32.

1.6K 64 3
                                    

Hari Senin, Ian sudah kembali sekolah. Aku melihatnya sedang berbicara dengan beberapa teman sekelasnya saat aku baru sampai di sekolah. Dia melihatku dan seketika menghentikan percakapan dengan teman-temannya.

"Nanti Starbucks yuk."

"Gaya banget baru juga sembuh."

"Guenya mah nggak usah order gak apa-apa."

"Terus mau ngapain? Ngelamar jadi barista?"

"Mau belajar gue. Tugas banyak banget gue udah ketinggalan."

"Gayaan. Belajar tuh dirumah."

"Oh yaudah. Kalo gitu lo ke rumah gue nanti."

"Gue sibuk tuh." jawabku santai.

"Sok sibuk. Gue yakin lo punya waktu buat gue...cuma gengsi tuh. Cantik-cantik jangan gengsian kenapa sih." Ian menyindirku atau apa?

"Iya deh bawel."

"Apa? Ke rumah gue? Yes!"

"Ada special offer nggak gue kerumah lo?"

"Ya udah mau apa Tia sayang?" tanya Ian sambil menaikkan alisnya.

Ya ampun Ian kenapa ganteng banget sih.

Jangankan para siswi, guru-guru pun suka padanya. Kalau kata Jazlyn, Ian itu suami idaman, menantu idaman.

"Cold Stone. Satu liter. Dark chocolate."

"Boleh. Topping-nya mau apa?"

"Hershey's, almond, marshmallow!"

"Oke. Belinya ntar aja pas pulang. Udah tuh ya. Sama-sama."

"Makasih Iaaan!"

"Kencengan."

"MAKASIH IAN"

"Lagi, nama lengkap."

"MAKASIH, ADRIAN DIVALINO!"

"Kurang Kazuki."

"MAKASIH ADRIAN KAZUKI DIVALINO."

"Gitu dong. Gue ke kelas ya." Ian melangkah pergi menuju ruang kelasnya.

"Mon bentar lagi ada yang lupa temen kali." sindir Jazlyn saat di kantin ketika aku mulai bercerita aku menjenguk Ian. Aku baru ingat untuk menceritakan itu ke Jazlyn.

"Sekarang aja sama Ian mulu Jaz kalo istirahat. Udah lupa sama gue, sama Lala." timpal Monika.

"Udah sih kenapa nggak jadian!" gerutu Lala.

"Tanya aja sama Ian." jawabku sambil tertawa.

"Lo kurang ngasih sinyal kali, apa dia yang gak nangkep sinyal?" tanya Jazlyn.

"Ian kan suka gitu Jaz banyak banget alesannya. Eh tapi tanda-tanda dia naksir Tia tuh udah lama banget. Jaman kelas 11. Cuma gak show off, ada si itu soalnya. Dia aja keliatan bahagia pas dapet ucapan ultah dari Tia." ujar Monika. Tahun lalu aku tidak tahu kapan Ian ulang tahun. Kemudian sehari setelah hari ulang tahunnya aku tidak sengaja membuka sebuah kertas berisi data diri anak-anak kelas yang disimpan olehku karena aku sekretaris kelas. Ada tanggal ulang tahun Ian disitu dan aku spontan menghampiri mejanya dan mengucapkan selamat ulang tahun. Ternyata kemarin tidak ada yang mengucapkan selamat ulang tahun untuk Ian di kelas. Pantas saja dia hanya diam.

"Si itu siapa Mon?" tanyaku.

"Ya...Ale." jawab Monika.

"Oh. Bilang aja Ale sih gak usah diganti-ganti."

"Lo nggak sedih denger namanya?"

"Buat apa? Dia sendiri juga gak apa-apa kan gak ada gue?"

"Yakin baik-baik aja?" tanya Jazlyn.

Toi et MoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang