20.

1.7K 75 1
                                    

Ale dan aku memasuki ruang tamu. Sepi. Hanya ada Ale dan aku. Fred sedang tertidur pulas di samping sofa, tepat di bawah AC.

"Jadi mau ngapain ngajak aku kerumah?"

"Mau ngasih tau private space aku dirumah." Ale menarikku untuk melangkah ke sebuah ruangan kecil di lantai atas. Aku melangkah ke dalamnya, hanya ada lembaran foto, sebuah meja panjang dengan laptop dan jam diatasnya, dan satu kursi. Mungkin private space ini ruang kerja Ale saat ingin mencetak foto-foto dari kamera analog kesayangannya yang hampir selalu dibawa kemanapun, bahkan di sekolah. Asalkan tidak ada guru yang melihat karena dia akan dihujani banyak pertanyaan.

"Emangnya kenapa mau kasih tunjuk private space kamu?"

"You got a private space here." Ale menunjuk dadanya.

"Cheesy."

"Liat aja ke tembok dihadapan kamu sekarang."

Beberapa foto hampir memenuhi salah satu dinding. Dibawah setiap foto ada kertas kecil, ditulis dengan tulisan tangan khas Ale yang berantakan.

"Kamis, 18 Juli 2013: Jadi ini yang sering dibicarakan banyak orang, bahkan semenjak hari pertama masa orientasi?"

"Sabtu, 7 September 2013: Namanya Tia. Semua orang bilang dia cantik. Hari ini aku melihatnya dengan seragam cheerleader di acara ulang tahun sekolah."

Selembar foto close-up wajahku yang sedang tertawa menarik perhatianku. Tertanggal 8 Mei 2014.

"Kamis, 8 Mei 2014: Peter Pan said,
"Just think of happy things,
and your heart will fly."
But when I thought about you, I fell."

"Dulu, aku cuma pura-pura gak pernah tau yang mana yang namanya Tia."

"Kenapa?"

"Aku pernah liat kamu nyanyi sambil main gitar waktu ultah sekolah pas kelas 10. Kan semenjak itu, kamu banyak fansnya. Pada caper nge-chat kamu. Aku nggak pernah ikut-ikutan Andre sama Gio buat nge-chat kamu dulu. Aku lebih pengen ketemu kamu langsung daripada chat-chat basi. Kenalan sama cewek dengan cara modus gak jelas lewat chat itu kurang laki. Kecuali kalau udah kenal, itu sih beda lagi."

"Terus kenapa keinget sama Thasya sampe galak banget waktu nganter pulang?" aku masih ingat wajah galak Ale di dalam mobil meskipun gelap saat dia mengantarku pulang untuk pertama kali. Benar-benar pertama.

"Itu cuma alasan aku aja, biar gak keliatan salting nganterin kamu pulang."

"Kok nyebelin sih!"

"Kalo gini masih nyebelin?"

Ale mendekatkan wajahnya kearahku.

"I want you to know about this feeling for you. Let me love you and let me kiss you right now." Ale mengecup bibirku lembut.

Aku terkejut ketika bibirnya bersentuhan dengan bibirku. Tapi aku membalasnya.

"Jago juga ternyata." Ale melepas kecupannya.

"Apa sih!"

"Sering-sering aja kayak gini."

"Le aku laper. Bikin omelet yuk, ada telur nggak?" aku mengalihkan topik.

"Ih ngalihin pembicaraan. Iya, ada kok."

Ale dan aku keluar dari private space lalu pergi ke dapur yang memiliki penataan cukup simple.

"Aku aja sini yang bikin. Bisa kok kalau omelet. Sandwich aja enak kan? Buktinya sampe suka banget."

"Iya emang enak kok Le."

Toi et MoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang