Disclaimer:
All characters, events, and situations depicted in this novel are entirely fictional. Any resemblance to real persons, living or dead, or actual events is purely coincidental. The settings and organizations mentioned are also products of the author's imagination and are not intended to portray real locations or institutions. This work is created solely for entertainment purposes and does not reflect real-life scenarios or individuals.
***
"Setelah semua ini berakhir, apa yang mau lo lakuin? Kursi Gubernur terbuka untuk lo."
Tanya William serius. Mengikuti Taksa selama bertahun-tahun, pria ini selalu punya rencana yang berbeda dari lingkungannya. Ketika Taksa bisa bersantai menikmati kerja kerasnya dan mengembangkan usahanya, pria itu memilih turun ke dunia politik. Dan ketika seharusnya ia menjadi spotlight di dalam dunia politik, ia memberikan posisi itu kepada Nara. Ia mengerti Taksa, namun juga tidak bisa membaca pikiran pria itu.
Taksa tersenyum, "I won't let Nara fight alone." Jawabnya tenang. Perempuan yang menyandang status istrinya hampir satu tahun lamanya itu telah berjuang sendiri sementara ia bekerja di balik layar.
William tersenyum mendengarnya, "Go home then."
Tak butuh waktu lama untuk Taksa sampai di parkiran kantornya. Untuk bisa menyelidiki kasus ini lebih baik, ia membutuhkan alibi. Semua orang berpikir Taksa masih tidak bisa meninggalkan bisnisnya sementara ia melakukan semuanya yang ia bisa untuk menemukan bukti. Korupsi Lukman, kasus pembunuhan– semuanya menyelinap dari jarinya seperti air mengalir.
Ia memijat keningnya, menghidupkan mesin mobilnya di tengah garasi basement ini. Kemudian ia menyadari, sebuah mobil berhadapan dengannya mengedipkan lampu mobilnya berkali-kali seorang memberi sinyal.
Seorang wanita yang terlihat panik menatapnya.
Kalila.
Begitu ia beranjak mendekat, perempuan itu turun dari mobilnya. Tangannya bergetar sembari menutup pintu mobilnya. Dan ia menyadarinya–tidak hanya bekas luka dan memar di tubuhnya yang terlihat jelas dengan pakaian tanpa lengan yang ia kenakan. Tapi juga luka di keningnya, darah yang mengering di kepalanya dan wajah pucatnya.
Di hadapannya, ada Kalila yang tidak menyangka bahwa perjalanannya kali ini tidak sia-sia. Semenjak pertemuan terakhir keduanya, pria itu tidak membalas pesannya.
"You have to leave him." adalah kalimat terakhir yang pria itu katakan padanya. Tapi kalimat itu terdengar dingin, tidak seperti Taksa yang seharusnya ingin melindunginya dan memberikannya segala yang terbaik seperti dulu. Ia juga tidak menyangka menemukan pria itu masih di kantornya tengah malam seperti ini.
"Taksa..." Suaranya terdengar rentan, gemetar dan hampir tidak terdengar.
Sebelum ia sempat memproses apa yang terjadi, perempuan tersebut jatuh ke dalam pelukannya. Kalila menangis keras, tangis hangat membasahi kemejanya sembari perempuan itu bergantung padanya dengan penuh harapan.
"He did this again?" Tanya Taksa serius. Setelah mengetahui apa yang terjadi dan informasi dari Kalila, ia berusaha menyelidiki Richard. Benar, seperti yang Kalila katakan, pria itu memiliki hubungan dengan Lukman. Jika ia tidak salah menebak, keluarga Richard adalah salah satu pendukung Lukman dan yang seharusnya bertanggung jawab dengan kasus ini.
"Tolong, tolong aku. Aku gak tahu harus kemana lagi." Ia berbisik di sela tangisnya. Ia memikirkan Richard yang menggunakan kekerasan setiap kali pria itu tidak puas dengan sikapnya, orangtuanya yang acuh dan mengirimkannya kembali ke rumah pria itu setiap kali ia kabur dan ketidakmampuannya untuk menghadapi pria itu. Berada di sisi Taksa membuatnya merasa aman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Limawan Series: PASSIONATE ALLIANCE
Romance[MATURE STORY - NO KIDS ALLOWED] Nara hancur ketika papanya yang merupakan polisi tertangkap atas dua kasus, pembunuhan dan korupsi. Ia kehilangan segalanya ketika Taksa Julien Limawan menawarkannya untuk menjadi sekutu, pria itu berjanji untuk menc...