15 | Permintaan Tulus Seorang Ibu

121 62 50
                                    

Hai haii...
Semoga part kali ini bisa nemenin kalian di malam minggu <3
Terima kasih banyak untuk dukungannya yaa, seperti biasa jangan lupa tinggalkan jejak ⭐️ >.<

Happy reading 📚

~●●●~

Acara gala penutupan program Management Trainee (MT) malam itu berlangsung megah. Ruang serbaguna hotel bintang lima di Jakarta dihiasi dengan dekorasi yang elegan dan mewah, menciptakan suasana formal dan berkelas. Acara ini tidak hanya menandai berakhirnya perjalanan para peserta, tetapi juga menjadi momen penting bagi Barra, putra dari Agus Pangestu Adikusuma. Di acara tersebut, perusahaan memperkenalkan Barra, Kaisar Barra Adikusuma, secara resmi kepada para eksekutif sebagai putra dari keluarga besar Adikusuma. Kejutan ini disampaikan dengan penuh kebanggaan, karena mulai saat ini Barra akan menduduki posisi wakil direktur operasional, menggantikan Rudy Sanjaya yang telah memasuki masa pensiun.

Setelah momen pengumuman tersebut, Barra kembali ke tempat duduknya di meja peserta MT dan disambut dengan tepuk tangan meriah dari para koleganya. Suasana menjadi hangat ketika rekan-rekan MT-nya mulai mengajukan berbagai pertanyaan tentang keputusan Barra menyembunyikan identitasnya selama mengikuti program. Sambil tersenyum kecil, Barra menjawab pertanyaan demi pertanyaan dengan sabar. Ia tak menunjukkan kesombongan, meskipun statusnya kini telah diketahui oleh semua orang.

Ditengah-tengah obrolan, Febriana menghampiri Barra sambil menyodorkan sebuah paper bag berlogo arloji ternama, "Barra, selamat ya atas jabatan baru kamu. Semoga kamu bisa jadi pemimpin yang bertanggung jawab. Aku punya hadiah kecil untuk kamu."

"Ayo terima aja, Bar. Jangan malu-malu," ujar Sharon yang duduk di samping Barra.

"Nggak boleh nolak pemberian dari orang, loh," sambung Farrah ikut mendukung Febriana.

"Kasian tangannya Febriana udah capek, tuh," kali ini giliran Olive, yang merupakan trainer, juga turut berkomentar.

Barra kemudian menjabat tangan Febriana, tanpa mengambil paper bag tersebut, "ucapan selamat sudah lebih dari cukup. Terima kasih, ya, semuanya." Barra berusaha menegaskan penolakannya dengan berjalan meninggalkan Febriana. Wajah Febriana nampak merah padam menahan malu. Ia meletakkan paper bag tadi di meja lalu berjalan cepat meninggalkan ruangan.

Barra kemudian berjalan ke ujung meja dan duduk di kursi kosong di samping Rayya, tepat di belakang Shafira.

"You're not a bad person. Keputusan lo nolak hadiah tadi udah tepat, kok. Lebih baik ditolak sekarang daripada nerima hadiah itu karena kasian. Nantinya malah bikin orang-orang di sini salah paham," ujar Rayya begitu Barra duduk di sampingnya.

"Iya, nggak apa-apa, Barra. Perempuan nggak boleh dikasih harapan, nanti makin baper," Sierra, yang duduk di depan Rayya, juga ikut menanggapi.

"Gue mau nyusulin Febriana dulu, ya," ujar Rayya pada Barra, yang dibalas anggukan singkat oleh Barra.

Rayya lalu menepuk bahu Shafira pelan, bermaksud mengambil perhatian Shafira, "Mbak, tolong duduk sini sebentar, ya? Jagain kursiku. Kalau didudukin orang nanti aku musti cari kursi lagi di belakang. Kalau kursi mentor kan udah ada namanya, hehe," pinta Rayya kepada Shafira.

Shafira menghela napas dan tersenyum kecil, nampak mengerti maksud Rayya. "Aku di belakang bentar ya, Ra," ujar Shafira kepada Sierra lalu bangkit dari kursinya, dan duduk di samping Barra.

Selama acara berlangsung, Barra tak bisa berhenti tersenyum, sambil sesekali melirik Shafira. Shafira berusaha tidak memperhatikan Barra, sambil menyibukkan dirinya berbincang sengan Sierra yang duduk di depannya. Barra sesekali mengikuti obrolan Shafira dan Sierra dengan antusias.

TWENTY-FIVE VS THIRTY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang