Bagian 3

1.5K 155 116
                                        

Naruto ©️ Masashi Kishimoto
Genre: Romance, Drama, Hurt/Comfort, Slightly Comedy
Cerita ini hanya untuk hiburan, seluruh isi dari karya ini hanyalah karangan dan fiksi semata.
Happy Reading~

Tenang yang Menghanyutkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tenang yang Menghanyutkan




〰️〰️







Masa tenang seringnya membuat semua orang terlena, tapi tidak untuk para shinobi Konoha. Berbulan-bulan telah berlalu pasca perang dan pembangunan desa masih terus berlanjut. Membangun kembali fasilitas kesehatan menjadi prioritas utama, lalu dilanjut dengan fasilitas pendidikan kemudian fasilitas yang lain termasuk kantor pemerintahan.

Sudah cukup waktu berkabung untuk mengenang para pahlawan yang telah gugur. Semua warga fokus menata kembali kehidupan, dimana masa depan masih membentang.

Hari ini, Kakashi meminta Naruto untuk menemuinya di dalam sebuah bangunan yang berada di sebelah gedung akademi yang baru jadi. Meski demikian, tahun ajaran baru belum dimulai, karena gedung masih dalam proses renovasi untuk perluasan fasilitas pendidikan.

"Hokage-sensei, ada apa memanggilku kesini?" Tanya Naruto dengan heran. Karena biasanya, jika ada keperluan menyangkut misi, ia dipanggil ke kantor Hokage.

"Ohh, Naruto. Akhirnya kau datang juga. Bagaimana lengan barumu?"

Kakashi menatap muridnya, lalu melirik ke arah lengan kanan Naruto yang seolah utuh seperti sedia kala. Namun ia bisa melihat muridnya itu tampaknya masih belum terbiasa menggunakan lengan prostetik buatan Tsunade tersebut.

"Ini sangat luar biasa, setidaknya aku bisa menggunakan kedua tanganku seperti manusia pada umumnya. Yaaah, bagaimanapun aku harus membiasakan diri agar terlihat seperti sungguhan." Seloroh Naruto sembari menggerakkan lengan buatan yang kini melekat pada tubuhnya.

"Maka dari itu aku membebatnya dengan perban agar tidak kelihatan semakin aneh karena warnanya terlihat agak jauh berbeda dengan lengan asliku. Haha." Sambungnya dengan cengiran lima jari, seperti biasa. Kehilangan tangan pun sepertinya tidak mampu membuat laki-laki berambut pirang itu bersedih.

Kakashi mendengarkan penuturan muridnya tersebut dengan perasaan lega, akhirnya Naruto tidak perlu mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas seperti biasa.

"Hei, sensei belum menjawab pertanyaanku." Tegur Naruto saat mendapati sang guru hanya diam dan malah menangkupkan kedua tangannya di depan wajah.

Kakashi menghela napas dari balik maskernya sebelum bertanya, "Kau masih ingin menjadi Hokage?"

Naruto membelalak. Dulu, impiannya menjadi Hokage selalu menjadi bahan cemoohan belaka. Sekarang, mimpi itu seolah menjadi impian semua orang juga. Lalu, gurunya yang merupakan seorang Hokage tiba-tiba membahas mengenai Hokage padanya, bukankah ini sebuah pertanda?

The Hokage And ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang