TWENTY-SEVEN

114 13 0
                                    

Disclaimer:

All characters, events, and situations depicted in this novel are entirely fictional. Any resemblance to real persons, living or dead, or actual events is purely coincidental. The settings and organizations mentioned are also products of the author's imagination and are not intended to portray real locations or institutions. This work is created solely for entertainment purposes and does not reflect real-life scenarios or individuals.

***

Ponselnya tak berhenti berbunyi, dan kepalanya terasa berat dipenuhi dengan aftermath dari keputusan yang diambil oleh suaminya, Taksa yang kini diketahui seluruh outlet berita bahkan sebelum ia mendengarnya. Panggilan darinya tak diangkat, dan itu berarti Nara harus mengambil langkahnya dalam mengembalikan reputasi yang harus ia jaga. Yaitu miliknya, milik keluarganya dan partai yang kini ia pegang.

Karir politik yang mereka miliki dibangun diatas gelas kaca yang rapuh, dipahat dengan pengaruh keluarga Limawan di dunia bisnis dan keras kepala yang dirinya dan Taksa miliki. Sehingga apapun yang berhubungan dengan keduanya akan dengan mudah menjatuhkan dunia yang ia bangun.

Ia disambut oleh beberapa ketua yang biasanya tenang dan penuh kalkulasi, kini dipenuhi dengan amarah. Manusia didorong oleh self-interest, keinginan pribadi yang menuntun mereka untuk menunjukkan dominan dan memastikan keselamatan. Siapapun yang ada di dalam dunia politik, tidak ada yang indispensable. Semua dapat bertahan atau menghilang, dan manusia akan melakukan apapun untuk mencapainya.

The concept of animus dominandi, the desire of power is something Nara understand long ago. She could feel that his scandal took a more terrifying effect compared to her previous label as killer daughter. Karena Taksa tidak mudah menunjukkan kelemahannya dan ini adalah salah satunya.

"Pasangan ideal masa kini lalu berduaan tengah malam dengan perempuan lain. Bagaimana kamu bisa meyakinkan masyarakat?" Ucap Sani yang merupakan Sekretaris DPP saat ini, meskipun ia masih muda, ia berada disini mewakili kekuatan orangtuanya yang merupakan orang penting di partai sebelah yang membangun koalisi politik dengan mereka.

"Kalian melakukan press dengan sikap romantis lainnya pun tidak akan mengubah stigma masyarakat. Berita ini sudah disebarkan ke jutaan orang!" Kali ini gayung disambut oleh salah satu petinggi partai lainnya yang dikenal dengan keras kepalanya.

"Suami kami sudah berhasil membuat kita sebagai lelucon di media. Bagaimana kamu akan membersihkan masalah ini?" Adinata Jaya, salah satu anggota partai yang kini sudah berusia lima puluhan ini turut membakar arang dengan api.

"Lakukan rapat untuk menurunkan Taksa dari posisi Penasehat, atau bahkan posisi calon gubernur yang kita usung." Pria ini kembali bersuara yang dibalas dengan nada setuju oleh banyak orang. Nara melirik kearahnya, ia tahu pria ini mengincar posisi yang sama dengan Taksa. Sebagai calon gubernur.

Menghadapi tekanan dari beberapa orang yang sudah menunggu kelemahannya dan Taksa ini, Nara memberikan senyum.

"Razak sudah memesan breakfast banquet dari hotel milik Limawan. Bagaimana kalau kita bicarakan setelah sarapan terlebih dahulu? Jarang sekali Val Edgina mau menyiapkan sarapan khusus untuk undangan pribadi." Balas Nara terdengar tenang. Beberapa yang memberikan suara tinggi perlahan mulai tenang. Sekali lagi mereka diingatkan bahwa ada alasan mengapa partai mereka memberikan keputusan kekuasaan pada Taksa dan Limawan. Meskipun mereka tidak peduli dengan sarapan, setiap ada tarik, selalu ada ulur. Kebanyakan dari mereka mengerti hal itu.

Seandainya berita mengenai korupsi Lukman dan kekerasan yang ia lakukan, sudah pasti ia dapat mengubur berita ini dengan mudah. Bahkan mengambil empati dari masyarakat. Namun ia sadar mengungkapkannya tanpa bukti hanya akan menjadikannya badut dalam permainan politik yang sedang dimainkan oleh keduanya.

Limawan Series: PASSIONATE ALLIANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang