24.

1.7K 69 1
                                    

Gue nggak mempermasalahkan Tia jalan sama Ian sih, cuma a lil bit insecure aja.

Yang bikin gue pusing...si Nadine udah diajakin duduk sama Bianca tetep aja deket-deket gue.

"Le, lo deket sama Tia? Tia aja kata Bianca lagi dideketin itu tuh...Adrian ya?"

"Sok tau banget."

"Cemburu? Hahahaha."

"Ya emang, Bianca sok tau. Tia sama Ian temenan karena pernah sekelas waktu kelas 11."

"Katanya Bianca, Tia tuh..."

"Bisa jangan pake kata-kata "Katanya Bianca" nggak?"

"Gue anak baru." ujar Nadine dengan wajah memelas.

"Belajar adaptasi apa susahnya? Lo aja bisa kan survive di Brussels dengan kehidupan baru, kebiasaan baru, bahasa baru? Disini sebagian besar muridnya aja temen- temen SMP lo, hampir semua udah lo kenal. Tapi lo malah nempel Bianca mulu bukannya main sama temen-temen lo."

"Kenapa lo jadi ngajarin gue?" nah. Mulai kesel.

"Gue cuma ngajarin lo buat jadi diri lo sendiri dan gak gampang percaya omongan orang. Apa-apa Bianca, semuanya lo tergantung Bianca."

"Teman sebangku pertama gue sendiri aja ngusir gue. Lo."

"Gue nggak ngusir, gue cuma mikir lo mending duduk sama cewek aja."

"Tapi lo bilang gue supaya jangan apa-apa Bianca."

"Temen disini kan ada banyak, Nadine. Hampir 50 orang di sini udah kenal sama lo."

Ternyata Bianca ngomong sama Nadine kalo disuruh sama gue. Padahal udah gue suruh jangan bilang ke Nadine. Cepu banget sih. Salah gue.

"Lo kok berubah sih Le? Lo nyuruh gue pindah gara-gara Tia? Iya kan?"

"Nggak. Tadi kan gue udah bilang apa alasan gue nyuruh lo pindah. Lagipula, gue lebih suka gak punya temen sebangku. Bebas, tempat buat dua orang jadi bisa buat gue sendiri. Udah ah capek gue mau tidur." ini harusnya jam Sejarah tapi gurunya nggak ada. Waktu yang bagus untuk tidur.

***
Aku membuka tempat bekalku. Lala aku suruh ke kelas untuk makan bersamaku. Sementara Monika masih jajan di kantin karena dia tidak bawa bekal hari ini.

"Ale mana tumben nggak main sama lo?" tanya Lala sambil membuka plastik kecil berisi saus mayones untuk dimakan bersama udang tepung dan brokoli yang dibawa sebagai lauknya hari ini.

"Kan gue gak ke kantin. Dia pasti di kantin."

Monika sudah kembali dari kantin sendirian.

"Ada Ale tuh di kantin. Nanya lo kemana. Tapi lagi sama Nadine." ujar Monika.

"Tapi ada yang lain kan?"

"Ada sih, tapi Nadine kayak maksa ditemenin."

Selesai menghabiskan makanan aku membeli minum jadi aku bisa sekalian melihat Ale dan Nadine.

"Hai." Ale berdiri dihadapanku dan menghalangi jalan.

"Hai." balasku datar. Nadine menatapku dengan tatapan tidak suka dari tempatnya. Kenapa sih dia ini? Kenal juga tidak, masih bagus sudah kuantar ke kelas waktu itu.

"Aleee ayo keatas." Nadine menarik tangan Ale dengan cepat. Tanpa penolakan, Ale mengikutinya.

"Si bego bukannya nolak." celetuk Tando yang datang tiba-tiba dengan Gio disampingnya.

"Yah Tia..." timpal Gio.

"Udahlah, lu gak usah ngarepin dia. Kadang, baik sama bego beda tipis." ujar Tando.

Toi et MoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang