Bab 23 : Keajaiban ditengah Derita

0 0 0
                                    


Hujan deras mengguyur desa, menambah kesuraman suasana. Langit kelabu menyelimuti harapan yang mulai pudar dari hati Alya. Sejak pertemuan terakhir dengan warga, konflik semakin memuncak, dan rumor yang disebarkan oleh Adit terus menghantui langkahnya. Cinta dan harapan yang seharusnya menjadi sumber kekuatan kini terasa seperti beban yang semakin berat.

Di sudut taman yang biasanya dipenuhi bunga, Alya duduk sendiri, mengamati tetesan air hujan yang membasahi dedaunan. Ia merindukan masa-masa ketika segalanya terasa sederhana. Kini, setiap langkahnya dipenuhi ketidakpastian. "Apa yang bisa aku lakukan?" pikirnya, merasakan keraguan menggerogoti jiwanya.

Tiba-tiba, suara langkah kaki mengganggu lamunannya. Arga muncul dengan wajah basah kuyup, tetapi senyumnya masih mampu memberikan sedikit kehangatan. "Alya! Kenapa kau di sini sendirian?" tanyanya, terlihat khawatir.

Alya menghela napas, berusaha tersenyum meski hatinya terasa berat. "Aku hanya berpikir. Semuanya terasa begitu sulit, Arga. Aku tidak tahu bagaimana kita bisa melewati semua ini."

Arga duduk di sampingnya, menggenggam tangan Alya. "Kita sudah melewati banyak hal. Ini hanya salah satu ujian yang harus kita hadapi. Kita akan menemukan jalan."

"Aku ingin percaya, tapi...," Alya menunduk, air mata menggenang di pelupuk matanya. "Aku merasa lelah, Arga. Semua tekanan ini, semua intrik... Kadang-kadang aku merasa ingin menyerah."

Arga mengerutkan dahi, menatap Alya dengan lembut. "Kita tidak akan menyerah. Cintamu adalah kekuatanku. Ketika kau merasa lemah, ingatlah bahwa kita saling memiliki."

Namun, kata-kata itu tidak sepenuhnya mampu menenangkan hati Alya. Saat Arga berusaha menghiburnya, Adit kembali muncul di pikiran Alya. Pengusaha itu tidak hanya berambisi, tetapi juga cerdik. Ia tahu cara memanipulasi orang dan situasi demi kepentingan sendiri.

Ketika mereka duduk di bawah rintik hujan, sebuah suara lembut mengalihkan perhatian mereka. Seorang anak kecil, dengan rambut keriting dan senyum ceria, mendekati mereka. "Kak Alya! Kak Arga! Apa yang kalian lakukan di sini?" tanyanya, riang.

Alya tersenyum melihat anak itu. "Kami sedang duduk, nak. Bagaimana denganmu? Kenapa tidak bermain di rumah?"

"Karena hujan! Tapi lihat! Aku menemukan sesuatu yang menarik!" Anak itu mengangkat sebuah benda berkilau yang terbuat dari kertas berwarna. "Ini adalah origami! Ibu mengajarkanku cara membuatnya!"

Arga dan Alya tertawa melihat semangat anak itu. Alya mendekat, tertarik dengan kertas yang berkilau. "Itu sangat indah! Apa kamu bisa mengajarkanku cara membuatnya?"

Anak itu mengangguk dengan semangat. "Ayo! Kita bisa membuat banyak bentuk!"

Tanpa disadari, suasana hatinya mulai membaik. Alya, Arga, dan anak kecil itu duduk bersama di bawah pohon, terlarut dalam aktivitas membuat origami. Setiap lipatan kertas, setiap tawa yang mereka bagi, perlahan-lahan mengusir gelap yang menyelimuti hati Alya.

Satu per satu, bentuk-bentuk indah mulai bermunculan. Burung, ikan, dan bintang, semua diciptakan dari kertas yang sederhana. Alya merasakan keceriaan yang sudah lama hilang. "Lihat, Arga! Kita berhasil membuat burung!" teriaknya, menunjukkan hasil karyanya.

Arga tersenyum, melihat wajah Alya yang berseri. "Kau memang berbakat! Lihat ini!" Ia menunjukkan origami berbentuk ikan yang telah selesai dibuat. Mereka berdua tertawa, melupakan sejenak beban yang ada.

Sementara itu, anak kecil itu berlari ke arah mereka. "Kak Alya, Kak Arga! Ayo buat origami terbang!" Ia mengangkat burung origami dan melemparkannya ke udara. Burung kertas itu melayang lembut, seolah terbang di langit yang kelabu.

Saat melihat burung kertas itu, Alya merasakan hatinya bergetar. Tiba-tiba, sebuah ide muncul dalam pikirannya. "Arga, kita bisa mengadakan festival origami! Kita ajak semua orang di desa untuk membuat origami dan merayakannya!"

Arga menatap Alya, terkejut sekaligus terinspirasi. "Itu ide yang hebat! Kita bisa mengumpulkan orang-orang, memperlihatkan bahwa kita masih bisa bersatu meskipun dalam kesulitan."

Semangat baru menyala di hati mereka. Alya merasa seperti keajaiban kecil telah terjadi. Keceriaan yang ditularkan oleh anak itu membangkitkan kembali harapan yang sempat padam. "Kita akan melakukannya! Kita akan mengundang semua warga, dan menunjukkan bahwa cinta dan kebersamaan kita lebih kuat dari tekanan apapun!"

Dengan semangat yang menyala-nyala, mereka mulai merencanakan festival origami. Mereka menyebarkan undangan kepada setiap rumah di desa, mengajak semua orang untuk berkumpul dan membuat origami bersama. Mereka bahkan mengajak anak-anak untuk berpartisipasi, berharap kehadiran mereka akan membawa keceriaan.

Ketika hari festival tiba, langit tampak cerah meskipun hujan masih menyisakan jejak. Alya dan Arga berdiri di tengah alun-alun, dikelilingi oleh warga yang mulai berkumpul. Anak-anak berlari-lari dengan kertas berwarna, menggenggam harapan dan keceriaan.

"Ayo, kita mulai!" Alya berteriak, suaranya penuh semangat. Dengan berani, ia mengangkat kertas origami dan menunjukkan cara melipatnya. "Kita akan membuat origami bersama, dan burung-burung ini akan menjadi simbol harapan kita!"

Warga mulai mengikutinya, terlibat dalam aktivitas yang sederhana namun penuh makna. Tawa dan keceriaan kembali mengisi alun-alun, seolah menghapus semua rasa cemas dan ketegangan yang selama ini membayangi mereka. Alya merasa bersemangat melihat masyarakatnya bersatu kembali, terlepas dari berbagai masalah yang ada.

Seiring waktu berlalu, origami beraneka ragam memenuhi alun-alun. Burung, kupu-kupu, dan berbagai bentuk lain terbang di udara, menggambarkan harapan yang baru lahir. Alya dan Arga saling bertukar pandang, merasakan betapa cinta mereka kini tidak hanya menjadi kekuatan untuk bertahan, tetapi juga untuk menginspirasi orang lain.

Ketika festival semakin meriah, Alya menyadari bahwa keajaiban kecil ini adalah langkah pertama menuju perubahan. Mereka telah berhasil menggugah semangat masyarakat, menunjukkan bahwa dalam derita, masih ada harapan. Cinta mereka kini tidak hanya terikat oleh kesulitan, tetapi juga oleh impian untuk masa depan yang lebih baik.

Alya menatap Arga, merasa bahwa cinta mereka semakin kuat. "Kita telah melakukan sesuatu yang luar biasa hari ini," katanya, matanya berbinar penuh harapan.

Arga mengangguk, senyumnya lebar. "Ya, kita tidak sendiri. Bersama, kita bisa melewati semua rintangan."

Dengan semangat yang baru, Alya dan Arga melangkah maju, siap menghadapi tantangan berikutnya. Di tengah derita dan kesulitan, keajaiban kecil itu telah membangkitkan harapan yang takkan padam. Cinta mereka adalah cahaya yang akan memandu jalan, membawa desa mereka menuju masa depan yang lebih cerah.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: 5 hours ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Malaikat Kecil  "Sang CEO"Where stories live. Discover now