂𝒎𝒆 𝑺𝒂𝒏𝒕𝒓𝒊𝒘𝒂𝒕𝒊
Fiksi Remaja𝑴𝒂𝒚𝒆𝒔𝒉𝒂 𝑯. 𝑬𝒂𝒓𝒕𝒉, 𝒈𝒂𝒅𝒊𝒔 𝒏𝒂𝒌𝒂𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒈𝒂𝒏𝒕𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒓𝒂𝒏 𝒌𝒂𝒌𝒂𝒌 𝒌𝒆𝒎𝒃𝒂𝒓𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒅𝒊𝒔𝒂𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈. 𝑴𝒆𝒏𝒊𝒌�...