27.

1.6K 71 1
                                    

***

"Abis ngapain? Kan tadi lo bilangnya keatas duluan." tanya Monika.

"Nggak ngapa-ngapain." jawabku berbohong.

"Gue tau kok dari Jazlyn, ada Ale di UKS. Abis dari sana kan lo?" cecarnya. Monika tidak akan bisa dibohongi.

"Kok lo bisa langsung tau sih..."

"Iya kan tadi lo bilang mau keatas duluan, pas gue ke kelas lo nggak ada. Terus barusan Jazlyn bilang Ale lagi sakit di UKS. Ya udah."

"Mon gue gak bisa pilih..."

"Ian udah beneran sayang sama lo, tapi dia orangnya gak enakan banget jadi cowok. Saking baiknya. Jadi dia diem aja, gak pernah ngomong soal perasaannya."

"Kok kayak gantian sih, dulu kan gue yang gak ngakuin gue sayang sama Ale...sekarang Ian yang gitu."

"Perbuatan lo lagi dibales itu namanya. Nggak enak kan? Tapi Ian suka nanyain lo kok, Ti. Lo nangis waktu itu aja dia nanyain sampe kemana-mana."

Kalau sedang santai dan tidak melakukan apapun, aku mencoba mencari tahu tentang Ian lewat akun ask.fm-nya. Aku baru mengenal Ian saat kelas 11 dan rasanya belum cukup untuk tahu segalanya tentang Ian. Tidak ada satupun murid di sekolah yang berasal dari SMP yang sama dengan Ian. Ian tinggal di Bali. Keluarganya adalah pemilik sebuah restoran di Seminyak, tapi sebetulnya Ian bukan orang Bali.

"Masih heran kenapa ya dia kan girls magnet banget, tapi gak ada gitu yang ngisi hati?" tanya Jazlyn saat bertemu dengan Monika, Lala, dan aku di jam istirahat.

"Ada aja kayaknya, lo aja yang gak pernah tau. Eh lo tau kakaknya gak Kak Vanya kan kakaknya dia." ujar Lala.

"HAH? KOK GUE GAK PERNAH TAU SIH." Monika tersedak minumnya.

"Gue cuma inget Kak Vanya dulu pernah ngomong soal adeknya ada di angkatan kita. Tapi gak mau ngasih tau namanya. Inget gak sih? Di angkatan juga gak ada tuh yang bahas. Jadi gak terlalu sadar juga orang-orang." timpalku.

"Lo tau darimana?" tanya Jazlyn.

"Ngestalk gak sengaja. Kak Vanya emang gak mau kasih tau biarin orang pada ketipu ngira dia deket sama adek kelas. Hahahaha." jawabku. Aku ingat dulu Gio dan Andre heboh karena melihat Ian pulang bersama Kak Vanya. Ternyata mereka kakak-adik.

Saat pulang sekolah, hujan turun cukup deras.

"Gue langsung les nih sorry ya Tia, gak bisa nganter." ujar Ian.

"Yaudah Yan gak apa-apa gampang kok gue pulangnya."

"Bener? Kalo nggak gue telatin masuk les aja dikit." tanya Ian. Dia sendiri seperti bingung harus mengantarku pulang atau pergi les.

"Ih apaan sih Yan lebay banget...gak usah udah lo les aja. Gue minta jemput kok."

"Yaudah deh...duluan ya Tia."

"Iya, hati-hati Ian."

Aku menunggu di tempat biasa. Bangku-bangku di depan ruang Tata Usaha.

Sudah ada yang duduk disana ternyata.

Ada...Ale. Tidak sepucat tadi pagi, mungkin sudah lebih baik keadaannya sekarang. Dia sendirian, terlihat seperti sedang sibuk dengan isi pikirannya.

Ingin menanyakan keadaannya, tapi canggung.
Ingin menanyakan kabarnya, tapi malu.
Ingin menanyakan bagaimana harinya, tapi tidak tahu cara memulai percakapan.

Padahal setiap bertemu biasanya dia melingkarkan tangannya di bahuku. Lalu pergi makan ke McDonalds bersama-sama atau sekadar minum dan mengobrol santai di Starbucks.

Toi et MoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang