BAB 6: Keputusan

30 13 0
                                    

Mood Arnovea akhirnya sudah kembali. Karena usaha sepasang kekasih menyebalkan itu.

Oh, jangan lupa dengan satu orang lagi. Ashlan Virendra.

Langit sore yang sudah melihatkan senja yang begitu indah. Angin bertiupan ke sana kemari dengan seorang gadis mengendarai sepeda motornya dengan cepatan yang normal di jalan raya.

Senja yang dipenuhi warna kekuningan yang gelap dan unik, dengan keindahan dari senja itu membuat semua mata tertuju padanya.

"Ingin banget seperti senja. Bisa memberi momen paling terindah, agar tidak pernah siapapun bisa melupakan keindahan yang dia miliki, selalu bersinar dan cantik tapi itu hanya bisa dimiliki oleh 'SENJA'."

Kebiasaan dari Arnovea. Selalu suka bicara sendiri saat mengendari sepeda motornya. Oh, bukan hanya itu, ia juga suka berteriak atau bernyanyian seperti orang gila biasanya, tapi untungnya tidak ada siapapun yang pernah melihatnya begitu.

Saat ia terlalu asik dengan dirinya sendiri, suara lelaki yang baru saja bicara dengannya, tiba-tiba terlintas ke dalam pikirannya.

"Sudah cantik. Mana hebat lagi, karena mampu terus menurus menjahit lukanya sendiri. Siapapun pasti akan bangga memiliki cewe sekuat lo."
-Ashlan Virendra

"ANJIR!!" teriak kaget dari gadis itu.

Sepeda motornya saja sampai oleng karena ulahnya sendiri.

Ia menggelengkan kepalanya dengan cepat, mencoba untuk menghilangi semua suara itu di dalam pikirannya.

--•0•0•0--

Matahari sudah terbenam dan kegelapan mulai muncul yang menandakan sudah waktunya melihatkan hari malam yang dipenuh dengan bintang-bintang yang indah.

Tapi sepertinya untuk malam ini tidak. Tiba-tiba saja hujan turun begitu deras.

Arnovea yang lagi duduk di teras rumahnya. Sambil menikmati suara hujan yang menenangkan. Ia terus memandangi rentikan dari hujan yang turun dari langit, dengan isi kepalanya yang lagi memikirkan kejadian yang sudah berlalu dua hari ini.

"Setelah ini masalah seperti apa lagi, yang harus gue hadapin.." gumamnya pelan dan terus memandangi rentikan hujan itu.

"Makanya, kalau masih lemah jangan sok-sok'an kuat di hadapan orang lain. Kan, tersiksa sendiri menahan semua itu."
- Ashlan Virendra

"BANGSAT!! KENAPA TIBA-TIBA SUARA ORANG ANEH ITU ADA LAGI?!!" teriakan frustasi dari gadis itu sambil menutupi kedua telinganya.

"Kamu kenapa teriak seperti orang gila, Ra?"

"AAHH!!" teriak kaget gadis itu saat mendengarkan bisikan itu. Ia langsung bergeser menjauh, dan sekarang ia bisa melihat orang yang tadi membisikinya.

"Mama! Bikin orang jantungan aja."
ucap gadis itu sambil mengusap dadanya sendiri dengan tangannya.

"Salah kamu sendiri. Mama panggil dari tadi gak nyahut, eh' taunya teriak kek orang gila di sini."

Anita menatap ke arah sudut bibir Arnovea. Terlihat memar akibat kejadian kemarin masih ada terlihat jelas. Rasa bersalah kembali menggerogoti dirinya.

"Kamu gak sakit, Ra?" ucap Anita sambil mendekat ke arahnya dan mengangkat tangannya pada pipi Arnovea dengan menggunakan ibu jarinya mengusap memar yang ada di sudut bibir milik gadis itu.

"Ini? Segini doang mana mungkin buat aku kesakitan, Ma."

Anita menggelengkan kepalanya pelan. Ia binggung kenapa Anaknya bisa sekuat ini dan begitu hebat menutupi semua luka ini dengan begitu sempurna.

Will I recover?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang