Disclaimer:
All characters, events, and situations depicted in this novel are entirely fictional. Any resemblance to real persons, living or dead, or actual events is purely coincidental. The settings and organizations mentioned are also products of the author's imagination and are not intended to portray real locations or institutions. This work is created solely for entertainment purposes and does not reflect real-life scenarios or individuals.
***
He can't get her out of his head.
Sudah seharusnya ia menikmati momentum yang sudah ia tunggu-tunggu ini. Ketika ia menyadari Lukman menggunakannya dan hampir menggunakan nama baik Limawan untuk keuntungannya sendiri, Taksa berjanji akan melakukan apapun untuk membalasnya.
Sekarang ia telah mendapatkan hampir semua yang ia inginkan.
Melihat pria itu jatuh, partai politik yang membuang namanya jauh dan kebencian masyarakat Indonesia terhadap pria itu seharusnya mengambil semua perhatiannya. Harusnya ia puas. Pemberitaan tiada akhir tentang pembunuhan keji, semua orang menyadari betapa kotornya politik Lukman.
Taksa mengerti selain kerja keras, ia memiliki faktor keberuntungan. Disaat orang lain membutuhkan waktu untuk terjun ke politik, ia melakukannya dengan mudah. Menikahi Nara yang merupakan pusat perhatian masyarakat membuat semuanya menjadi mudah. Tujuannya menikahi Nara bukan karena politik, tapi ia harus mengakui kehadiran perempuan itu membuat semuanya lebih mudah.
Tapi apapun yang ia lakukan saat ini. Kesibukan yang disiapkan oleh William dengan jadwalnya mendampingi Toni Sudrajat sepanjang hari, hingga panggilan pertemuan dari berbagai pemimpin partai tidak dapat menggantikan ruang kosong di kepalanya yang meneriakkan nama perempuan itu. Ia ingin tahu apa yang perempuan itu lakukan.
Ditengah keriuhan kampanye dan orang-orang yang tak sabar untuk memastikan kemenangannya, Taksa Julien Limawan sebagai bagian resmi dari politik Indonesia, ia memutar mobilnya menuju kediaman Darsono. Mungkin ia bosan pulang ke kediamannya tanpa merasakan kehangatan dari istrinya tersebut. Rumahnya terasa sangat dingin dan kosong tanpa Nara.
Karena ia tidak bisa menghilangkan bayang-bayang Nara dari kepalanya.
Nara duduk di sofa dengan baby doll berwarna hijau yang terlihat manis. Semenjak pernikahan mereka, ia hanya mengingat Nara dengan pakaian gelap, dan dandanan yang terlihat profesional. Karena di dalam politik, orang-orang tidak akan membaca jurnal yang Nara tulis atau opini yang ia bagikan dalam blog nya. Sesuatu yang mudah diingat sangat dibutuhkan dalam membangun karakter politisi.
Ia tersenyum mendapati perempuan itu terlihat menikmati buku yang ia baca dengan tertawa lepas. Ia berdiri di sana untuk waktu yang lama hingga perempuan itu menyadari kehadirannya.
Nara tampak terkejut, lalu mengangkat tubuhnya tegak menyadari suaminya yang seharusnya ada dalam perjalanan kampanye bersama Toni Sudrajat itu muncul disini.
"Kamu ngapain disini?" Tanya Nara dengan nada datar. Seolah kehadiran pria itu disini adalah sesuatu yang tidak normal.
"I can't do anything when you fill my head, ma moitié."
Nara memberikan reaksi dingin, setidaknya dimata Taksa yang tidak bisa membaca perasaan Nara yang berdebar mendengar panggilan dari Taksa. Ia tidak ingin berdebar dengan panggilan tersebut, ia bukan separuh hati-nya Taksa. Pria yang ia kenal itu tidak pernah berbicara perasaan. Bahkan ketika sesi panas mereka. Empty sex burns with desire.
"Bukannya kamu akan mengikuti kampanye Toni malam ini di daerah Tangerang?" Ucap Nara menyebutkan jadwal pria itu secara spesifik tanpa perlu berusaha keras, karena ia mengetahui semua langkah Taksa meski tidak mengikutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Limawan Series: PASSIONATE ALLIANCE
Romance[MATURE STORY - NO KIDS ALLOWED] Nara hancur ketika papanya yang merupakan polisi tertangkap atas dua kasus, pembunuhan dan korupsi. Ia kehilangan segalanya ketika Taksa Julien Limawan menawarkannya untuk menjadi sekutu, pria itu berjanji untuk menc...