THIRTY-FIVE

160 24 8
                                    

Disclaimer:

All characters, events, and situations depicted in this novel are entirely fictional. Any resemblance to real persons, living or dead, or actual events is purely coincidental. The settings and organizations mentioned are also products of the author's imagination and are not intended to portray real locations or institutions. This work is created solely for entertainment purposes and does not reflect real-life scenarios or individuals.

***

"The house is too quiet without your voice, Nara." Jawab Taksa menghela napas panjang. Ia bisa memilih satu dari semua alasan yang berputar di kepalanya, bahwa di dalam keluarga Limawan tidak ada kata perpisahan atau karena keduanya adalah partner yang sempurna.

Hampir saja bibirnya mengutarakan alasan tersebut, namun melihat tatapan Nara yang redup, ia menyadari sebelumnya Nara selalu melihat ke arahnya dengan mata berbinar. Dan ia tahu Nara tidak ingin mendengar alasan yang sudah ia utarakan berkali-kali itu.

"Aku sudah terbiasa dengan kehadiran kamu. I have to admit there is a void in my life without you."

Cahaya perlahan bersinar dari kedua mata Nara mendengar jawaban tersebut. Mungkin karena ia tidak menyangka akan mendengar kalimat yang tidak pernah diucapkan Taksa sebelumnya. Ia dapat membaca bagaimana pria itu membenci yang dilakukan Kalila kepadanya dan itu membuatnya tidak percaya diri pria itu memiliki hati yang sama dengannya.

Her pride won't let her be in a marriage without love forever. Katakanlah ia tamak, setelah mendapatkan keluarganya kembali, ia menyadari pernikahan ketika satu orang telah jatuh cinta akan lebih menyakitkan dari pernikahan tanpa cinta.

"Satu-satunya alasan aku mendengarkan Kalila karena dia menyebutkan semua rahasia yang aku ingin tahu."

"Sa," Panggil Nara mengabaikan kalimat yang baru saja ia katakan.

"I don't want us to be a marriage just because it will work. Do you love me?" Frontalnya bertanya, tidak melepaskan tatapannya kepada Taksa. Ia mengharapkan kejujuran disana.

"If this feeling is love, yes, I love you. I want the world to be a greater place but only if you are there with me to live it. I might make a lot of wrong decisions, but I do not want to wrong you." Balas Taksa kata per kata dengan penekanan.

Tanpa butuh waktu, Nara memeluk Taksa erat. Ia berbisik di telinga pria itu, mengatakan kalimat yang selama ini ia ingin katakan.

"I love you too."

Nara merasakan semua kekosongan di dalam hatinya terpenuhi dengan jawaban Taksa. Awalnya ia merasa takut pria itu mencintai dan membenci Kalila sebegitu hebatnya hingga tidak bisa memberi ruang untuknya. Dan jawaban yang pria itu berikan mengusir semua keraguan yang ia miliki. Membayangkan seumur hidup tanpa cinta itu menyedihkan.

Ia ingin mencintai seperti papa dan mamanya.

Taksa menggenggam wajah Nara dengan lembut, segala keletihan yang ada di tubuhnya sirna dengan melihat tatapan Nara kembali seperti dahulu. Hampir saja ia terlambat untuk mengerti bahwa tatapan tersebut memiliki arti cinta. Ia menunduk, menempelkan sebuah ciuman lembut di kening Nara. Kemudian, tatapan mereka bertemu sebelum menempelkan bibirnya di bibir Nara dan mengecupnya dalam. Ia merasa sudah terlalu lama sejak perempuan ini ada di dalam dekapannya.

Ia merasa telah candu dengan Nara, merindukan bibir mungil yang terasa seperti madu setiap kali ia menciumnya dan aroma pumpkin vanilla yang merupakan favorit perempuan ini setiap sebelum tidur.

Namun disaat ciuman mereka semakin dalam, ia menyadari linangan air di mata Nara.

"What's wrong?"

Nara mengalihkan kepalanya, menghindari tatapan Taksa.

"Ma moitié, hey, what happened?"

Nara menekan dada Taksa menjauh. Tatapan lembut yang diberikan Taksa semakin membuatnya merasa tidak adil. Mengingat kembali rasa tersiksa yang ia rasakan karena kata dan perbuatan pria yang tidak ia sadari telah mengisi hatinya.

"You almost drive me insane. I was scared to death, you know." Ucap Nara dengan mata memerah.

Pria itu menyeka air mata Nara dengan pelan. Belakangan ini ia sering melihat sisi Nara yang sering disebutkan oleh Aruna. Istrinya yang keras kepala, tangguh dan tegas juga memiliki sisi lain yang penuh perasaan.

"I thought I had to raise our kid by myself. God, I thought you would divorce me."

Sejenak, Taksa terpaku. Kata-kata itu meresap perlahan. Kemudian, senyum lebar merekah di wajahnya.

"I am pregnant. Kita akan jadi orangtua, Taksa."

"Kamu serius?" Tawanya pecah memancarkan rasa bahagia. Lengannya melingkari tubuh Nara, memeluknya erat dan menggendongnya.

"Nara, kamu luar biasa."

Ia memberikan kecupan berkali-kali ke bibir merah muda milik Nara.

Nara menarik tangan Taksa menyentuh perutnya, pria itu dapat merasakan ukuran perut Nara yang berubah yang semula tidak dapat ia lihat dengan pakaian longgar yang dikenakan perempuan ini.

"14 weeks. We have a baby lemon now." Nara tersenyum lebar. Air matanya telah kering dan digantikan dengan rasa lega dengan reaksi yang diberikan Taksa.

"No words could tell how happy I am, princess."

Ia mengusap perut Nara dengan penuh kasih.

"Kalau aku gak datang hari ini, apa yang ada di pikiran kamu? Apa kamu akan menyembunyikan ini dariku selamanya?" Tanya Taksa dengan suara lembut, namun tegas.

Ia hampir saja melewatkan semua yang penting di hidupnya.

"What if you don't love me? Julien, aku sudah lihat banyak perempuan yang menikahi orang yang tidak mencintainya kembali, dan bertahan karena anak yang mereka miliki. Our cycle is full of those people. But I don't want that."

Keluarga Limawan memiliki salah satu peraturan, yaitu hanya ada pernikahan atas dasar cinta. Peraturan yang disebut yeye ini bukan tanpa alasan. There is a curse in his family that makes everyone go through a lot of tribulation to get their loved one. It will be painful and harsh. Seperti bagaimana pengalaman orangtua dan pamannya yang lain.

Ia tidak percaya itu. Maka dari itu ia tidak percaya Kalila. Ia tidak percaya keputusan yang Kalila ambil adalah bagian dari love tribulation yang harus ia lewati. Karena hal ini ketika memutuskan untuk menikah, ia tidak ingin berpikir terlalu banyak. 

Taksa mengangkat dagu Nara dengan lembut. Menatapnya dengan tatapan tak tergoyahkan.

"Nara, you are a smart and decisive woman. Bagaimana kamu bisa meremehkan dirimu seperti ini?" Dia menggeleng pelan, setengah tertawa. "Bagaimana kamu bisa sebodoh ini?"

"You can be a little more confident. I will only do this to you. In this life, the only person that I want to marry is you."

Taksa sekarang mengerti alasan perasaan yang selalu muncul dan membuatnya terobsesi dengan Nara. Rasa cinta yang ia miliki untuk Nara datang secara perlahan, seperti angin berbisik, dan kemudian seluruh hatinya telah dimiliki oleh Nara tanpa deklarasi. 

***

Author's Note:

Hi everyone! Q4 is driving me crazy. After a crazy week of meetings, research, and just overtime, plus working on my new project, I finally collapsed and took a medical leave today HAHA. 

Pertama, aku mau ucapin terima kasih untuk siapapun yang menyebutkan cerita ini di Twitter (once again) karena aku senang banget bisa baca komentar yang bikin aku happy pas lagi stress kerja haha. It's so nice to have online interaction. 

Dan jujur karena komentar dari kalian semua, aku memutuskan untuk mengubah jalan hidup Taksa dan Nara. From the fact that Taksa decided to confess, I hope it will bring a butterfly effect to their future. 

Anyway, I hope you enjoy this chapter. 

As I am honestly smitten by Taksa. 

The more I know this Taksa, the more I realize that his emotions are complex and multifaceted.  


Limawan Series: PASSIONATE ALLIANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang