THIRTY-SEVEN

124 19 0
                                    

Disclaimer:

All characters, events, and situations depicted in this novel are entirely fictional. Any resemblance to real persons, living or dead, or actual events is purely coincidental. The settings and organizations mentioned are also products of the author's imagination and are not intended to portray real locations or institutions. This work is created solely for entertainment purposes and does not reflect real-life scenarios or individuals.

***

Taksa bersandar pada di sofa ruang tamu yeye. Seperti sebuah habit, ia terbiasa berada di tempat ini ketika ia butuh waktu untuk mencerna kehidupannya. Istrinya, Nara pasti sudah terlelap dalam tidurnya. Perempuan itu mengeluh karena merasa lelah dan mengantuk setiap hari, dan ia tidak tega membiarkan perempuan itu terbangun di tengah malam karenanya.

Ia melonggarkan dasinya secara perlahan. Ia menyadari dibalik gemuruh perayaan, ia lebih senang merayakan sebuah keberhasilan dalam tenang. Kenangan selama beberapa waktu ini terus berputar di pikirannya. Keputusannya untuk terjun bebas ke dalam dunia politik, kemudian menikah, dan sekarang kandidat yang ia dukung penuh hampir dikatakan 99% telah mendapatkan kemenangannya berdasarkan hasil quick count.

Ia tak sendiri, sepupunya, Tristan memberikan segelas whiskey, Glenfiddich berusia dua puluh satu tahun di tangannya itu tepat untuk merayakan keberhasilan awal dari apa yang ingin Taksa kejar.

"Congratulations in order." Tristan memberikannya selamat, dan duduk tak jauh dari sofanya.

Taksa terkekeh pelan, "This is just a beginning."

"Man, you look like you are carrying the weight of the world."

"Isn't that you?" Balas Taksa santai. Meskipun ia tidak menampik bahwa di pundaknya ini ada beban yang berat, perasaan bersemangat juga membara di dadanya menunggu masa depan yang akan ia jalankan. Ia kejar bersama Nara.

Dibandingkan dirinya, Tristan sebagai anak tertua memiliki lebih banyak beban. Memenuhi ekspektasi yeye, pamannya dan juga tuntutan yang pria itu berikan untuk dirinya sendiri.

Tristan menyisipi minumannya. "Bagaimana rasanya akan menjadi ayah?" Tanya pria itu menyandarkan tubuhnya.

"As if you take the world on your shoulder, but you are walking on a cloud. Kekhawatiran dan rasa bahagia berjalan bersamaan."

"I have seen it coming."

"What?" Taksa mengerutkan dahi mendengarkan ucapan Tristan yang penuh arti.

"Lo dan Nara, you told me it is just a marriage of convenience. But I can see that you will end up with her." Tristan mungkin tidak mengerti banyak tentang cinta saat itu, tapi ia bisa melihat tatapan yang berbeda dari Taksa yang mengikuti langkah Nara.

"Lo tahu kalau gue menikahi dia karena gue tidak punya pilihan saat itu, kan?" Ucapnya santai.

"Bullshit." Tristan membalas keras.

"You can always walk away."

Rahang Taksa mengeras sembari membalas, "If I hadn't stepped in, she would be dead by now."

"Yes. Mr. President wanted her gone," ucap Tristan mengulang fakta yang ia ketahui. "And you wanted to repay Nathanael, and take revenge on Hartono and everyone behind it. Yes, I remember all of it."

"Tapi lo juga yang hire wartawan untuk membuat skandal. Why is that?"

"So that she won't think too much. Pernikahan butuh alasan yang konkrit, dan pemberitaan itu menguntungkan semuanya, kan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Limawan Series: PASSIONATE ALLIANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang