18. rencana yg gagal

1K 107 3
                                    

"Maafkan ayah, harusnya ayah lebih dulu menemukan kalian" Lirih Kallias di pelukan Nolan.

Saat ini mereka sedang berada di sebuah rumah di dekat istana kediaman mereka, tempat yg hanya di ketahui oleh ketiga anak Kallias.

"Ayah, ayah tidak salah kami baik baik saja, lebih baik kita beristirahat. Kita tunggu yg lain menyelamatkan kita disini"

Kallias mengangguk mendengar ucapan Nolan, kallias membaringkan tubuhnya di dekat Zoana dan Lian yg memang sudah tertidur.

Perlahan lahan mata kallias memejam, setelah dirasa sangat ayah tertidur pulas, wajah Nolan yg awalnya menunjukan kesedihan berubah menjadi senyum merekah.

Dia berhasil, berhasil memanipulasi ayah nya, Nolan menceritakan tentang kehidupan mereka yg sulit saat bersama ibu dan suami barunya.

Nolan mengatakan mereka sering disiksa, dan sering tidak di beri makan, bukan hanya itu mereka pun ditempatkan di tempat yg kotor.

Padahal itu semua berbanding terbalik, walau mereka acuh pada tiga saudara itu, Eliza dan Dexter masihlah mencakupi semua kebutuhan ketiga saudara itu, sampai Harvey pun menjadi Ksatria perang yg di percayai oleh Dexter.

"Ayah, kau hanya milik kami! Kenapa kalian begitu manis? Pantas kalian bertiga hanya akan menjadi bahan obsesi kami" Gumam Nolan menatap ke arah tiga orang yg sedang tertidur itu.

.
.

"Yang mulia Dexter memasuki ruangan! " Teriakan di balik pintu ruangan Harvey mengalihkan atensi anak itu dari pekerjaan nya.

Tak lama pintu coklat itu terbuka memperlihatkan Dexter dan dua prajurit di belakangnya.

"Salam hormat kepada cahaya kerajaan Altheiys" Hormat Harvey yg berdiri dari duduknya dan menunduk hormat.

Dexter hanya berdeham, dia menatap ke sekeliling ruangan Harvey, "dimana kau sembunyikan pangeran Nolan? " Tanya Dexter langsung pada intinya.

Tatapan mereka kini saling beradu "mohon maaf yang mulia, saya tidak tau dimana keberadaan adik pertama hamba, setelah kepergian saya melakukan perjalanan ke negri sebrang, saya belum bertemu lagi dengan nya" Jawab Harvey.

Harvey memang tidak berbohong, dia belum bertemu lagi dengan Nolan setelah kepulangannya dari kediaman Seymour waktu itu.

Dexter menatap Harvey mencari apakah ada kebohongan dari ucapan anak di hadapannya ini.

Namun nihil, wajah Harvey masih menunjukan ketenangannya.

Dexter berbalik dan kembali melangkah kan kakinya keluar dari ruangan Harvey, tapi langkahnya terhenti saat mendengar suara Harvey.

"Yang mulia berhati-hati lah, rencana putra mahkota telah gagal. Tunggulah kehancuran kalian" Celetuk Harvey.

Dexter membalikkan badannya dan menatap Harvey yg kini sedang duduk di kursi kebanggaannya.

"Apa maksudmu pangeran? " Heran Dexter.

"Menculik Duke alodias, menculik dua anak Seymour yg paling di jaga ketat. Itu, hanya akan membawa kehancuran. Saya hanya mengatakan ini karena pasukan mereka sebentar lagi akan tiba disini, bersiaplah"

"Kalau begitu, kau adalah Ksatria. Bagaimana rencanamu pangeran? " Selidik Dexter.

Harvey tertawa mendengar ucapan Dexter, dia tersenyum meremehkan "yang mulia, ini semua kesalahan kalian dan aku tidak ingin ikut campur"

Mendengar balasan Harvey membuat Dexter geram, dengan segera Dexter keluar dari ruangan Harvey diikuti dua prajurit di belakangnya.

Harvey tertawa melihat kepergian Dexter, tak lama seorang prajurit bayangan milik Harvey datang dan menunduk hormat pada atasnya ini.

"Salam hormat pangeran"

"Bagaiaman keadaan wanita itu? " Tanya Harvey.

"Selir pertama sedang di siksa oleh putra mahkota, sedangkan permaisuri sedang bermain dengan tiga bawahannya"

Harvey menyeringai saat mendengar itu "heh, aku tidak perlu mengotori tanganku dengan darah ke dua wanita itu? Ini menarik lalu bagaimana dengan persiapan pasukan kita? "

"Pasukan sudah siap pangeran, kami menunggu perintah dari anda"

Harvey mengangguk puas "setengah bergabung lah dengan pasukan Trey dan Duke Seymour, dan setengah lagi segera habisi beberapa orang yg berada di menara dan tempati tempat itu untuk tempat persembunyian" Jelas Harvey.

"Baik pangeran, perintah akan saya sampaikan, kalau begitu saya pamit undur diri" Setelah berpamitan, orang itu segera menghilang meninggalkan Harvey dengan senyum yg tak luntur di wajahnya.

"Mereka bodoh, padahal aku ingin menghancurkan mereka nanti, tapi sepertinya mereka sendirilah yg menginginkan kehancuran mereka" Gumam Harvey.

Buk

Suara orang terjatuh dari jendela mengalihkan atensi Harvey, terlihat Nolan kembali berdiri setelah terjatuh saat melewati jendela.

Nolan berjalan ke arah sofa dan duduk di sofa, Harvey terkekeh melihat raut kesal adik pertama nya ini.

"Ada apa? Kenapa wajahmu di tekuk? " Tanya Harvey yg kini berjalan mendekati sang adik.

"Kak! Aku tidak mau tau ayah hanya milik kita! " Kesal Nolan yg membuat Harvey mengernyitkan dahinya tidak mengerti.

"Apa maksudmu adik? "

"Putra mahkota sialan itu ingin mengambil ayah, "

Mendengar ucapan adik nya entah kenapa memnuay Harvey ikut kesal "oh iya, kak sepertinya kita harus mengurung mereka"

"Mereka? Mereka siapa? "

"Adik manis, tuan Lian dan ayah tentu nya! Mereka terlihat seperti anak polos kalau sedang tertidur. Dan pastinya Duke Seymour dan kaisar Trey pun pasti akan setuju dengan rencanaku" Ucap Nolan dengan antusias yg membuat Harvey terkekeh.

"Kau benar adik, tapi aku menjadi kasihan pada mereka harus berada di tengah tengah orang gila"

Nolan mendengus saat mendengar ucapan kakak nya "kau juga sama gila nya seperti mereka kak, apalagi kau sangat mirip dengan kaisar Trey yg gila itu" Jengah Nolan.

"Bagaimana keadaan ayah? " Tanya Harvey.

"Setelah menangis ayah tertidur bersama Lian dan Zoana"

Harvey mengernyit tidak mengerti "aku sedikit menambahkan pemanis di dalam cerita kehidupan kita kak, dan tanpa aku sadari ayah menangis karena pemanis itu"

"Jangan terlalu melebih lebihkan, ayah akan kepikiran nantinya" Tegur Harvey yg di angguki malas oleh Nolan.

"Ya ya ya, maafkan aku"

.
.
.

"Berapa lama lagi perjalanan kita? " Tanya Trey pada Alanka yg sedang duduk santai di bawah rindangnya pohon.

"Sebentar lagi, dan seperti nya mereka sudah mempersiapkan pasukan untuk menghadang kita" Ucap Alanka.

Anak itu bangun dan menatap lurus hamparan rumput yg mereka lewati sekarang.

Rein dan Thorne ikut menatap ke arah Alanka, karena hanya dialah yg mengetahui seluk beluk kerajaan Altheiys.

"Ayah dan yg lain sepertinya berada di belakang istana, kita akan pergi kesana. Dan sisanya menyerang di depan, pasukan kakak ku akan bergabung saat kita sudah mendekati kerajaan Altheiys" Jelas Alanka.

"Bagaimana dengan para orang orang disana? " Tanya Rein.

Dia takut penyerang kali ini mendapati banyak korban dari warga yg berada di sekitar kerajaan.

"Tenang saja, serahkan semua itu pada kakak ke dua ku, kita hanya perlu fokus menyerang mereka dan menyelamatkan tuan Lian, tuan muda dan ayahku"

Mereka mengangguk mendengar ucapan Alanka, biarlah kali ini seorang anak yg memimpin penyerangan ini.

"Kalian akan hancur Altheiys" Desis Alanka.



TBC
.
.
.
.




aku seorang duke? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang