8: Bekal dari Raja

13 4 2
                                    

Hari ke-9 pada bulan yang sama, tepat dua hari setelah pertempuran Tuan Ilham dengan Jenderal Damas, pertempuran masih berlangsung. Hanya saja, bala bantuan dari Kerajaan sudah datang. Mereka berpikir itu adalah angin segar, setelah di dalam benteng bertumpuk mayat-mayat prajurit yang gugur dan prajurit-prajurit yang terluka. Termasuk Tuan Ilham yang terbaring di menara di atas sana.

"Lukanya tidak terlalu serius karena baju zirah buatan klan Firdus sangat bagus. Namun, ia terlalu tua untuk bisa sembuh dengan cepat. Setelah ia jatuh dari kudanya, aku langsung membidik Jenderal Damas dan menakuti kudanya. Kami pun langsung merentangkan tali untuk memberi jarak pada pasukan kami. Aku tidak yakin itu akan berlangsung lama. Langkah mereka juga berhati-hati." Jenderal Umma berbincang dengan kepala pasukan pembantu yang baru datang membawa persediaan.

Di bawah mereka, medan perang tampak ramai dengan prajurit-prajurit yang bersiap ingin meluncurkan serangan. Namun, dengan membuat pagar api dari tali tambang yang dilumuri lilin, mereka bisa memisahkan pasukan mereka dengan pasukan Ardagh-Nash. Walaupun mereka tahu, waktu mereka tidak akan lama.

"Yang aku khawatirkan, moral para prajurit melemah karena Tuan Ilham tidak bisa berperang. Kini hanya aku yang bisa menggantikan Tuan Ilham sebagai pemimpin."

Kepala pasukan pembantu itu menggeleng, "Aku sangat yakin Jenderal Umma pasti bisa memimpin kami menuju kemenangan. Lagipula, kami dapat pesan dari Perdana Menteri Khimar untuk dapat menggunakan lemak hewan sesuka mungkin. Beliau juga sudah memberi 2000 anak panah, serbuk kayu, dan gulungan kain."

"Maksudmu...Perdana Menteri Khimar ingin membakar benteng ini?"

"Mungkin Jenderal bisa memahaminya dari surat ini."

Pemberian surat rahasia bersegel klan Atnan itu benar membuat Jenderal Umma takjub. Ia berterima kasih dan segera masuk ke ruangan tempat Tuan Ilham dirawat. Di dalam, Tuan Ilham tertidur dengan badan yang penuh perban. Namun, kehadiran Jenderal Umma membuat pria paruh baya itu membuka matanya.

"Umma, apa aku sudah mati?"

"Kau bernapas dengan baik, Tuan Ilham. Kita dapat surat dari Perdana Menteri Khimar."

"Khimar..,apa katanya? Ia kan jenius."

Kepada Tuan Ilham Firdus dan Jenderal Umma Faroukh,

Aku menyampaikan surat ini tanpa sepengetahuan Raja dan mungkin aku akan memberitahunya nanti . Surat ini bersifat rahasia dan semua keperluan yang aku kirimkan juga berasal dari kas pribadiku. Kudengar menambah lemak hewan pada kain akan memperlambat masa padam api. Balutkan kain pada anak-anak panah tumpul itu dan berilah sedikit lemak pada balutannya, lalu hujani mereka dengan panah berapi. Bukankah angin akan terus berhembus ke Timur? Lagipula, ini musim panas. Mereka tidak akan kuat menahan panasnya dataran Yoda. Kita harus bermain licik untuk memenangkan perang ini. Bakar kemah-kemah mereka tanpa ampun. Walaupun mereka menerobos benteng, bakar mereka dalam benteng. Bila itu memang jalan terakhir yang bisa kita lakukan. Selamat berjuang Tuan Ilham Firdus dan Jenderal Umma Faroukh. Kalian adalah pahlawan bagi Kerajaan Yoda kita. Semoga Tuhan memberikan keselamatan bagi kalian yang sedang berjuang di sana. Pergunakan dengan baik barang-barang ini.

Jumlah barang yang aku kirimkan:

2000 anak panah

35 karung serbuk kayu

100 gulung kain perca

52 drum lemak hewan

800 porsi persediaan pangan

2 orang anak perempuan dari klan Atnan

Salam sayang,

Perdana Menteri Khimar Atnan

Membaca seluruh isi surat dari Perdana Menteri Khimar membuat tengkuk Jenderal Umma merinding. Lembah Dagashkar akan menjadi lautan api rupanya. Ia lalu berpikir tentang legenda yang diceritakan Tuan Ilham. Akankah legenda ini terulang kembali?

Namun, bukan itu yang ia tekankan. Kalimat di akhir surat itu yang membuatnya aneh. Untuk apa Perdana Menteri Khimar mengirim 2 anak perempuan dari klan Atnan? Itu sangat ganjil baginya. Apa urusannya kedua anak itu dikirimkan ke sini?

"Aku yakin kau tidak mengerti apa yang Khimar katakan. Anak-anak Atnan itu cerdik, Jenderal Umma. Mereka memegang peran penting agar rencana ini berhasil." Suara Tuan Ilham membuyarkan renungannya.

Ya, itu jawaban yang ia inginkan dari tadi. Nampaknya, ia benar-benar kurang ilmu dan pengalaman tentang berperang. Walaupun kemampuannya dalam berpanah sangat baik.

"Yang kemarin kita bahas, Perdana Menteri Farhan gila wanita. Dan jarak antara benteng dengan kemah mereka tidak bisa ditembus anak panah. Lantas, bagaimana kita bisa menghanguskannya selain menerobos ribuan pasukan yang ada di depan mata kita?" Tuan Ilham menambahkan.

"Maksud Tuan, kita akan mengorbankan dua anak dari klan Atnan?"

"Jelas. Perang itu keji, Jenderal Umma. Kuyakin mereka juga diberi misi khusus dari Khimar. Kita tidak perlu khawatir."

.

.

.

.

.

Alhamdulillah udah update lagi, mohon maaf kemaren belom sempet update

gegara maen kerumah temen jauh buset endingnya capek sendiri

emang gak logis alesannya, tapi yang penting enjoy aja buat kalian

terima kasih masih mau baca sampe detik ini, lop yu pullll!!!!



Angkara KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang