bab 14

578 89 1
                                    

Selamat membaca






Tepat pukul 12 malam seluruh anggota penoze sudah siap untuk menyerang markas Kenan.

Zean, onil, dan ollan memantau mereka semua lewat monitor dan cctv di dalam sana.
"Siap bos" ucap onil melihat zean.
Zean hanya merespon dengan anggukan dirinya terus melihat ke arah layar monitor rasanya dirinya tak ingin mengalihkan pandangannya.

Aran, Gito, dan gracio serta anggota penoze yang lain sudah berpencar ke dalam hutan karena markas Kenan terletak di tengah hutan.

Sedangkan Aldo, Ray, dan arman mereka juga sudah berpencar untuk menghabisi penjaga penjaga yang ada di dalam.

Aran mulai mempersiapkan Senapannya untuk menembak dari jarak jauh. Sedangkan Gito dan gracio masih menunggu aba aba dari Aran serta Aldo.

Aran mulai menembak satu persatu penjaga itu senapan yang di pakai Aran sangat senyap sehingga penjaga penjaga yang lain tak menyadari kalau teman mereka sudah mati satu persatu. Karena saat Aran menebak dan penjaga itu tumbang. Si penjaga langsung di tangkap oleh anggota penoze dan di singkirkan.

Saat penjaga penjaga itu sudah habis Aran mulai memonitor Gito dan gracio untuk masuk ke dalam. Aldo juga sudah ngasih sinyal jika situasi sudah aman.

Saat gracio dan Gito masuk mereka melihat penjaga penjaga tadi sudah tergeletak tak berdaya.

Gracio memberi kode kepada Gito untuk naik ke atas tangga di markas itu ada dua sisi kanan dan kiri Gito naik dari kanan sedangkan gracio dari kiri. Saat mereka ingin membuka salah satu kamar tiba tiba pintu itu terbuka Gito dan gracio seketika langsung bersembunyi.

Gito melihat jika ada perempuan yang di bawa oleh bodyguard Kenan perempuan itu dalam keadaan berantakan dan tak sadarkan diri. Saat bodyguard bodyguard itu sudah jauh Gito dan gracio langsung masuk ke dalam kamar itu dia melihat Kenan yang ingin memperkosa perempuan lainnya.

"Angkat tangan" ucap gito kepada Kenan dan juga perempuan itu.
Gracio menarik tangan perempuan itu untuk bersembunyi di belakang nya.

Kenan tak mengangkat tangannya melainkan dirinya bertepuk tangan.
"Kalian lagi kalian lagi" ucap Kenan menghela nafas dan tersenyum remeh.

"Angkat tangan anda bapak Kenan mari ikut kita" ucap gito lagi.
"Hahaha gito dan gracio tangan kanan tuan perwira upss bukan cucu angkat tuan perwira" ucap Kenan masih tersenyum remeh.

Untungnya zean tak mendengar apa yang di katakan Kenan barusan karena Aldo tak memasang alat pelacak itu di kamar Kenan.

"Tolong pak tolong saya. Saya tidak tau apa apa. Tolong bebasin saya" ucap perempuan itu sembari menutup tubuhnya yang telanjang dengan tangannya.

"Heh diam kau pelacur" ucap Kenan membentak perempuan itu saat Kenan ingin menarik perempuan itu gracio bersuara.

"Tetap di tempat atau saya tebak anda" ucap gracio. Lalu Kenan kembali di tempat nya dan mengangkat tangannya. Gracio menarik selimut yang ada di atas ranjang Kenan lalu menyuruh wanita itu menutupi tubuhnya.

Gito mendekati Kenan dan memborgol Kenan. Gito membawa Kenan keluar untuk di bawa ke markas mereka. Mobil yang akan mereka pakai untuk membawa Kenan juga sudah siap.

Gracio dan Gito serta Kenan berjalan memasuki mobil itu wanita tadi juga ikut bersama mereka. Saat mobil mobil yang di naikki anggota penoze itu jauh dari markas itu Aran memencet tombol bom yang sudah mereka pasang tadi. Seketika markas itu hancur hanya dalam kedipan mata.

Sesampainya mereka di kediaman zean, Kenan langsung di bawa oleh para anggota penoze ke ruangan eksekusi yang ada di bawah rumah itu.

"Siapa dia" ucap zean yang melihat Ray menggendong seorang wanita.
"Ini wanita yang baru di sekap oleh tuan Kenan" ucap Ray menjelaskan.
"Emm bawa dia ke kamar yang kosong saya akan panggilkan dokter untuk mengecek keadaannya" ucap zean berlalu pergi.

Ray langsung berjalan ke arah kamar tamu yang ada di bawah dan kamar itu sudah di pastikan olehnya jika kamar itu tak ada pemiliknya karena ray tadi berpapasan dengan mbak Ina yang kerja di kediaman zean.

Saat ray meletakkan wanita itu dan duduk di sampingnya tiba tiba wanita itu tersadar.
"Emmmh saya dimana" ucap wanita itu melihat sekeliling karena nuansa kamar itu sangat asing baginya.

"Anda lagi berada di kediaman bos saya tenang aja anda akan baik baik saja" ucap ray menenangkan wanita itu.

Wanita itu menanggapi Ray hanya dengan anggukan saja. Saat ray ingin berlalu pergi tangannya di tahan oleh wanita itu.

"Saya takut jangan tinggalin saya" ucap wanita itu memegang erat lengan Ray.

"Saya hanya ingin keluar mengambilkan anda minum dan mengambilkan baju bersih'" ucap ray menjelaskan.

Wanita itu mengangguk paham.
Lalu Ray pergi keluar dari kamar itu untuk menuju kamarnya mengambil baju dan celana nya yang mungkin akan sangat kebesaran untuk perempuan itu.

Setelah mengambil pakaian bersih Ray mampir ke dapur untuk mengambil minum untuk perempuan tadi.
Setelah nya Ray langsung masuk dan mendekati wanita itu kembali.

"Ini di minum dulu. Dan ini ada baju maaf ini baju saya karena di rumah ini tidak ada wanita jadi pakai baju saya saja supaya setelah anda mandi bisa ada yang di pakai" ucap Ray memberikan bajunya.

Wanita tadi tersenyum dan mengangguk.
"Oh iya kenalin nama saya raysha panggil aja ray" ucap Ray memperkenalkan diri nya.

"Hem nama nya lulu" ucap perempuan itu yang bernama Lulu.

"Yasudah saya tinggal itu mbak bisa mandi nanti saya kembali lagi" ucap ray berlalu pergi.

"Pria yang baik" ucap Lulu tak sadar.

"Ish apaan si lulu. Bisa bisanya sadar sadar sadar" ucap lulu sembari memukul mukul kepalanya.

Setelah kepergian Ray Lulu mandi dan membersihkan dirinya.

*Di tempat lain*

"Hallo shani, saya bisa minta tolong kamu buat mengecek keadaannya seseorang?" Ucap zean yang menelpon shani.

*Iya bisa tapi maaf agak malem ya* ucap Shani dari balik telpon.

"Oh gitu yaudah gpp" ucap zean lagi.

*Yaudah kalau gitu sampai ketemu* ucap Shani.

"Nanti saya suruh gracio untuk jemput kamu" ucap zean.

*Tak usah nanti saya bareng dengan teman saya saja* ucap Shani tak enak.

"Yaudah Kaka gitu, saya matiin ya Shani" ucap zean lagi. Setelah itu shani menutup telponnya dia senyum senyum karena habis di telpon zean.

Zean kembali ke tempat Kenan berada.
"Tuan Kenan" ucap zean memanggil kenan

Kenan hanya menatap zean dengan tatapan kebencian.
Zean tersenyum remeh.
"Sudah tua bukannya tobat makin berdosa" ucap zean lagi.

Kenan meludah di depan zean. Zean yang sudah sangat emosi memukul Kenan dengan keras hingga Kenan terkempas ke belakang.

Lalu kedua anggota penoze mengembalikan Kenan duduk dengan benar.

"Saya akan bunuh anda membalaskan kematian kedua orang tua saya" ucap zean yang memegang pistolnya tapi dengan cepat pistol itu di rebut oleh gracio.

"Sabar. Tuan Alex belum melihat si bodoh ini" ucap gracio. Zean menghela nafasnya lalu pergi dari hadapan Kenan. Gracio menyuruh kedua anggota penoze itu untuk menyuntikkan obat bius ke dalam badan Kenan.

Setelah itu gracio ikut menyusul kepergian zean.
"Sabar ze" ucap gracio menenangkan zean. Kini mereka sedang duduk di sofa ruang tamu yang ada di rumah zean.










Segini dulu

Jangan lupa vote

Maaf kalau typo










Next.....









heal with love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang