Sang Juragan (Gibran Danuarta) 21+

09. Dek, Boleh Minta Sekarang?

Halow! Selamat malam penduduk🤗

Balik lagi sama Ka Neo di sini, masih bareng manten Anyar kita Gibran Danuarta dan Ayudia Larasati, semoga gak pernah bosen ya🤭

Btw yang kemarin minta dicampur bahasa jawa, duh jangan dulu ya? Soalnya Ka Neo gak terlalu menguasai Bahasa jawa, takut kayak  di sebelah nanti kena hujat lagi, wkwkwk enggak bercanda😆

Penduduk! Mau ngasih tau dulu ya kalau Part Dewasa cerita ini hanya tersedia di Karyakarsa di Wp tidak di up karena takut banyak bocil🙈

Jadi yang penasaran boleh mampir, nanti Ka Neo spill beberapa Part dewasanya di bawah, semoga bisa mampir ya penduduk❤

Dukungan kalian berarti banget buat Ka Neo, so di tunggu ya🫶

Sebelumnya vote sama komen jangan lupa ya?

600 vote 150 komen boleh penduduk?

Yaudah silahkan baca, semoga suka ya🫶

Selamat Menikmati🪶

oOo

Rumah minimalis itu begitu sepi hanya terdengar suara hujan, di dalamnya hanya ada dua manusia yang tidak saling kunjung bicara, terlalu bingung ingin memulai dari mana.

Jadi hanya sama-sama diam dengan memeluk diri sendiri sambil melihat pada mesin cuci yang berputar, membosankan tentu saja.

"Dek, hujan-hujan gini enaknya yang hangat-hangat loh." Ucapan tiba-tiba dari Juragan Danu membuat Laras menoleh dengan kaku, pikirannya begitu liar menciptakan satu hal yang berhasil membuat Laras merinding sendiri.

"Maksudnya Mas? Hangat apa?" Demi sebuah kewarasan otak Laras beranikan diri bertanya, wajahnya sudah memerah ketika otaknya begitu lancang mengartikan hal lain, bagaimana bisa mengarah pada satu hal yang begitu dewasa?

"Mie kuah, hawanya makin dingin, kayaknya enak kalau buat Mie kuah, buat yok? Bareng-bareng biar cepet." Laras menahan nafas sejenak, tidak menyangka dengan perkara Mi kuat hangat pikirannya begitu mesum, laras tidak ingin berbohong, otaknya mengatakan hal lain tadi, sungguh.

Ya bagaimana, mereka hanya berdua dan belum menyentuh sama lain, sekalipun tiga hari pernikahan tapi percayalah mereka tidak sama sekali melakukan satu sentuhan lebih kecuali berpelukan dan saling mencium, sibuknya kedatangan kamu membuat mereka tidak melakukan hubungan intim sampai sekarang.

Jadi bukan salah Laras dong ketika berpikir begitu? Salahkan waktunya saja yang begitu pas untuk berpikir ke sana!

"Aku aja yang buat, Mas istirahat saja, dari pagi belum istirahat pasti capek 'kan? Aku aja yang bikin Mas tunggu saja, aku izin pakai dapur ya?"

"Kamu istri saya bukan pembantu, kenapa harus izin? Semua sudut rumah ini beserta isinya juga milik kamu, tolong jangan seperti orang asing begitu, saya tidak suka." Juragan Danu serius ketika mengatakannya, bahkan matanya tidak lepas dari sang istri dengan tatapan datarnya.

Merasa sangat tidak suka dengan ucapan sang istri yang tidak mencerminkan statusnya, bagaimana bisa masih meminta izin ketika posisi perempuan itu di rumah ini memang nyonya? Terdengar menyebalkan di telinga Juragan Danu yang memang begitu tidak menyukai perbedaan itu.

Persetan, Juragan Danu tidak ingin mendengarnya.

"Iya maaf Mas, tadi reflek." Demi tidak membuat sang suami Laras maju satu langkah, mengelus lengan lelaki itu menenangkan kalau dirinya salah sebut tadi, wajah menahan sebal Juragan Danu begitu tidak mengenakkan untuknya, perempuan itu mengaku tidak menyukainya!