"Terimakasih juga untuk kekasih saya, yang selalu jadi garda terdepan dalam segala hal yang saya lakukan."
•
•
•
•
•
•
•
Sejak seminggu lalu. Soonyoung sama sekali tidak mendapat kesempatan untuk melihat wajah kekasihnya sendiri. Jihoon mendadak sulit untuk ditemui. Nampak seperti waktu sebelumnya, yang sudah Soonyoung pernah lewati.
Sebenarnya di bilang mendadak pun, tidak juga. Karena Soonyoung juga tau pasti apa yang pria itu lakukan. Apalagi kalau tidak bekerja dengan musik sialan itu.
Jam sudah menunjukkan pukul enam malam. Pria dengan jas hitamnya. Sedang duduk di sofa tempat kekasihnya itu biasa bekerja. Dia hanya diam saja. Tak ada hal lain yang bisa dilakukan. Selain melihat Jihoon yang mondar-mandir kesana kemari seperti orang paling sibuk di dunia.
"Aaii-"
"Bentar bentar."
Soonyoung mengangguk mengerti. Kembali berdiam diri seperti sejam yang sudah berlalu. Pasrah dan tak bisa berkutik. Jihoon paling seram saat diganggu diwaktu kerja atau sekedar membahas pekerjaannya.
Malam ini menjadi salah satu malam terpenting bagi hidup Jihoon. Tentang bagaimana karirnya sebagai seorang produser di dunia musik bisa meningkat dan tumbuh dengan baik.
Hidup dengan diiringi berbagai nada. Juga memainkan banyak jenis alat musik. Jihoon benar-benar serius untuk hal satu ini. Mungkin jika bila harus memilih. Dia akan langsung memilih musik daripada dirinya sendiri. Sepenting itu.
Sejak kecil, pria itu mengenal juga memainkan berbagai instrumen. Ibunya selalu melakukan itu saat bersama Jihoon. Membuat Jihoon terbiasa dan akhir tak ada pilihan selain menyukainya.
Sudah lebih dari lima tahun dia ada di industri ini. Membuat beberapa lagu untuk penyanyi amatir bahkan kelas atas. Mengisi soundtrack film dengan lagu yang dia tulis dengan tangannya sendiri.
Tak ada hal lain yang membuat Jihoon puas selain bermusik. Dipikir lagi pun tak ada. Musik adalah jantungnya.
"Aiii!" Soonyoung berdiri. Dia berjalan cepat ke arah kekasihnya itu yang sibuk menelfon sejak tadi.
Jihoon tersentak. Dia menoleh dan memberikan gerakan agar Soonyoung diam dahulu.
Hah. Iya juga. Selain musik. Jihoon juga mempunyai bayi berumur dua enam bulan yang seringkali rewel.
Pria yang sudah tampan disana. Untuk ikut menghadiri acara kekasihnya. Hanya bisa memasang wajah kesal. Sudah sejam dia dibiarkan saja. Padahal sudah berdandan dengan gagah malam ini. Kenapa tak ada satupun pujian terucap untuknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
FELICITA' UNIVERSE - infinite stories
FanficTentang hiruk pikuknya dunia. Cinta, keluarga, sahabat, mimpi, dan juga diri sendiri. Semesta tanpa batas dan akhir yang akan terus berjalan menemani semua tokoh dalam cerita ini. Berlangsung untuk selamanya