Hai semuanyaa~
Aku lagi sibuk dengan real life sebagai pengangguran, interview sana sini, pengen cepet-cepet dapet kerjaan kaya Shafira T.TJangan lupa follow dan tinggalkan jejak ⭐️ di bawah~
Sehat-sehat ya semuanya, cuaca mulai berubah lagi dan sering hujan ☔️Happy reading 📚
~●●●~
Malam sebelum Shafira dan Al berangkat ke Singapura, suasana rumah Shafira dipenuhi oleh kesibukan terakhir sebelum keberangkatan. Shafira dan ibunya, Siti, sibuk memastikan semua barang bawaan sudah lengkap. Beberapa koper besar telah dikirim terlebih dahulu ke apartemen milik Vera, sementara Shafira dan Al hanya akan membawa barang-barang yang lebih ringan untuk perjalanan. Mereka akan tinggal di Singapura selama 18 bulan, masa yang tidak singkat. Perasaan campur aduk melanda Shafira, antara kegembiraan atas kesempatan belajar yang berharga, kecemasan meninggalkan keluarga, dan sedikit keraguan tentang masa depan hubungannya dengan Barra.
Pagi itu, mereka menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Siti dan Sutrisno, kedua orang tua Shafira, ikut mengantar hingga ke gerbang keberangkatan. Barra sebenarnya ingin ikut mengantar, tapi Shafira merasa belum siap membahas hubungannya dengan Barra di depan kedua orang tuanya. Setelah banyak bujukan, akhirnya Barra setuju untuk tidak ikut, asalkan Shafira berjanji akan meneleponnya begitu dia dan Al tiba di bandara.
Setelah sampai di bandara, Shafira dan Al berpamitan dengan Siti dan Sutrisno. "Jaga diri baik-baik ya, nak," pesan Sutrisno seraya memeluk putrinya erat. Sementara itu, Siti mencium pipi Al dan berpesan padanya untuk selalu mendengarkan ibunya. Setelah perpisahan yang emosional, Shafira menggandeng tangan Al dan masuk ke area check-in.
Setelah melewati proses imigrasi, mereka tiba di gerbang keberangkatan dan menunggu pesawat yang akan membawa mereka ke Singapura. Di tengah suasana bandara yang sibuk, Shafira membuka ponselnya dan menghubungi Barra melalui panggilan video.
(Percakapan dalam video call)
"Assalamu'alaikum om Barra, " sapa Shafira ketika melihat Al yang juga memerhatikan layar ponsel Shafira, penasaran siapa yang sedang dihubungi oleh ibunya.
"Wa'alaikumsalam.. hai," jawab Barra riang, menyadari keberadaan Al yang masuk frame panggilan videonya bersama Shafira.
Al hanya tersenyum kecil, namun tetap memerhatikan obrolan Shafira dan Barra.
"Kalian udah di gate?" - Barra.
"Iya, sekarang masih nunggu pesawatnya sekitar 1 jam," - Shafira.
"Kamu sama Al udah sarapan?" - Barra.
"Tadi sempet sarapan dulu di rumah. Tapi aku bawa cemilan juga buat jaga-jaga. Kamu udah sarapan?" - Shafira.
"Aku baru aja selesai sarapan." - Barra.
"Ini hari pertama kamu jadi wakil direktur operasional kan? Gimana perasaan kamu?" - Shafira.
"Hmm.. minggu ini kemungkinan aku mau pelajari berkas-berkas proyek yang masih on going dulu. Meskipun aku dibimbing Pak Rudy, wakil direktur terdahulu, ternyata aku cukup kewalahan juga dengan jabatan baru ini." - Barra.
"Kamu baru mengemban tanggung jawab besar dan kalau kamu merasa kewalahan itu normal. Aku yakin kamu akan cepat adaptasi." - Shafira.
"Thanks for your support. Itu yang aku butuhin saat ini." - Barra.
"Hei Al, nanti kita jalan-jalan lagi ya kalau kamu dan mama udah pulang ke Indonesia. - Barra.
"Iya, om. Al mau ke playground." - Al.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWENTY-FIVE VS THIRTY
Historia Corta🏅 Shafira (4-10-2024) 🏅 Hidupbaru (4-10-2024) Rank #54 out of 10.2k #Perpisahan (10-10-2024) Rank #49 out of 5.24k #Psikologi (10-10-2024) Setelah bercerai dengan mantan suaminya, Shafira Azalea rela menjual perhiasan dan rumah yang ia miliki demi...