Like, Finally Finish?

5 2 0
                                    

Di bab ini ada POV 3 dan PoV 1-nya Bastian, ya. 

Bab 52

Percakapan di Milis, Yahoo Messenger!

Aigeia: Hai everyone!

Bagas pertama kali melihat pesan yang Aigeia kirim. Wajahnya antusias.

Tangannya sudah siap di kibor, tetapi denting notifikasi ponsel mengalihkan perhatiannya.

Sigit? Dahinya mengerut.

"Semua pesan dari Aigeia diemin aja dulu. Gue juga udah kasih tahu Donny dan Reza." Tulisnya di pesan.

Dahi Bagas mengerut makin dalam. "Why? Dia pasti butuh bantuan kita saat ini."

Beberapa menit kemudian, Bagas tidak peduli dengan perkataan Sigit. Dia membalas pesan Aigeia.

Bagas: Hai, there!

Aigeia: Kalian sibuk?

Ada pesan di ponsel Sigit dari Reza.

"Dia pasti ngerasa kalian lama balasnya." Tulis Bagas. "Jawabin aja, si?"

Sigit menghela napas membaca pesan Bagas, secepat kilat ketik pesan ke Reza.

"Gue balesin, mau tahu aja dia mau apa. Gue akan kasih tahu Bagas. Jangan respon atau balas apa-apa."

Namun, sebelum Sigit memberitahu Bagas, sudah ada balasan pesan dari Aigeia dari Bagas.

Bagas: Sibuk sedikit. Biasa, hari Senin. Ada apa, ni? Mau dipanggil sayang nanti ada yang ngambek. HAHAHA

Aigiea menatap layar komputer tersenyum. Ada harapan sedikit dalam hatinya. Sebelum mengetik, menarik napas. Dia tahu selama ini sudah banyak merepotkan mereka.

Aigeia: Kalian ketemu Bastian? I mean, sorry selalu tanya ke kalian. Tapi, dua hari ini dia tidak ada di rumah. I'm so worry.

Aigeia: Walau dia selalu kasih kabar kalau lagi di kantor atau di manapun. Tapi, I don't know, I just ... ingat dia pingsan kemarin. Does anyone know?

Aigeia: Sekali lagi, sorry, Guys, repotin kalian semua.

Donny yang pertama kali baca pesan itu.

Dan dia mengirim pesan pribadi kepada Sigit.

"Kenapa, sih, temen lo?"

Sigit mengerut, dia sendiri tidak tahu.

"Nggak tahu!"

Donny dan Bagas yang mengirim pesan kepada Sigit bersamaan pesan itu sampai di ponsel Sigit.

"Biasanya elo yang tahu," tulis Bagas.

"Emang dia nggak ngomong apa-apa?" tulis Donny.

Sigit pusing sendiri, dia mendengus. Orang yang ribet ama perasaannya, dia juga yang pusing ngurusinnya. Hih! Pekiknya dalam hati kesal.

Matanya melirik ke meja kerja, pekerjaannya sedang banyak dan menumpuk. Dia menyisir rambutnya ke belakang dengan tangan. Lalu melirik jam tangan, sesudah makan siang paling tidak setengah pekerjaannya harus selesai.

Obrolan di Milis itu diam. Tidak ada balasan sama sekali.

Aigeia berulang kali menekan tombol BUZZ!

"Lo gila atau apa, sih, Git?" omel Bagas, jantungnya berdetak dengan kencang. "Dia pasti lagi butuh bantuan. Kenapa lo nggak paham-paham, sih?"

Obrolan mereka berlanjut di panggilan grup.

"Tenang dulu, Gas," bujuk Reza. "Sigit pasti punya tujuan."

A Love Could Kill UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang