Disclaimer:
All characters, events, and situations depicted in this novel are entirely fictional. Any resemblance to real persons, living or dead, or actual events is purely coincidental. The settings and organizations mentioned are also products of the author's imagination and are not intended to portray real locations or institutions. This work is created solely for entertainment purposes and does not reflect real-life scenarios or individuals.
***
"What's wrong with you and these luggages?" Aruna Baskoro setengah berteriak melihat supir Nara mengangkat beberapa koper kembali ke dalam rumah. Belum lagi Nara yang tampak dipegangi oleh asisten rumah tangga mereka dan bibirnya yang pucat dengan lipstick nya yang telah memudar.
Ia segera memapah anak perempuannya yang sudah beberapa waktu ini tidak terlihat.
"Kamu perlu ke rumah sakit. Astaga, did Taksa see you before you go?"
Nara memutar matanya, "I am okay. Dokter hanya menyuruhku untuk beristirahat di rumah. And yes, we talked." Jawabnya lugas. Secara teknis, Taksa tidak melihatnya seperti ini. Ia menggunakan riasan yang menutupi wajah pucatnya ketika mereka berbicara sebelum akhirnya ia meninggalkan rumah ketika pria itu kembali dengan jadwalnya.
"Haruskah kamu membawa pakaian sebanyak ini? It is not good to go home like this after marriage."
"Taksa menyetujuinya. Ma, tolong aku butuh istirahat." Ucapnya dengan nada memohon.
Nara tidak memiliki banyak pilihan. Apartemen pribadi nya perlu dibersihkan sebelum ia pindah dan jika ayahnya tahu, pria itu akan mengamuk. Ia tidak memiliki teman untuk dihubungi dan berada di rumah mereka akan membuat pria itu tahu apa yang terjadi dengannya.
Nalurinya menyatakan ia tidak ingin pria itu tahu tentang kehamilannya. Tidak ketika ia sendiri belum tahu apa yang akan terjadi diantara keduanya. Jika ia menggunakan perasaannya, ia akan tetap bersama pria itu meskipun itu berarti kemungkinan besar ia tidak akan mendapatkan cinta dan pernikahan yang ia inginkan. When she doesn't have a choice, she won't argue about the life she has but when she can make a choice, she can't make that decision. She can't keep her sanity in a marriage with no love. She realized that the regret had come to her.
Karena itu ia menggunakan semua logikanya untuk membuat pilihan. Ia tidak akan bisa berpisah sekarang, ia tidak sejahat itu menghancurkan karir dan ambisi yang dibangun oleh Taksa. Bukankah itu alasan utama mengapa keduanya menikah? Meninggalkan Taksa adalah keputusan terbaik, the game is over and it is time to break this alliance.
"Kamu bertengkar dengan Taksa?" Aruna bertanya setelah membiarkan Nara istirahat beberapa jam di dalam kamarnya.
"Tidak."
"Kamu sudah bertanya apa yang dia lakukan dengan Kalila?" Tanya Aruna lagi. Meskipun semua orang hampir melupakan skandal tersebut, Aruna tahu kejadian itu cukup signifikan di dalam kehidupan politik keduanya. Taksa kembali, dan Kalila tidak muncul dimanapun bahkan ketika seluruh keluarganya diperiksa.
"Mama, jika Taksa ingin bersama Kalila, dia tidak perlu berselingkuh. He can tell me. Tentu saja bukan karena itu." Ucapnya santai.
"Lalu?"
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin istirahat dari semuanya. Tugasku sudah berakhir sampai disini."
Aruna menghela napas mendengar nada acuh tak acuh dari anak perempuannya itu. Nara adalah perpaduan antara dirinya dan suaminya yang sempurna, ia memiliki sisi feminim, anak yang tenang dan penurut seperti dirinya, dan juga memiliki sisi keras kepala, tegas, dan menyimpan semuanya sendiri seperti suaminya, Nathanael.
KAMU SEDANG MEMBACA
Limawan Series: PASSIONATE ALLIANCE
Romance[MATURE STORY - NO KIDS ALLOWED] Nara hancur ketika papanya yang merupakan polisi tertangkap atas dua kasus, pembunuhan dan korupsi. Ia kehilangan segalanya ketika Taksa Julien Limawan menawarkannya untuk menjadi sekutu, pria itu berjanji untuk menc...