Bagaimana bisa dirinya jatuh cinta pada seseorang yang bahkan tidak pernah ia pikirkan sebelumnya, pada seseorang yang tidak secara sengaja ia tolong beberapa bulan yang lalu. Benar, jatuh cinta memang diluar prediksi kita. Dengan siapa kita akan jatuh cinta, dan kapan kita akan jatuh cinta. Di detik ini pun dirinya masih tidak percaya bahwa gadis yang ia temui saat itu sekarang sudah menjadi miliknya. Seperti nadi gadis itu yang setia berdenyut memberikan kehidupan sampai detik ini, ia pun akan setia memberikan kebahagiaan yang sama dengan selalu setia menemaninya. Untuk saat ini mungkin itu terdengar seperti omongan kosong semata, tapi ia sudah berjanji dengan dirinya sendiri untuk tidak mengecewakan gadisnya jika memang dirinya tidak bisa memberikan kebahagiaan pada gadisnya.
Tok tok tok tok!!
"HAIDAR LO DI DALEM KAN?" Sahut seseorang di balik pintu kamar laki-laki itu. Tapi kenapa tidak terdengar suara apapun dari dalam sana, membuat Celine dengan segera membuka pintu dan mendapati Haidar yang telentang diatas tempat tidurnya sedang senyam-senyum sendirian.
"Dih dia kenapa deh, senyum-senyum sendiri begitu. Heh!!" Seru Celine yang sudah berdiri disamping tempatnya tidur Haidar.
"Ngapain lo disini?!" Sungut Haidar.
"Gue yang harusnya tanya sama lo, ngapain lo senyam-senyum sendiri, ketempelan tau rasa lo"
"Mana ada senyam-senyum, gue diem aja perasaan, mata lo kali tu yang senyum"
"Lah, orang gue liat sendiri lo senyam-senyum, lagi kasmaran lo ya, spill lah minimal cewenya" Celine memasang wajah mengejek, tidak percaya jika Haidar memiliki pacar. Membuat Haidar langsung terduduk dengan wajah malas.
"Yang pasti bukan spek kaya lo si, lo vibesnya begal banget soalnya"
Plakkk!!
Celetukan Haidar kelewat santai, yang seketika membuat dahi tampannya itu memerah akibat pukulan maut tangan adik kembarnya yang langsung mendarat tepat setelah dirinya menyelesaikan ucapannya.
"Anjjjiiiinngg" Lirih Haidar yang merasakan nyeri di bagian dahinya, sambil meringis kesakitan tangannya meraba area dahinya yang terasa panas itu.
Itu tangan terbuat dari apa sih, kok tongkat baseball banget, sakit jancok! batin Haidar merutuki tangan adik kembarnya itu.
"Sakit ya? Makanya kalo punya mulut di jaga, sopan dikit jadi senior" Ucap Celine memasang wajah tanpa rasa bersalah. Tapi tenang aja, Celine masih menganggap Haidar sebagai kakaknya kok walaupun sebenarnya Haidar lebih pantes jadi adiknya sih, taulah kenapa.
Dengan tangan yang setia terlipat di depan dadanya, Celine membuka suara lagi.
"Besok setelah lo pulang ngampus, gue minta tolong anterin gue ke gramedia, ada buku yang harus gue beli" Ucap Celine membuat kepala Haidar yang tadi menunduk langsung mendongak, melihat wajah kembarannya yang setia berdiri disamping tempat tidurnya dengan tangan bersedekap dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
De TodoSakit itu, ketika kita nggak bisa menerima kenyataan yang ada, tapi kita di paksa dengan harus menerima kenyataan itu -Eccedentesiast