14 | Cerita Masa Lalu

128 80 36
                                    

Halo temaans~
Silakan tinggalkan jejak dengan menekan bintang ⭐️ di bawah yaa
Yang belum follow, silakan follow and let's be friends :)

Happy reading 📚

~●●●~

Hari itu, suasana kantor terasa santai. Para peserta dan mentor program Management Trainee (MT) sedang mengadakan evaluasi sementara per individu. Setelah hasil evaluasi dipresentasikan, para mentor dan peserta memutuskan untuk makan malam bersama. Tidak pergi ke restoran mewah, mereka memilih memesan makanan dari restoran terdekat dan menyantapnya bersama di ruang rapat kantor.

Sore itu, kantor terasa ramai, dipenuhi canda tawa para peserta yang selama ini terpisah di berbagai divisi. Kali ini mereka bertemu lagi dan saling berbincang. Para mentor, termasuk Shafira, turut bergabung dalam obrolan hangat para peserta yang kebanyakan dari generasi Z. Sesekali, Shafira tersenyum melihat antusiasme mereka.

Di tengah obrolan, tiba-tiba Rayya, berdiri dan meminta perhatian semua orang. "Teman-teman, ada pengumuman penting!" serunya.

Semua mata tertuju pada Rayya yang terlihat sumringah. "Saya ingin mengundang kalian semua ke acara pernikahan saya dan Bram akhir pekan ini!" ujarnya dengan senyum lebar, sambil membagikan undangan pernikahan satu per satu kepada rekan-rekannya.

Seluruh ruangan riuh seketika, ucapan selamat dan tawa memenuhi ruangan. Mereka semua tampak antusias dan berjanji akan datang ke acara besar Rayya itu. "Boleh bawa pasangan, ya!" tambah Rayya, membuat beberapa orang mulai saling melirik satu sama lain dengan senyum menggoda.

Sementara itu, Febriana, salah satu peserta yang dikenal ceria dan berani, mendekat ke tempat duduk Barra. "Barra, yuk bareng ke nikahannya Rayya sabtu ini," bisiknya, mencoba menarik perhatian pria yang selama ini diam-diam ia kagumi.

Barra, yang sedang mengobrol dengan peserta MT lain, sedikit terkejut dengan ajakan tiba-tiba itu. "Maaf, Feb. Gue bakal dateng bareng keluarga. Orang tua gue kenal baik sama keluarga Rayya, jadi mereka juga akan hadir," jawabnya halus namun tegas, menolak ajakan Febriana tanpa menyinggung perasaannya.

Febriana terlihat kecewa, tapi ia masih punya rencana lain. "Oh, kalau gitu... habis dari sini, gimana kalau kita nongkrong di kafe sebentar? Aku tau kafe bagus nggak jauh dari sini."

Barra hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya. "Maaf, Feb. Gue harus langsung pulang habis ini."

Masih belum menyerah, Febriana mencoba lagi. "Sebentar aja, Bar. Mampir bentar, take away aja. Kita bisa ngopi di mobil sambil ngobrol."

Barra tetap menolak dengan sopan. "Gue bawa motor, Feb. Susah ngopi sambil bawa motor."

Febriana sedikit kesal, tapi masih berusaha menyembunyikan kekecewaannya di balik senyuman. Sementara itu, obrolan antara Barra dan Febriana diam-diam diperhatikan oleh beberapa rekan mereka.

"Eh, itu Febriana sama Barra asik banget ngobrol di pojokan," celetuk Sharon, salah satu peserta MT dari divisi marketing, sambil menunjuk ke arah mereka.

Ucapan Sharon langsung disambut tawa dan ejekan dari rekan-rekan yang lain. Beberapa mulai menggoda Febriana dan Barra, membuat suasana semakin riuh. Febriana tampak tersipu malu, sementara Barra hanya tersenyum tipis, merasa sedikit tak nyaman dengan situasi itu. Dia lalu mengedarkan pandangannya, mencari sosok yang selama ini selalu membuat hatinya lebih tenang.

Akhirnya, mata Barra tertuju pada Shafira yang sedang duduk di sudut lain ruang rapat. Shafira tampak serius bekerja di laptopnya, sesekali berbincang dengan Pak Maherza, sang penanggung jawab program MT sekaligus atasan langsung Shafira. Namun ada yang membuat Barra tidak nyaman. Pandangan Pak Maherza ke arah Shafira terlihat berbeda. Barra merasa ada yang ganjil dari cara pria itu memperhatikan Shafira. Dia mulai merasakan semburat cemburu yang tak bisa ia abaikan.

TWENTY-FIVE VS THIRTY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang