Persidangan terakhir akhirnya berakhir, dan Shafira Azalea merasa lega meski ada perasaan hampa yang tersisa di hatinya. Keputusan telah dijatuhkan; pernikahannya dengan Adam Pangestu Diningrat kini hanya kenangan yang tertinggal di ruang pengadilan yang dingin. Saat Shafira keluar dari ruangan, ibunya, Siti, menyambutnya dengan pelukan hangat, memberikan kekuatan yang dibutuhkannya tanpa perlu berkata-kata."Ayo, Nak, kita pulang," kata Siti lembut sambil menggenggam erat tangan putrinya.
Shafira hanya mengangguk dan melangkah keluar gedung dengan langkah pelan. Hatinya kosong, meski kepalanya dipenuhi ribuan pikiran. Kehidupan yang baru saja dihadapinya sebagai seorang ibu tunggal terasa menakutkan, tetapi ia tidak punya pilihan lain selain bergerak maju.
Setelah masuk ke dalam mobil, Shafira menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya."Bagaimana perasaanmu sekarang, Ra?" tanya ibunya, suaranya lembut dan penuh perhatian.
Shafira memandang keluar jendela, mencari kata-kata. "Aku... lega, Bu. Tapi juga bingung. Aku nggak tahu harus mulai dari mana. Semua ini terasa begitu cepat, tapi juga melelahkan." Siti mengangguk penuh pengertian.
"Kamu kuat, Nak. Kamu bisa melewati ini semua. Yang penting sekarang fokus saja pada Al, dan pelan-pelan semuanya akan baik-baik saja."
Shafira tersenyum lemah. "Iya, Bu. Al adalah prioritas utamaku sekarang."
Flashback
Shafira mengenang saat-saat ketika hidupnya tidak serumit ini. Sebagai lulusan terbaik dari sebuah universitas ternama di Bandung, ia memulai karirnya di PT. Pandawa Nusantara Pacific sebagai staf HSE (Health, Safety, and Environment). Lima tahun ia bekerja di sana, membangun karir yang stabil, dan dikenal sebagai salah satu staf paling kompeten di divisinya.
Di usia 26 tahun, ia menikah dengan Adam, seorang dokter muda yang tampan dan berprestasi. Adam berasal dari keluarga dokter yang terpandang; ayahnya seorang spesialis bedah dan ibunya seorang ahli penyakit dalam. Mereka adalah keluarga yang dihormati di lingkungan mereka, dan sejak awal, Shafira merasa bangga bisa menjadi bagian dari keluarga tersebut.
Namun, setelah menikah, segalanya mulai berubah. Orang tua Adam, terutama ibunya, mulai mengendalikan banyak aspek dalam hidup mereka. "Seorang istri dokter seharusnya tidak bekerja," begitu kata ibu Adam suatu hari. Mereka ingin Shafira berhenti dari pekerjaannya, agar bisa mendukung karir Adam sepenuhnya dan fokus pada kehidupan rumah tangga.
Shafira merasa terjebak di antara dua dunia. Ia mencintai pekerjaannya, tetapi ia juga mencintai Adam. Dengan berat hati, ia memutuskan untuk berhenti bekerja, berharap bisa membangun kehidupan yang lebih stabil bersama suaminya. Setahun kemudian, lahirlah anak pertama mereka, seorang bayi laki-laki yang diberi nama Kalandra Algifari, atau yang biasa mereka panggil Al.
Al tumbuh menjadi anak yang ceria, tetapi ketika ia berusia dua tahun, Shafira mulai menyadari ada sesuatu yang berbeda. Al tidak berbicara sebanyak anak-anak seusianya, dan ia sering kali tampak tidak merespon ketika dipanggil. Setelah berkonsultasi dengan beberapa dokter, diagnosis yang menampar Shafira dan Adam akhirnya keluar-Al menderita ASD (Autism Spectrum Disorder).
Kabar itu menghancurkan segalanya. Orang tua Adam, yang begitu mementingkan reputasi dan prestasi, tidak bisa menerima kenyataan bahwa cucu mereka memiliki kondisi tersebut. Mereka mulai menyalahkan Shafira atas keadaan Al, mengatakan bahwa ia gagal sebagai seorang ibu. Tekanan demi tekanan terus datang, hingga akhirnya, mereka memaksa Adam untuk menceraikan Shafira.
Shafira terkejut, terluka, dan merasa dikhianati oleh orang-orang yang seharusnya menjadi keluarganya. Adam, meski pada awalnya berusaha untuk mempertahankan pernikahan mereka, akhirnya menyerah pada tekanan keluarganya. Perceraian itu menjadi kenyataan pahit yang harus ia terima
KAMU SEDANG MEMBACA
TWENTY-FIVE VS THIRTY
Cerita Pendek🏅 Shafira (4-10-2024) 🏅 Hidupbaru (4-10-2024) Rank #54 out of 10.2k #Perpisahan (10-10-2024) Rank #49 out of 5.24k #Psikologi (10-10-2024) Setelah bercerai dengan mantan suaminya, Shafira Azalea rela menjual perhiasan dan rumah yang ia miliki demi...