Disclaimer:
All characters, events, and situations depicted in this novel are entirely fictional. Any resemblance to real persons, living or dead, or actual events is purely coincidental. The settings and organizations mentioned are also products of the author's imagination and are not intended to portray real locations or institutions. This work is created solely for entertainment purposes and does not reflect real-life scenarios or individuals.
***
Ada sebuah pelajaran dari yeye yang ia ingat sejak kecil. To have bamboo in one's chest. Kakeknya itu selalu mengingatkannya bahwa perencanaan yang matang dibutuhkan sebelum membuat sebuah keputusan. A man should have foresight in achieving success and realizing one's goal. Prinsip yang selalu ia pegang ketika ia memulai perjalanannya di dunia politik.
Menyadari bahwa perencanaan matangnya tidak menghitung variabel yang tidak ia duga. Seperti bagaimana Nara menghindarinya selama beberapa hari ini. Ia menghabiskan pagi dan malamnya menyusun strategi, membeberkan kejahatan Presiden Indonesia dan tim di belakangnya saat ini dengan bukti yang ia kumpulkan hingga muncul di depan masyarakat.
Seluruh kader partainya tidak berkutik ketika ia sudah menunjukkan keberhasilannya, dan keputusan kolektif dirinya dan Nara dalam menyongsong presiden baru. Beberapa menyesal telah menyerang Nara saat pria itu tidak ada, seperti posisi kandidat Nara yang ditukarkan dengan ketenangan para kader. Seharusnya ia merasa puas, sangat puas.
Perang dingin yang diberikan oleh Nara menimbulkan gelombang di kehidupannya. A big wave hits the shore and is about to drown all of his well-being. Matanya tajam mengingat apa yang terjadi selama ia menghilang dari publik.
Logikanya berpikir bahwa Nara marah padanya karena tidak memberitahu kabar, sehingga kondisi partai berantakan. Namun ia memiliki alasan untuk tidak menghubungi Nara.
Ia harap Kalila dan pria itu tidak muncul di hadapannya.
Melihat Nara yang menatap ke arah jendela membuatnya ingin memeluknya, seperti apa yang ia biasa lakukan untuk mengembalikkan energinya. Tangannya terhenti, khawatir dengan tatapan keras yang diberikan perempuan itu.
"There is nothing to see there. Bagaimana kamu istirahat dulu di vacation house kita French Riviera atau Capri?" Ucapnya begitu melihat Nara melihat ke arah luar jendela seolah membayangkan sesuatu. Kediaman mereka di Jakarta ini hanya dipenuhi oleh beberapa pohon dan kolam, tidak cukup menarik untuk beristirahat.
"Gak perlu. I can see that they start investigating everything. Apakah kamu yakin mereka tidak akan menutupi semuanya?" Nara tahu perjalanan investigasi yang dilakukan tidak akan semudah itu. Bagaimanapun, yang mereka coba jatuhkan adalah presiden dan keluarga konglomerat di balik ekonomi Indonesia saat ini. Ia khawatir, khawatir bahwa dengan semua yang mereka sudah lakukan, hasil yang mereka inginkan tidak tercapai.
"Aku sudah memastikan kasus ini dipegang oleh orang yang tepat." Balas Taksa percaya diri. Ia membutuhkan waktu untuk memastikan salah satu musuh abadi presiden saat ini yang sebelumnya menjabat sebagai tentara akan terlibat dalam investigasi ini. Termasuk beberapa orang lainnya di pengadilan dan KPK.
"Bagaimana dengan Kalila? Kamu menyeret seluruh keluarganya tanpa kecuali. She will hate you for this." Nara melipat tangannya. Keterlibatan keluarga Susanto dalam hal ini adalah hal yang bisa ditebak dengan pertunangan antara Kalila dan Richard Wicaksono.
"It doesn't matter."
"She is Kalila." Ucap Nara berhadapan dengan pria yang sudah mengitarinya dan mengikuti arah pandangannya sejak belasan menit yang lalu ini. Pria yang ia ketahui memiliki banyak kata yang ingin diucapkan, namun tak berkenan ia dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Limawan Series: PASSIONATE ALLIANCE
Romance[MATURE STORY - NO KIDS ALLOWED] Nara hancur ketika papanya yang merupakan polisi tertangkap atas dua kasus, pembunuhan dan korupsi. Ia kehilangan segalanya ketika Taksa Julien Limawan menawarkannya untuk menjadi sekutu, pria itu berjanji untuk menc...