15.

2.4K 87 5
                                    

Setelah Kak Adnan dan Tando kembali dari polisi aku segera dipindah ke kamar perawatan. Kemungkinannya kata suster aku akan dirawat tiga hari.

Aku sudah kenyang dan tidak menghabiskan nasi gorengnya. Setelah dipindah ke kamar aku hanya diam saja setelah bertemu dan memeluk Kak Adnan. Kangen juga ternyata tidak mendengar omelannya tiga hari.

"Udah kangen-kangenannya?" sindir Kak Adnan melihat Ale dan aku yang masih asik mengobrol.

"Daritadi kan gue doang kak yang belum dapet pelukan." ujar Ale sambil melirik kearahku.

"Tando juga nggak dipeluk kok." aku mencari alasan.

"Oh belum dipeluk? Peluk aja duluan Le. Adek gue itu kan emang suka gak peka orangnya." Kak Adnan tersenyum jahil. Sebetulnya sejak kapan dan karena apa sih Ale dan kakakku bisa saling kenal?

Spontan Ale memelukku erat. Hangat, dan tanpa sadar aku membalasnya. Aku hanya pernah pacaran sekali dan itu sudah lama. Hanya papa dan Kak Adnan dua laki-laki yang paling sering memelukku.

"Eh Monika, Jazlyn, Tando pada kemana ya?" tanyaku sambil melepas pelukan.

"Udah pada pulang, gue anterin daritadi." jawab Kak Adnan.

Waktu mendekati jam dua pagi, Kak Adnan tidur di sofa. Ale masih duduk di dekat tempat tidurku.

"Nggak ngantuk Le?" tanyaku.

"Perhatian banget sih nanya-nanya." balasnya sambil tertawa.

"Geer."

"Biarin, beneran kan perhatian?" membantah Ale tidak akan ada habisnya. Aku membalikkan badan, mencoba tidur.

"Sleep tight." bisiknya ke telingaku.

Aku baru bangun jam delapan pagi, sarapannya sudah datang. Bubur. Aku benci sekali bubur selain bubur kacang hijau sejak aku kecil. Melihatnya saja bisa mual.

Wajahku berkerut melihat mangkuk bubur dihadapanku.

"Kenapa?" tanya Ale.

"Nggak suka bubur." jawabku kesal.

"Kalau gitu, disuapin sama cowok cakep aja ya, biar suka?" Ale kenapa jadi nggak jelas gini ya.

"Siapa cakep?"

"Depan muka liat dong ada siapa masa gak tau sih." jawabnya sambil tertawa.

"Wah salah nih gue kesini, gak ada gunanya kayaknya ya gue disini?" tanya Kak Adnan yang baru datang membawa beberapa bungkus roti.

"Kak gue nggak mau bubur!" keluhku.

"Le buruan suapin Le biar diem." Kak Adnan hanya tertawa melihat ekspresiku.

Akhirnya aku disuapi lagi oleh Ale. Meskipun tidak enak tapi ya aku terpaksa memakannya.

"Tia." suara baritonnya menyebut namaku.

"Ya?"

"Kamu emang dikasih makannya gimana sih sama mereka? Baru tiga hari kamu udah kurus gini."

"Gak makan, cuma hari pertama. Dikasih McD. Abis itu nggak dikasih apa-apa lagi. Paling cuma air minum satu gelas sekali. Waktu kamu gendong, aku udah gak punya tenaga jadi cuma bisa merem akhirnya keterusan tidur di mobil."

"Waktu itu aku liat di Path, si Thasya check-in di McD. Pantesan aja. Terus Ezra gak ngapa-ngapain kamu kan?"

"Nggak." aku menggeleng.

"Iya lah awas aja berani macem-macem!" geramnya.

Setelah makan siang aku tertidur. Ale sepertinya belum kembali ke sini, dia ingin mencari makan siang. Sekarang hanya ada Kak Adnan yang menemani. Tidurku tidak terlalu pulas jadi aku masih bisa mendengar suara-suara yang ada.

Toi et MoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang