7 bulan sejak perang berakhir, pada bulan ke-2 hari ke-23 tahun 320, seorang putra mahkota lahir dari rahim Chandini. Anak laki-laki itu diberi nama Ashwar. Ia diharapkan dapat melindungi keluarga dan rakyatnya, dan berani memimpin negara. Ia diharapkan menjadi pemimpin negeri ini dengan tegas dan bijak..
Namun, kelahirannya membawa ketegangan di Kerajaan Nash. Narendra, yang kini menjabat menjadi Raja belum memiliki anak. Dan kabar itu membuat telinganya panas.
"Adakah di sini yang bisa membuat ramuan paling mujarab untuk Ratu Yade?" Narendra berseru di ruang tahta. Di depannya para menteri menunduk takut. Negeri tanpa Perdana Menteri itu benar-benar sepi. Suasana istananya pun sangat kelam.
"Yang Mulia, izinkan saya memberi saran untuk membicarakan kandidat Perdana Menteri selanjutnya. Saya, Sara Gazar, izin mengajukan kandidat dari klan kami karena menurut kami, ini merupakan urgensi negeri Nash." Seorang wanita dari klan Gazar memberanikan diri.
Interupsi dari wanita itu membuat Narendra mengangguk. Benar, penobatan perdana menteri adalah masalah yang harus segera diselesaikan. Ia tidak betul-betul merasa kehilangan Perdana Menteri Farhan. Karena di matanya, anak itu adalah bekas Perdana Menteri era ayahnya yang sangat ia benci. Kematiannya pun sebenarnya merupakan angin segar baginya.
"Aku tidak masalah bila di antara kalian berdua untuk jadi pendampingku. Hanya saja, biarkan rakyat yang memilih. Aku tidak ingin terkesan otoriter dengan meniadakan musyawarah seperti itu."
"Maksud Yang Mulia, Yang Mulia akan membiarkan warga yang memilih Perdana Menteri selanjutnya dengan voting?"
"Mengapa tidak, Nyonya Sara Gazar? Aku sudah mengambil paksa tahta ini dan aku sudah mencoreng kepercayaan warga. Mereka membenciku. Maka giliran kalian yang membantuku mengambil hatinya lagi. Tidak masalah bila kita adakan voting, bukan? Toh, itu akan meminimalisir konflik antara kalian, klan Gazar dan Ibraham."
Semua orang yang ada di ruang tahta itu kepalanya semakin tertunduk. Narendra orang yang sangat berani bicara. Walau ia baru menjabat, namun ia tidak bisa diotak-atik layaknya boneka kerajaan. Bahkan, saat klan Gazar dan Ibraham mengusulkan untuk mendeklarasikan perang balas dendam untuk Yoda, ia menolaknya keras. Alhasil, kedua klan itu mulai tidak suka dengannya.
Namun, ia tidak bodoh.
Simpatisan Narendra di kerajaan Nash sungguh banyak. Mereka yang benar-benar mendukungnya dari awal, mengetahui kejahatan Raja Maulana, ayah dari Narendra dan Jahingir. Mereka mendukung untuk melengserkan Perdana Menteri Farhan yang menjadi boneka klan Gazar dan Ibraham yang keduanya haus kekuasaan. Kedua klan itu bersikeras mendalangi Narendra sebagai Raja, namun, Narendra kukuh dengan pribadinya.
Ia membuat kebijakan anti kritik pemerintahannya dengan memenjarai orang-orang klan yang menentangnya. Alhasil, dua klan itu dibungkam oleh hukum dan takut untuk mengambil langkah lebih. Adapun bila mereka memberontak dan mengkudeta Raja Narendra layaknya ia mengkudeta ayahnya sendiri, kekuatan militer mereka minim karena kalah jumlah. Dahulu, kekuatan militer negeri Nash sebagian besar dari klan Faroukh yang kini sudah membela Yoda. Mereka benar-benar tidak bisa apa-apa.
Kedua klan itu sebenarnya sangat menyesal membantu Narendra mengkudeta ayahnya. Dan mereka menyesal membuat Jahingir selamat untuk membuat negerinya sendiri. Serta, keduanya menyesal karena menyetujui perang bersama Ardagh karena diiming-imingi benteng Dagashkar yang merupakan gerbang masuk kerajaan Yoda. Namun, apa? "Boneka" mereka malah gugur karena kebodohannya.
Alhasil, yang bisa mereka lakukan adalah berdiam diri dan mengikuti perintah Narendra.
Langkah diam Nash dalam dua tahun terakhir ini membuat Jahingir mengekspansi kerajaannya. Ia membuka jalur perdagangan dengan Ardagh lewat darat kendati perang Benteng Dagashkar yang memakan banyak korban. Yoda mengambil kayu dan besi berkualitas dari Ardagh, serta memberikan ikan dan daging segar untuk mereka.
Bisnis pariwisata pun mulai ramai dengan kebijakan ini. Banyak turis dari Ardagh yang "turun gunung" melintasi Yoda untuk berlabuh ke negeri seberang atau sekedar menikmati pantai yang tak pernah mereka pijaki. Sungguh Yoda berubah menjadi negeri transit laut terbesar di dunia tengah. Walau, perdagangan manusia ilegal pun mulai banyak terjadi, namun itu tidak mengurangi pamor Yoda sebagai negeri baru. Yoda pun mulai dikenal sebagai "permata kapal" karena keindahan dan nyamannya pelabuhan Yoda.
Itu semua berkat Perdana Menteri Khimar yang tegas memfokuskan negeri untuk membangun perekonomian yang stabil. Ia membuat kebijakan minim pajak untuk eksportir dan mensubsidi harga kayu kapal sehingga rakyatnya terdorong untuk berdagang hingga ke luar negeri. Hasilnya, dalam satu tahun terakhir, pelabuhan sangat ramai dengan pebisnis lokal maupun asing. Kesejahteraan masyarakat pasca-perang pun lambat laun mulai meningkat dan stabil.
"Aku bisa menilai kalau cara Tuan Khimar itu mengerikan. Ia tegas dan tega dengan bawahannya. Namun, itu berhasil membuat kita bangkit dari perang kemarin." Qamar, anak sulung dari Nyonya Rhamana, yang kini bekerja sebagai asisten Tuan Mahmad, yang diangkat menjadi Menteri Keuangan, berbicara.
Di depannya, Samhira yang merupakan adik dari Perdana Menteri itu tertawa. Ia yang mengajar di sekolah merasa perkataan teman kecilnya ada benarnya. Di matanya, kakaknya terlalu kaku. Ia sangat sibuk bekerja sehingga lupa untuk istirahat. Ia berpikir kakaknya akan lajang seumur hidup bila ia tidak bisa santai sedikitpun.
"Ibumu khawatir ia tidak punya keturunan bila ia terlalu galak seperti itu. Kudengar ibumu sampai membuat acara pencarian jodoh untuk kakak. Namun, tetap tidak berhasil."
Qamar mengangguk. "Padahal banyak pria yang iri dengannya. Semua wanita mendambakannya. Bagaimana tidak? Ia masih muda, tampan, pintar, Perdana Menteri pula! Siapa yang tidak mau dengan sosok macam dia? Namun, tidak berlaku di dunia profesional. Ia galak!"
"Semenjak kakak menjabat, klan Atnan memang terancam punah. Kakak, kepala klan yang seharusnya menikah, memprioritaskan negara. Mungkin sudah waktunya aku mencari pasangan agar klan Atnan tidak punah? Apa ada yang mau?"
Omongan Samhira sedih juga. Ia sudah 20 tahun dan umumnya sudah mempunyai anak. Namun, baginya, sangat tabu bila ia sebagai "adik", melangkahi kepala klan untuk memperoleh keturunan. Baginya, hal itu sama dengan kudeta.
Lalu, bagaimana bila Perdana Menteri Khimar tidak ingin menikah?
"Ah, kupikir banyak pria yang mau menikahimu. Kau tinggal pilih saja."
"Qamar, kurasa aku pesimis. Aku tidak secantik Chandini. Aku hanya guru di sekolah yang hanya bisa berharap kakak segera menikah. Ia kepala klan, aku tidak bisa melangkahinya. Bagaimana bila aku melahirkan anak laki-laki? Penerus kakak tidak ada, aku seakan mengkudetanya."
Pandangan Qamar pada temannya melembut. Baginya, Samhira wanita tulen yang cerdas lagipula cantik. Walaupun adiknya sudah bertitel "Ratu", namun, bukan berarti temannya harus tidak percaya diri, bukan? Dalam hatinya, ia sebenarnya sedikit naksir dengannya.
"Samhira, bila saja pernikahan antar klan diperbolehkan, aku sudah meminangmu."
"Kau jangan bercanda, Qamar! Atau aku akan meninjumu!"
Kepalan tangan Samhira membuat Qamar tersenyum. Ia membalikkan badan, membelakangi wanita itu yang terduduk di kursi perpustakaan. Dalam hatinya, reaksi temannya tadi menggemaskan. Namun, ia harus merelakan takdirnya, karena dalam kebijakan Kerajaan Yoda yang baru, antar klan pendukung Yoda tidak boleh menikah untuk mengantisipasi perebutan penerus dan konflik-konflik lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkara Karma
Historical Fiction"Bila kau terus memikirkan siapa penerus tahta kita, maka perangilah adik kesayanganmu itu. Mengapa kau selalu berpikir rumit kalau menyangkut masalah Jahingir?" Kalimat itu adalah gambaran dari Angkara Karma. Kisah tentang dua orang Raja yang terla...