BAB 7: kepercayaan?

37 12 0
                                    

Aku hanya perlu satu kesempatan dan diberi sekali saja kepercayaan. Maka akan aku perlihatkan, akan bukti dariku sebuah tindakkan bukan perkataan.
-Ashlan Virendra


Suara kendaraan yang melewati jalan raya bergema ke atas langit, sebuah mobil BMW i5 melaju di jalan dengan kecepatan yang normal.

Dengan dua orang; yang satu lagi santai menikmati pemandangan jalan di depannya dan yang satunya berwajah masam dengan lengan yang bersilang sambil melihat keluar jendela mobil.

Ashlan melirik gadis yang di sampingnya itu. Wajah cemberut dari gadis itu membuatnya gemes sendiri.

"Jangan cemberut. Nanti cantiknya hilang." rayu Ashlan pada gadis itu.

"Bacot! Kenapa harus lo orangnya yang dijodohkan sama gue!" ucap Arnovea dan mengalihkan pandangannya dari jendela mobil kepada Ashlan.

"Namanya juga jodoh dan takdir, gak akan ke mana."

"Tapi gue gak mau sama lo!!"

"Mau lo nolak bagaimanapun. Kalau gue jodoh lo, gimana lagi?"

Gadis itu kembali menatap keluar jendela dengan wajah cemberut lagi. Membuat Ashlan tidak dapat menahan tawanya.

"Cemberut terus. Sengaja buat gue terpesona dengan lo, ya?"

"Shut the fuck up!" balas Arnovea yang sangat kesal.

"Dih? Dipuji malah marah."

Bibir Ashlan terus saja membentuk sebuah senyuman yang tidak kunjung henti saat melihat kelakuan gadis yang ada di sampingnya itu.

"Gue itu bukan perempuan baik-baik. Reputasi gue buruk, gue jahat, gue juga selalu menyebabkan seseorang masuk rumah sakit, tapi kenapa lo seolah gak masalah gitu menerima perjodohan ini?!"

"Yaudah, gue bantu perbaiki."

Arnovea menatap Ashlan dengan tidak percayaan. Begitu mudah dia bilang begitu? Dirinya saja sudah bertahun-tahun seperti ini dan Ashlan yang baru saja datang dalam hidupnya begitu percaya diri ingin mengubahnya?

"Lo gak usah percaya diri gitu. Gue sendiri saja gak tau cara merubah diri dengam baik, dan lo pikir bisa?"

"Dari awal saja lo ragu, gimana caranya gue bukti'innya?" tanya Ashlan dan masih memfokusan pandangannya pada jalan di depannya.

"Gak usah, deh. Jangan repotin diri lo dengan hal gak berguna."

"Repotin? Emang gue ada bilang kalau itu ngerepotin gue? Atau lo khawatir gitu sama gue?"

"Dih? Buat apa gue khawatir sama lo?!"

"Nah, kalau gitu percaya saja sama gue. Gak susahkan?"

Susah, bagi Arnovea susah kalau harus percaya terhadap seseorang. Apa lagi terhadap orang yang baru saja datang ke dalam hidupnya.

Ashlan mengangkat satu alisnya saat mendapatkan kesunyian dari gadis yang di sampingnya itu.

"Gak bisa? Yaudah, secara perlahan."

"Jangan terlalu sabar, nanti lo kecewa sendiri."

"Kalau menghadapi perempuan itu memang harus sabar, Arnovea."

Will I recover?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang