1: Awalnya

28 7 4
                                    

Kisah ini, hanya ada di dalam buku sejarah. Tentang pahit-manisnya 4 kerajaan yang menduduki dunia Tengah, dan bagaimana mereka bisa bertahan di era yang penuh gonjang-ganjing. Mari kita lihat awal kisah ini yang dimulai dari anak bernama Jahingir, terlahir di Nash, yang diimpikan kedua orangtua serta rakyatnya agar ia menjadi Raja yang baik.

Ia masih sangat belia, 15 tahun umurnya. Ia adalah anak semata wayang Raja Maulana, yang semakin lama menginginkan ia menjadi Raja yang sempurna. Jahingir selalu menuruti perkataan ayahnya, ia senang sekali berkuda serta memanah, dan ia berpikir bila ia kuat, ia akan bisa melindungi rakyatnya. Intinya, ia ingin sekali menjadi Raja yang baik bagi para rakyatnya.

Namun, mimpinya hancur lebur.

Suatu malam, hari ke-2 setelah purnama, hujan angin melanda Kerajaan Nash saat itu. Ia dibangunkan pelayannya, Narendra, yang sudah ia anggap kakaknya sendiri untuk melarikan diri. Narendra berkata, Kerajaan Nash sedang dihancurkan dan Raja Maulana sedang dikudeta oleh anak pertama yang dibuang dan tidak dianggap. Anak itu dianggap sebagai kutukan karena ia terlahir sungsang, dan kembarannya terlahir tak bernyawa. Tidak diketahui siapa anak itu dan apa wujudnya.

"Kau harus pergi ke dataran Yoda, dan selamatkanlah dirimu! Hanya kau satu-satunya yang bisa menolong mereka yang tak bersalah! Dan aku adalah utusan Raja, maka aku harus bertahan di sini." Itulah kata-kata terakhir Narendra sebelum ia mendorong Jahingir masuk ke dalam kereta kuda yang dikawal puluhan jenderal dan petinggi klan.

"Tidak! Narendra! Jangan tinggalkan aku!" Jahingir menahan pintu kereta kuda itu untuk meraih pelayan dan sahabat karibnya. Namun, Jenderal Abbas menariknya dari dalam kereta.

Narendra tidak lagi menoleh ke belakang. Jahingir pun pergi dengan terpaksa menuju dataran Yoda, salah satu daerah Kerajaan Nash yang paling jauh di Utara. Di sana, adalah rumah bagi 3 dari 7 klan pendukung Kerajaan Nash: Ariya, Faroukh, dan Jinan. Ia ingat betul, di belakangnya, kobaran api melahap istana Nash, tanah kelahirannya. Hanya pekik tangis yang bisa ia rasakan.

Kemana ayahnya? Kemana ibundanya? Kemana Narendra? Itu yang ia pikirkan sepanjang jalan.

"Abbas, aku tidak tahu bila aku bisa kuat menahan ini. A-Aku...aku lebih memilih mati daripada kehilangan Nash." Imbuhnya disela isak tangisnya.

Jenderal Abbas yang merangkulnya erat hanya bisa mengangguk. "Aku yakin, Narendra mempunyai rencana yang hebat. Aku tahu anak itu. Ia pasti bisa melindungi Yang Mulia."

Perjalannya selama berbulan-bulan yang mencekam itu akhirnya berakhir. Walaupun sepanjang jalan banyak sekali tentara pemberontak atau pun bandit yang menyerangnya, namun, Jenderal Abbas beserta dengan pasukan lain berhasil melindungi Putra Mahkota Jahingir. Sesaimpainya di Yoda, mereka disambut baik dengan klan Ariya yang dengan mata sembab memeluk Pangeran muda itu.

"Yang Mulia! Engkau selamat!" Rhamana, petinggi klan Ariya yang berkerudung panjang memeluknya hingga jatuh tersungkur. "Kami sangat khawatir, yaa Rabb. Jenderal Abbas, terima kasih telah menolong anakku ini...dimana Narendra, Nak?"

"Ia meninggalkanku, Nyonya...ia...meninggalkanku..."

Tangisannya pecah saat ia memeluk kaki remaja di depannya. Rhamana ingat betul bagaimana ia menolong yang Mulia Ratu melahirkannya ke dunia. Jahingir hanya bisa berdiri diam dan menitikkan air mata. Ia masih berpikir bagaimana kabar ayah dan ibunya? Bagaimana kabar Narendra? Bagaimana kabar rakyatnya?

Namun, semua terjawab saat ia tinggal di kediaman klan Ariya, klan terbesar ke-3 yang mendukung kerajaan Nash. Banyak dari mereka menjadi menteri dan penguasa daerah. Salah satunya dataran Yoda ini yang menjadi kediamannya. Walaupun tempatnya sangat jauh dari ibu kota, namun, ini bukanlah area yang kecil.

8 bulan setelah kejadian itu, belum ada kabar dari Ibu Kota. Rhamana yang terus mengirimkan pesan burung tidak pernah dibalas. Ia ngeri, kalau pembelot akan menyerang mereka yang ada di dataran Yoda. Wanita paruh baya ini terus berdoa agar Jahingir diberikan keselamatan. Ia pun terus menghubungi 2 klan sekitar, yaitu klan Faroukh dan Jinan yang juga tidak dapat kabar dan ditahan tidak boleh ke ibu kota.

Angkara KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang