Bab 3

2.8K 11 0
                                    

Lanjutan di pos ronda, pada saat itu jam menunjukan pukul 03.08 menit bapak2 yang lain sudah mulai berangsur meninggalkan pos ronda, hingga hanya tersisa aku dan pak dedi saja, aku pun mengeluarkan rokok dari saku celana ku, sambil ku tawarkan kepada pak dedi rokok dulu pak.

Pak dedi: iya pak Rudwan. Jawab nya singkat

Lalu aku menyalakan api rokokku.

Pak dedi: boleh saya minta satu ya pak? Sudah habis duluan rokok saya pak.

Aku: boleh pak, ini masih bnyak kok tadi memang bawa stok lebih buat ronda. Jawabku

Pak dedi, mengambil rokok yang aku letakkan di tengah2 kami, lalu pak dedi mulai menyalakan rokok miliknya

Mulai lah pak dedi memulai pembicaraan.

Pak dedi: kirain tadi gak bisa hadir pak Rudwan, biasanya kan datangnya selalu lebih awal dari yang lain.

Aku: iya pak, tadi saya ketiduran dan alarm saya gak tau kenapa kok gak bunyi ya.

Pak dedi: mungkin pak Rudwan gak denger aja kali pak, tidur nya nyenyak mungkin abis capek2 enak ni pak Rudwan jadi pulas tidur nya. Jawabnya sambil tertawa dan akupun ikut menempali tawa nya.

Memang kami sudah lumayan akrab, selain usia kami yang tidak berjauhan, usia pak dedi 40 tahun namun terlihat lebih muda dari aku, mungkin karena tidak terlalu di tuntut dalam pekerjaan nya dan pola tidur nya yang mungkin teratur, sedangkan aku pola tidur cenderung kacau karena harus bekerja shift2an, kadang semalaman aku tidak tidur sehingga mulai muncul banyak kerutan di muka ku, dan cenderung agak kusam, sedangkan pak dedi di usianya yang menginjak 40 tahun tampak lebih segar dan berenergi di tambah lagi, dengan badan nya yang gempal berisi, mungkin tinggi pak dedi sekitar 175 cm. Keakraban kami semakin terjalin karena kami tinggal satu pemukiman di tambah karena pak dedi memiliki sebuah bengkel motor yang lumayan maju di lingkungan tinggal kami, mulai dari servis perbaikan motor hingga menjual suku cadang semua nya lengkap, sehingga membuat pak dedi cukup santai dalam keseharian nya karena karyawan pak dedi sudah bisa menghandle semua pekerjaan yang ada di bengkel nya, dan candaan seperti ini pun rasa nya sudah biasa di kalangan bapak2 komplek kami.

Kembali ke ceritaku, aku menjawab santai candaan yang dilontarkan pak dedi.

Aku: ya enggak lah pak jam 9 malam kan anak2 belum pada tidur pak sedangkan jam 10 sudah harus berangkat ronda, jadi mending di tunda dulu pak. Jawabku sambil tertawa. Pak dedi pun ikut menimpali tawaku.

Pak dedi: wah berarti habis ini kemungkinan lanjut ronda lagi ni pak Rudwan, imbuhan nya.

Aku: yah, kalau itu tergantung situasi dan kondisi pak. Jawabku

Pak dedi: iya lah pak adi, kalau ada kesempatan jangan di rem, di gasbul aja. Jawab nya sambil kembali tertawa.

Aku: iya pak, kan jarang juga dirumah kalau malam hari, apalagi sudah seminggu kemarin masuk kerja shift malam pak. Jawabku

Pak dedi: kalau begitu tunggu apalagi pak di lanjut aja kalau mau pulang duluan, saya paling sebentar lagi sedang menunggu karyawan saya, saya suruh ambil sparepart motor yang kebetulan tiba pagi ini jam 5 jawab nya.

Akupun tertawa mendengarnya.

Aku: pada dedi bisa aja, santai pak masih banyak waktu.

Pesona Tersembunyi Istriku ( Cuck Warning)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang