Bab 20 : Konfrontasi dengan Masa Lalu

1 0 0
                                    


Arga berdiri di tepi jendela kantornya yang luas, menatap ke luar dengan mata yang penuh beban. Pemandangan gedung-gedung tinggi Jakarta yang biasa memberikan semacam ketenangan kini tampak mengintimidasi. Perasaannya kacau, tidak hanya karena Alya yang masih berusaha untuk kembali ke kehidupannya, tetapi juga karena bayangan masa lalunya yang kembali menghantui. Dia tahu bahwa Alya bukanlah satu-satunya yang membawa masa lalu kelam ke dalam hubungan mereka. Masa lalu Arga sendiri, yang dulu dianggap selesai, kini berdiri di ambang pintu, siap untuk menghancurkan segalanya.

Ketukan di pintu membuatnya tersentak dari pikirannya. Alya masuk, wajahnya tampak cemas. "Kita harus bicara," katanya tanpa basa-basi.

Arga mengangguk. Ia sudah tahu pembicaraan ini akan datang, dan ia sudah mempersiapkan diri untuk itu. "Aku tahu," jawabnya pelan.

Alya mendekat, duduk di kursi di hadapannya. "Mereka tahu, Arga," katanya tegas. "Orang-orang yang terlibat dalam masa laluku, mereka tahu bahwa aku di sini. Mereka tahu kita bersama."

Jantung Arga berdebar lebih cepat. Sejak mengetahui identitas Alya yang sebenarnya, Arga sudah menduga hal ini akan terjadi. Orang-orang dari masa lalunya yang kelam kini menjadi ancaman, tidak hanya bagi Alya, tetapi juga bagi perusahaan dan masa depan mereka berdua.

"Apa yang mereka inginkan?" tanya Arga, mencoba tetap tenang meskipun pikirannya penuh dengan kecemasan.

Alya menatapnya, matanya penuh ketegangan. "Mereka menginginkan kontrol. Bukan hanya terhadapku, tetapi terhadap apa yang kita miliki. Mereka ingin perusahaanmu, Arga. Dan mereka akan melakukan apa pun untuk mendapatkannya."

Konfrontasi dengan Masa Lalu

Kata-kata Alya bergetar di telinga Arga, membuatnya terdiam sejenak. Ini bukan hanya tentang masa lalu Alya, tetapi juga tentang dirinya sendiri. Dulu, Arga pernah terlibat dalam jaringan kekuatan yang sama, meskipun tidak sekelam yang dialami Alya. Masa-masa itu telah lama ia tinggalkan, atau setidaknya ia pikir sudah demikian. Namun, kini semua kembali menghantui.

"Aku tidak akan membiarkan mereka menghancurkan kita," kata Arga akhirnya, tekad terlihat jelas di matanya. "Aku akan melindungimu. Aku akan melindungi kita."

Alya tersenyum tipis, tetapi senyum itu dipenuhi kekhawatiran. "Ini bukan hanya tentang kita, Arga. Ini tentang mereka yang berada di belakang semua ini. Mereka lebih kuat dari yang kamu bayangkan. Jika kita tidak berhati-hati, kita bisa kehilangan segalanya."

Arga bangkit dari kursinya, berjalan mendekati jendela, kembali menatap pemandangan kota yang kini terasa semakin menekan. Pikirannya terus bekerja, mencari solusi. Dia tahu bahwa ini bukan sekadar ancaman biasa. Orang-orang yang terlibat dalam masa lalu Alya memiliki kekuatan besar, dan jika mereka ingin menggulingkannya dari posisi CEO, mereka pasti memiliki rencana besar yang sudah matang.

"Tapi kita tidak bisa hanya duduk diam dan membiarkan mereka mengambil alih," kata Arga. "Aku akan melawan mereka. Aku punya sumber daya, dan aku tidak akan membiarkan mereka merusak semua yang telah kita bangun."

Alya mengangguk, meskipun raut wajahnya menunjukkan bahwa ia masih belum yakin. "Kita harus berhati-hati, Arga. Ini bukan sekadar permainan bisnis biasa. Mereka tidak akan menyerang secara langsung, tapi melalui cara-cara yang halus dan manipulatif. Jika kita tidak berhati-hati, mereka akan menjebak kita."

Pertarungan untuk Bertahan

Selama beberapa minggu berikutnya, Arga dan Alya bekerja keras untuk mempersiapkan diri menghadapi serangan yang akan datang. Mereka memperkuat posisi perusahaan, mengamankan aliansi, dan memastikan bahwa setiap celah dalam sistem manajemen sudah ditutup rapat. Tapi mereka tahu, di balik layar, musuh mereka terus bergerak, merencanakan langkah berikutnya.

Konfrontasi akhirnya datang pada suatu pagi yang tampak biasa-biasa saja. Sebuah rapat darurat dipanggil oleh para dewan direksi, yang tiba-tiba mengklaim bahwa Arga telah terlibat dalam aktivitas bisnis yang mencurigakan. Bukti-bukti yang diajukan sangat kuat, cukup untuk membuat Arga kehilangan posisinya sebagai CEO jika ia tidak segera menanggapi tuduhan-tuduhan tersebut.

Namun, Arga tidak terkejut. Dia sudah menduga bahwa serangan akan datang melalui jalur ini. Orang-orang dari masa lalu Alya telah berhasil memanipulasi dewan, menyusup ke dalam jaringan bisnisnya dengan cara yang paling licik. Tetapi Arga tidak berencana untuk kalah begitu saja. Dengan bantuan Alya, mereka telah menyiapkan bukti-bukti untuk melawan tuduhan tersebut.

Rapat berlangsung dengan penuh ketegangan. Para direksi berdebat sengit, ada yang mulai meragukan integritas Arga, sementara yang lain membela dirinya mati-matian. Di tengah keributan itu, Arga tetap tenang. Ia tahu bahwa saat ini, segalanya tergantung pada bagaimana ia menghadapi krisis ini.

Alya, meskipun tidak berpengalaman dalam dunia bisnis, berdiri di sampingnya. Dengan tenang, ia memberikan kesaksian yang mengejutkan para dewan. Ia mengungkapkan identitas sebenarnya dari musuh mereka—orang-orang yang mencoba mengambil alih perusahaan dengan cara-cara kotor.

Kemenangan dalam Kesulitan

Dengan bukti-bukti yang kuat, Arga akhirnya berhasil mengatasi krisis tersebut. Para dewan direksi mulai menyadari bahwa tuduhan terhadapnya hanyalah bagian dari rencana yang lebih besar untuk menjatuhkannya. Musuh mereka, meskipun masih berkeliaran di luar sana, kini tidak lagi memiliki kekuatan untuk menyerang dari dalam.

Namun, kemenangan ini datang dengan harga. Hubungan Arga dan Alya telah teruji di titik paling ekstrem. Arga menyadari betapa besar pengaruh masa lalu terhadap kehidupan mereka saat ini. Dan meskipun mereka berhasil melewati badai ini, ia tahu bahwa masih banyak hal yang harus mereka selesaikan—baik di dunia bisnis, maupun dalam hubungan mereka sendiri.

Alya, di sisi lain, merasa sedikit lega. Setelah semua yang terjadi, ia kini merasa bahwa ia bisa mulai menjalani hidup yang lebih jujur, tanpa harus terus menerus melarikan diri dari masa lalunya. Tapi ia juga tahu, bahwa apa yang mereka hadapi belum sepenuhnya selesai.

Di akhir hari itu, ketika semua orang telah pergi, Arga berdiri di samping Alya. "Ini baru permulaan," katanya dengan senyum tipis. "Tapi aku yakin, kita bisa melalui semua ini bersama-sama."

Alya menatapnya, matanya penuh harapan dan rasa syukur. "Aku juga yakin, Arga. Kita akan baik-baik saja, selama kita tetap bersama."

Malaikat Kecil  "Sang CEO"Where stories live. Discover now